Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pertimbangan Sebelum Kamu Bilang “Iya” saat Pacar Melamar

ilustrasi orang melamar kekasihnya (pexels.com/Jonathan Borba)

Momen kejutan lamaran adalah situasi yang romantis dan mengharukan. Bayangkan, dalam suasana santai berjalan di tengah keramaian, tiba-tiba pacarmu berlutut sambil memperlihatkan kotak berisi cincin yang bersinar terang, lalu mengucapkan, “Maukah kamu menikah denganku?”.

Hati siapa yang tak berdebar-debar sambil tersenyum penuh haru. Namun, di balik keromantisannya, ada keputusan besar yang perlu dipertimbangkan dengan logis dan matang. Menjawab “Yes” saat dilamar bukan hal sepele. Ini adalah langkah besar yang memengaruhi kehidupanmu di masa depan.

Oleh karena itu, jangan terbuai emosi dan euforia, tetap perlu merenungkan dulu berbagai aspek yang ada dengan kesadaran dan pemikiran matang. Kalau memang belum siap menjawab, mintalah waktu sejenak supaya mengambil keputusan yang tepat.

Pertimbangkan empat hal berikut sebelum kamu bilang “Yes” alias menerima lamaran pacar.

1.Evaluasi kesiapan mental dan emosional

ilustrasi hubungan cinta yang dewasa (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Memasuki jenjang pernikahan perlu kestabilan mental dan emosional darimu dan pasangan. Tanpa ini, tantangan kehidupan pernikahan bisa terasa rumit dan berat. Pernikahan adalah perjalanan panjang yang tentunya ada tantangannya. Pastikan memang sudah sama-sama siap secara mental dan emosional.

Renungkan, apakah kamu sudah cukup dewasa dan siap terhadap komitmen pernikahan? Apakah kalian juga sudah terampil dan bertanggung jawab terhadap emosi sendiri secara bijak

Sebelum menerima, pastikan sudah mengenal diri sendiri dan pasangan dengan baik. Mengetahui dan menerima kelebihan dan kekurangan, serta mampu memahami cara masing-masing berkomunikasi dan mengatasi konflik. Jujurlah pada diri sendiri supaya dapat gambaran utuh tentang kesiapan mental dan emosional menuju pernikahan bersamanya.

2.Keselarasan nilai dan tujuan hidup

ilustrasi bergandengan tangan (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Menjalani keseharian sebagai suami istri perlu keselarasan dalam nilai dan visi misi hidup. Sebelum bilang mau, pastikan bahwa kalian sudah sejalan dan seprinsip. Gak mesti harus sama seluruhnya, setidaknya hal prioritas sama. Bagian lainnya jika berbeda namun bisa saling menoleransi, masih bisa dibicarakan lagi.

Perbedaan dalam hal-hal mendasar dan prioritas bisa jadi sumber konflik jika tak mampu ditangani dengan baik. Kenali dulu perbedaan antara kamu dan pacar sejak dini, sehingga bisa menilai apakah bisa dikompromikan atau tidak. Kalau memang tidak, jangan nekat menjawab bersedia menikah dengannya.

Dengan mempertimbangkan dan dapat kepastian keselarasan dalam hal-hal inti, kamu akan lebih yakin dan optimis saat menjawab lamaran dengan kata “Yes”. Kamu yakin bahwa kehidupan pernikahannya akan berlandasan kuat dan sehat.

3.Pertimbangkan kondisi finansial masing-masing

ilustrasi menjaga kestabilan finansial (pexels.com/Karolina Grabowska)

Tak sekadar menyatunya dua hati yang saling mencintai, menikah juga menggabungkan dua kondisi keuangan. Kestabilan finansial adalah aspek penting yang jangan sampai diabaikan saat menerima lamaran pacar. Evaluasi dulu kondisi keuangan masing-masing, pastikan sudah stabil dan kuat untuk jangka panjang.

Saling terbuka dulu terhadap kondisi keuangan masing-masing, meliputi pendapatan, utang, tabungan, hingga pengeluaran rutinnya. Ini bukan hal yang tabu, gak usah ragu menanyakannya dan saling memberi informasi sejujurnya.

Dengan saling mengecek kondisi keuangan, kalian bisa mempertimbangkan sejauh mana kesiapannya. Saat menjawab bersedia, kamu juga gak akan terbebani perihal finansial saat nanti benar-benar menikah dengannya. Ini membantu mengurangi stres menuju acara pernikahan hingga kehidupan rumah tangga.

4.Sudah bisakah berkompromi dan nyaman untuk terbuka tentang berbagai rasa?

ilustrasi pasangan sedang berdiskusi (pexels.com/Samson Katt)

Pernikahan akan harmonis dan menyenangkan, jika kalian bisa berkompromi dengan bijaksana, serta saling asyik saat curhat. Pasangan juga perlu bisa berperan sebagai sahabat, karena nantinya akan ada saja problematika, termasuk perihal munculnya rasa bosan.

Maka, mencegah munculnya kesempatan perselingkuhan, salah satu upayanya adalah dengan bisa menjadi sahabat terbaik untuk pasangan. Bagaimana komunikasi kalian selama ini? Ketika ada perbedaan, bisakah mencari kesepakatan yang menguntungkan kedua pihak? Sudah gak ada keegoisankah, baik dari pihakmu maupun dia?

Nyamankah juga untuk berbagi segala rasa dengannya? Atau, masih sungkan karena berbagai alasan? Cara mengeceknya bisa dengan mencermati setiap obrolan yang kalian jalani. Jika belum saling enak dan asyik untuk ngobrol, jangan buru-buru bilang “Ya”. Bahkan, pertimbangkan untuk mengakhiri saja, kalau nyatanya pacarmu gak bisa diajak ngobrol secara bersahabat.

Sebelum bilang “Yes” saat dia berlutut sambil bertanya, “Will you marry me?”, jaga pikiran tetap logis. Keputusanmu harus didasari pemahaman yang mendalam dan realistis tentang apa saja yang dibutuhkan untuk membangun kehidupan pernikahan sekali seumur hidup dengan iringan kebahagiaan.

Bukan berarti merusak momen romantisnya, ini justru menunjukkan bahwa kamu menghargai sebuah hubungan serius jangka panjang. Jangan tertekan dengan faktor luar seperti ekspektasi sosial masyarakat sekitar yang melihat momen romantis ini. Pastikan dengan sungguh-sungguh sebelum mengizinkannya menyematkan cincin di jari manis tangan kirimu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us