Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tipe Cinta Milan & Kay Yerkonovich serta Pengaruhnya dalam Hubungan

IDN Times/Anjani Eka Lestari
IDN Times/Anjani Eka Lestari

Masa kanak-kanak setiap individu membentuk pengalaman yang mengakar untuk setiap jenjang kehidupan selanjutnya. Termasuk juga, pada bagaimana mereka mengekspresikan dan menerima cinta dalam hubungan dewasa.

Konselor keluarga dan pernikahan Dr. Milan dan Kay Yerkovich membagi 5 tipe cinta yang berpengaruh dalam kehidupan romantis. Untuk memahami bagaimana cinta individu tumbuh dan berkembang, kita bisa mempelajari dari kelima tipe cinta berikut. 

1. The Pleaser

IDN Times/Alfisyahrin Zulfahri Akbar
IDN Times/Alfisyahrin Zulfahri Akbar

Individu dengan tipe pleaser tumbuh di keluarga yang cukup protektif dengan orangtua yang pemarah serta pengkritik. Sebagai anak, mereka selalu dituntut menjadi anak yang baik.

Anak dengan tipe pleaser tidak mendapatkan kenyamanan. Mereka hanya berusaha membuat orangtua nyaman.

Beranjak dewasa, individu dengan tipe cinta pleaser sangat tidak nyaman dengan konflik. Mereka kerap kesulitan berada pada situasi yang berkonflik sehingga memilih menghindari konfrontasi.

Mereka berusaha membaca mood seseorang dan memastikan orang tersebut tetap senang. Inilah kenapa ketika tipe cinta pleaser ada dalam tekanan, mereka justru sangat lelah dengan hubungan yang dimiliki. 

Tipe cinta pleaser membuat individu memiliki tujuan yang kurang realistis. Alih-alih membangun hubungan yang sehat, mereka justru terlalu independen terhadap dirinya namun fokus memenuhi kebutuhan orang lain.

Tipe cinta pleaser akan berhasil dalam hubungan apabila ia mau jujur terhadap perasaan dirinya, daripada berusaha menjadi apa yang orang lain inginkan. 

2. The Victim

IDN Times/Alfisyahrin Zulfahri Akbar
IDN Times/Alfisyahrin Zulfahri Akbar

Anak yang tumbuh dengan tipe cinta victim, biasanya memiliki riwayat keluarga yang berantakan. Mereka mencoba berdamai dengan orangtua yang keras, tumbuh menjadi sosok pendiam, dan menyembunyikan identitas dirinya.

Mereka kerap membangun dunia imajinasi sendiri sebagai pengalihan tekanan dalam kehidupan sehari-hari. Tipe cinta victim memiliki self-esteem yang rendah dan berjuang untuk kecemasan dan depresi.

Mereka barangkali akan menikah dengan pasangan yang juga memiliki lingkungan yang sama ketika masih kecil. Namun dari sini, mereka belajar banyak untuk membiarkan kehidupan mengalir.

Meski tak jarang, tipe cinta victim justru membutuhkan situasi menekan untuk mendapatkan pengalaman yang lebih menenangkan. Untuk membentuk hubungan yang stabil, tipe ini harus belajar self-love dan bagaimana mereka tetap bertahan dalam setiap situasi alih-alih membiarkan pasangan pergi. 

3. The Controller

IDN Times/Alfisyahrin Zulfahri Akbar
IDN Times/Alfisyahrin Zulfahri Akbar

Anak dengan tipe cinta controller tumbuh dalam keluarga yang gagal memberikan keamanan atau proteksi. Ia belajar memperhatikan dirinya sendiri dengan terlalu keras.

Mereka mengamankan dirinya dari perasaan negatif, ketakutan, atau perasaan tidak berdaya. Tipe cinta controller menggunakan marah sebagai senjata atau kekuatan mereka. 

Tipe cinta ini tidak suka dengan zona nyaman karena itu berarti tak ada lagi yang bisa dikendalikan. Tipe cinta controller menyelesaikan masalah dengan mengeluarkan sisi ketegasan bahkan kemarahan yang mereka punya.

Untuk membentuk hubungan yang stabil, tipe cinta ini perlu belajar relaksasi, percaya pada pasangan, dan mengendalikan sisi emosional mereka. 

4. The Vacillator

IDN Times/Alfisyahrin Zulfahri Akbar
IDN Times/Alfisyahrin Zulfahri Akbar

Mereka yang tumbuh sebagai tipe vacillator, memiliki orangtua yang tidak bisa diprediksi. Sebagai anak, mereka belajar tidak bergantung pada orangtua.

Ini karena mereka mendapat afeksi yang tidak konsisten, sehingga banyak dari tipe cinta ini mengalami ketakutan yang justru tak diperlihatkan. Ketika anak tipe ini diperhatikan oleh orangtua, mereka kadang justru marah atau enggan untuk menerima.

Dalam masa dewasa, tipe cinta ini mencari pasangan memberikan perhatian dengan konsisten. Mereka punya tendensi untuk menciptakan hubungan ideal. Namun saat hubungan itu tak terwujud, mereka akan sangat kecewa.

Tipe cinta vacillator kerap salah paham terhadap pengalaman yang diterima, baik itu dalam konflik internal diri maupun tekanan emosional dalam hubungan dengan pasangan. Mereka bisa sangat sensitif namun cuek pada perubahan yang dialami dalam hubungan.

Hubungan sehat didapat jika tipe cinta ini belajar mengenal serta memahami pasangan terlebih dahulu sebelum berkomitmen. Hal ini dilakukan sebagai upaya meminimalkan kekecewaan. 

5. The Avoider

IDN Times/Alfisyahrin Zulfahri Akbar
IDN Times/Alfisyahrin Zulfahri Akbar

Anak tipe cinta avoider tumbuh dalam keluarga yang kurang memberikan kasih sayang, sehingga mereka jadi sosok yang independen dan cukup resilien. Sebagai anak, tipe cinta avoider belajar menjaga dirinya sejak kecil dari kecemasan dan rasa nyaman yang kurang.

Mereka memiliki cara berpikir yang logis dan tidak membiarkan emosi mengendalikan saat mengambil keputusan. Untuk membentuk hubungan yang sehat, tipe cinta avoider perlu memahami bagaimana mengekspresikan emosi dengan jujur. 

Kebiasaan atau karakter yang kita miliki sekarang, sedikit banyak merupakan hasil pembentukan dari pengalaman masa lalu. Setelah tahu tipe yang mana, setidaknya kamu mengerti pasangan apa yang kamu mau serta bagaimana membangun hubungan sehat. 

Share
Topics
Editorial Team
Fajar Laksmita Dewi
Febriyanti Revitasari
Fajar Laksmita Dewi
EditorFajar Laksmita Dewi
Follow Us