Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Teori Percintaan yang Mudah Diucapkan namun Sulit Dilakukan

ilustrasi pasangan bahagia (Pexels.com/Marx Ilagan)

Memiliki hubungan yang langgeng, harmonis, dan romantis adalah impian dari setiap pasangan. Namun siapapun pasti tahu bahwa sebuah hubungan gak ada yang sempurna 100 persen. 

Karena, dalam sebuah hubungan percintaan pasti ada masa ketika cinta begitu menggebu-gebu, ada pula kemudian hilang entah ke mana. Nah, untuk memupuk kembali rasa cinta tersebut dan mempertahankannya, ada banyak teori percintaan yang sering kita dengar dalam bentuk nasihat. 

Beberapa dari kita juga pasti berusaha untuk menerapkan nasihat tersebut agar hubungan yang dimiliki bisa terus harmonis. Tapi, pasti teorinya gak semudah praktiknya, kan? Berikut ini beberapa teori yang cukup sulit untuk diterapkan secara nyata dalam kehidupan percintaan kita. 

1. Komunikasi selalu menjadi kunci sebuah hubungan

ilustrasi pasangan sedang bertengkar (Pexels.com/RODNAE Production)

Komunikasi digadang-gadang sebagai salah satu hal yang paling penting dalam sebuah hubungan. Makanya, banyak banget teori yang menyatakan untuk menjalin komunikasi sebaik mungkin dengan pasangan dalam berbagai situasi. 

Terdengar sederhana dan gampang diterapkan, nyatanya nasihat satu ini menjadi tantangan tersendiri terutama saat emosi sedang melanda. Apalagi kalau sudah ngambek, jangankan komunikasi, melihat wajah si dia aja jadi males banget. Iya, gak? 

2. Kepercayaan yang terus terjaga

ilustrasi pasangan (pexels.com/Danielle Reese)

Saling percaya satu sama lain adalah salah satu kunci keberhasilan sebuah hubungan. Dengan dilandasi kepercayaan, kita jadi gak mudah curiga pada pasangan. Sehingga, konflik yang gak perlu pun bisa dihindari. 

Namun, realita bisa berkata lain. Sulit banget untuk menjaga kepercayaan apalagi jika pasangan kita memang gampang dekat dengan lawan jenis dengan kedekatan yang berlebihan. 

3. Sabar menghadapi kekurangan pasangan

ilustrasi berdebat dengan rekan kerja (pexels.com/Mikhail Nilov)

Menerima kekurangan pasangan sebagaimana kita mampu menyukai segala kelebihannya adalah sebuah nasihat yang terdengar mudah. Terlebih jika kelebihan yang dia miliki memang membuat kita tergila-gila dan jatuh cinta.

Namun bagaimanapun juga, kekurangan biasanya mudah menguras emosi. Gak cuma marah-marah, kita juga bisa menjadi kecewa, bahkan khawatir dengan kekurangan yang dimiliki pasangan. Keinginan untuk berpisah pun kerap kali muncul karena permasalahan yang satu ini. 

4. Gak berekspektasi terlalu tinggi pada pasangan

ilustrasi pasangan bertengkar (pexels.com/Keira Burton)

Berekspektasi pada pasangan adalah sesuatu yang gak seharusnya dilakukan. Sebab, kita akan rentan untuk dikecewakan. Mudah banget untuk menyadari hal ini jika kita sedang dalam kondisi stabil. 

Namun, ketika berada dalam situasi genting, atau saat mental kita sedang down, ekspektasi pada pasangan biasanya gak akan terhindarkan. Pasalnya, dia adalah satu-satunya orang yang kita harap paling mengerti.

5. Mengabaikan penilaian orang lain perihal hubungan percintaan kalian

ilustrasi orang ngobrol (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Yang namanya hidup bersosial, kita tentu gak bisa lepas begitu saja dari penilaian orang lain. Bagaimanapun kita menjalani hidup, ada saja komentar negatif yang sampai ke telinga kita. Termasuk juga soal hubungan asmara.

Dia yang kita rasa sudah sempurna, akan dengan mudah mendapat hujatan dari orang lain entah untuk alasan apa. Mengabaikan komentar seperti ini akan mudah pada awalnya. Namun, lama-kelamaan akan sangat mungkin membuat kita mulai terbawa suasana dan seakan menyetujui komentar negatif tersebut. Kalau bisa jangan begitu, ya.

Teori menjalin hubungan yang langgeng memang ada banyak banget bertebaran di luar sana. Gampang banget diucapkan, nyatanya teori-teori tersebut cukup susah diterapkan. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us