"Ketidaksetujuan bukan berarti manipulasi," ujar Mohsen, dikutip dari Parade.
5 Perilaku Ini Biasanya Disalahartikan sebagai Gaslighting, Ketahui!

- Perbedaan persepsi tentang suatu kejadian bisa disalahartikan sebagai gaslighting, padahal itu adalah hal yang wajar menurut Dr. Shereen A. Mohsen.
- Memiliki ingatan berbeda tentang kejadian yang sama juga sering disalahartikan sebagai gaslighting, padahal itu hanya menunjukkan perbedaan cara kerja ingatan setiap orang.
- Keterampilan komunikasi yang buruk dan resolusi konflik yang tidak memadahi juga bisa disalahartikan sebagai gaslighting, namun sebenarnya itu bukanlah niat untuk memanipulasi menurut psikolog klinis Ahona Guha.
Istilah gaslighting menjadi populer di kalangan milenial dan gen Z. Dilansir Verywell Health, gaslighting merupakan perilaku kekerasan emosional yang membuat seseorang mempertanyakan realitas, ingatan, dan naluri mereka.
Gaslighting biasanya dilakukan secara halus dalam waktu yang cukup lama. Pada akhirnya, perbuatan gaslighting mampu menciderai mental korbannya.
Namun dengan berkembangnya psikologi populer yang membahas tentang gaslighting, banyak awam yang kadang keliru dan menganggap beberapa perilaku serupa sebagai gaslighting. Lantas, kira-kira perilaku apa saja yang disalahartikan sebagai gaslighting? Simak pembahasan berikut, ya!
1. Perbedaan persepsi

Suatu saat kamu mengalami sebuah kejadian bersama dengan seseorang. Namun orang tersebut punya persepsi yang berbeda tentang kejadian yang kalian alami, sehingga perasaan kalian berdua tentang kejadian itu bisa sama sekali berbeda. Lantas, kalian mungkin juga berakhir dengan agresi alias bertengkar.
Perbedaan persepsi ketika membahas sebuah kejadian yang sama sangat mungkin dianggap sebagai gaslighting. Dr. Shereen A. Mohsen, seorang psikolog klinis di San Jose, California, mengungkapkan hal tersebut dalam wawancaranya dengan Parade.
Menurutnya, ketika orang tersebut memberitahumu bahwa mereka melihat sesuatu secara berbeda atau memiliki pendapat yang berbeda, hal tersebut cukup wajar. Orang tersebut mungkin tidak memvalidasi perasaanmu tentang kejadian itu, namun bukan berarti ia mencoba membuatmu meragukan diri sendiri.
2. Memiliki ingatan berbeda tentang kejadian yang sama

Selain soal perspektif, ingatan yang berbeda tentang kejadian yang sama juga sering disalahartikan sebagai gaslighting. Namun sebaliknya, seseorang sangat mungkin punya fokus ingatan yang berbeda. Lantas, ketika membicarakan hal yang sama, yang muncul dalam ingatan orang tesebut berbeda denganmu.
Mohsen menambahkan, bahwa memiliki ingatan yang beda tentang sebuah kejadian tidak langsung membuat seseorang menjadi pelaku gaslighting. Hal ini hanya menunjukkan bahwa setiap orang bisa memiliki cara kerja ingatan yang sangat berbeda.
3. Bersifat defensif di bawah tekanan

Mungkin seseorang yang dekat denganmu pernah berkata kasar padamu ketika kalian bertengkar. Namun ketika membahas hal tersebut, ia mengaku tidak bermaksud mengatakan atau melakukan sesuatu yang kasar.
Kamu bisa jadi salah mengartikan hal inu sebagai bukti perilaku gaslighting karena ia hendak mengganti realita. Namun, menurt psikolog hal tersebut bisa jadi bukan termasuk gaslighting, loh.
Dr. Benjamin Bernstein, seorang psikolog klinis di Rumah Sakit Silver Hill di New Canaan mengungkapkan dalam Parade, bahwa semua orang pernah mengalaminya, di mana kita mengatakan sesuatu yang tidak kita maksudkan dalam situasi yang menegangkan. Hal tersebut bukan berarti ia sedang melakukan gaslighting, melainkan mekanisme pertahanan tubuh yang mungkin sulit dikendalikan.
"Seseorang mungkin berkata, 'Aku tidak pernah bermaksud begitu' ketika dikonfrontasi, bukan untuk menipu, melainkan untuk melindungi diri dari rasa malu," kata Bernstein, dikutip dari Parade.
4. Keterampilan komunikasi yang buruk

Keterampilan komunikasi yang buruk juga kadang disalahartikan sebagai gaslighting. Akibat hal tersebut, seseorang bisa saja berperilaku menghindari konflik, meremehkan berbagai hal, atau menutup diri secara emosional. Akibatnya, kamu mungkin berpikir apa yang kamu rasakan tidak pernah valid bagi mereka.
Sayangnya, orang-orang ini biasanya memang tidak tahu cara berkomunikasi secara efektif, entah karena tidak pernah diajari ketika kecil atau tidak pernah tergerak untuk mempelajarinya. Menurut Bernstein, selama tujuanya bukan memanipulasi, maka itu bukan gaslighting.
5. Resolusi konflik yang buruk

Selain keterampilan komunikasi yang buruk, resolusi konflik yang tidak memadahi juga bisa disalahartikan sebagai gaslighting. Hal tersebut lantaran tidak semua orang memiliki kemampuan mengelola konflik dengan baik.
Alhasil, beberapa memilih menghindar atau melakukan permintaan maaf dengan tergesa-gesa. Inti dari masalah yang kamu anggap penting tidak pernah terselesaikan dan hal tersebut membuat tidak nyaman. Namun tetap saja, menurut Bernstein itu bukan gaslighting.
Banyak perilaku berpotensi mirip seperti gaslighting. Namun menurut Ahona Guha, D.Psych, seorang psikolog klinis dan forensik yang berpraktik di Melbourne, Australia, perbedaannya ada pada niat untuk memanipulasi.
Pelaku gaslighting sendiri kadang tidak sadar mereka melakukannya. Namun, niatan untuk memanipulasi itu tetap ada.
"Inti dari gaslighting melibatkan rasa dendam, yaitu upaya yang disengaja untuk menyangkal realitas seseorang demi keuntungan pelaku," ujar Guha, dikutip dari Psychology Today.
Semoga ulasan ini membantumu memahami bahwa tidak setiap penolakan berarti gejala gaslighting. Sesungguhnya perilaku gaslighting jauh lebih dalam daripada yang kamu tahu, loh!


















