Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Mengatur Perasaan Orang Lain Bisa Berdampak Buruk

ilustrasi pasangan
ilustrasi pasangan (pexels.com/ Gustavo Fring)
Intinya sih...
  • Membuat orang kehilangan ruang untuk merasakan emosinya sendiri
  • Menimbulkan tekanan emosional pada dirimu sendiri
  • Menghambat kejujuran dalam hubungan
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Banyak orang berpikir bahwa membantu mengatur atau mengarahkan perasaan orang lain adalah bentuk kepedulian. Tapi tanpa disadari, kebiasaan itu justru bisa menjadi bentuk kontrol halus yang membuat hubungan tidak sehat. Ketika kamu terlalu ingin memastikan orang lain selalu bahagia, tidak sedih, atau tidak kecewa, kamu sebenarnya sedang mengambil tanggung jawab emosional yang bukan milikmu.

Akibatnya, hubungan yang seharusnya tumbuh dengan kejujuran malah dipenuhi kepura-puraan dan tekanan. Inilah lima alasan kenapa berusaha mengatur perasaan orang lain bisa berdampak buruk. Hal ini berlaku bagi dirimu sendiri maupun orang lain, ya!

1. Membuat orang lain kehilangan ruang untuk merasakan emosinya sendiri

ilustrasi pasangan
ilustrasi pasangan (pexels.com/RDNE Stock project)

Saat mencoba mengatur perasaan orang lain, kamu tanpa sadar menghalangi mereka untuk benar-benar merasakan dan memproses emosinya. Padahal, setiap orang berhak marah, kecewa, atau sedih tanpa harus ditekan untuk cepat “baik-baik saja”. Hal ini membuat mereka sulit belajar mengenali dan mengelola perasaan secara mandiri. Akibatnya, hubungan jadi tidak seimbang karena kamu selalu berperan sebagai pengatur, bukan pendengar yang memberi ruang.

2. Menimbulkan tekanan emosional pada dirimu sendiri

ilustrasi pasangan
ilustrasi pasangan (pexels.com/Mikhail Nilov)

Mengatur perasaan orang lain bukan hanya melelahkan, tapi juga membuat kamu memikul beban yang bukan tanggung jawabmu. Kamu jadi terus memikirkan bagaimana orang lain merasa, takut salah bicara, atau khawatir tindakanmu membuat mereka kecewa. Tekanan semacam ini bisa membuatmu kehilangan keseimbangan emosional. Lama-lama kamu merasa lelah, cemas, bahkan kesal karena tidak mendapat ruang untuk mengekspresikan perasaanmu sendiri.

3. Menghambat kejujuran dalam hubungan

ilustrasi pasangan
ilustrasi pasangan (pexels.com/Timur Weber)

Ketika kamu sibuk mengatur perasaan orang lain, kamu cenderung memilih kata atau tindakan yang “aman” agar tidak menyinggung mereka. Akibatnya, komunikasi menjadi penuh basa-basi dan kehilangan kejujuran. Padahal, hubungan yang sehat justru tumbuh dari keterbukaan, bukan dari usaha untuk saling melindungi secara berlebihan. Tanpa kejujuran, hubungan hanya terlihat tenang di permukaan, tapi menyimpan jarak di dalamnya.

4. Membuatmu sulit menetapkan batas emosional yang sehat

ilustrasi pasangan
ilustrasi pasangan (pexels.com/RDNE Stock project

Terlalu fokus pada perasaan orang lain membuat kamu sulit membedakan mana tanggung jawab mereka dan mana tanggung jawabmu sendiri. Kamu mungkin merasa bersalah jika mereka sedih, padahal perasaan itu tidak sepenuhnya dalam kendalimu. Tanpa batas emosional yang jelas, kamu bisa kehilangan identitas dalam hubungan. Kamu lebih sibuk menenangkan orang lain dibanding menjaga kestabilan perasaanmu sendiri.

5. Menghambat pertumbuhan emosional kedua belah pihak

ilustrasi pasangan
ilustrasi pasangan (pexels.com/RDNE Stock project)

Ketika kamu terus “menyelamatkan” orang lain dari emosinya sendiri, mereka tidak pernah belajar untuk menghadapinya dengan dewasa. Dan kamu pun tidak berkembang karena terus terjebak dalam peran pengontrol yang melelahkan. Hubungan yang sehat bukan tentang membuat semua orang selalu bahagia, tapi tentang tumbuh bersama di tengah berbagai emosi yang nyata. Belajar menerima bahwa kamu tidak bisa mengatur perasaan orang lain adalah langkah penting untuk menciptakan koneksi yang jujur dan matang.

Berhenti mencoba mengatur emosi orang lain bukan berarti kamu tidak peduli, tapi justru bentuk kepedulian yang lebih bijak. Sebab, mengatur perasaan orang lain bisa berdampak buruk untukmu dan dirinya. Lebih baik kamu memberi mereka kesempatan untuk tumbuh dan belajar, sembari menjaga keseimbangan emosimu sendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us

Latest in Life

See More

6 Cara Mengaplikasikan Buku Self Growth ke dalam Kehidupan Sehari-hari

11 Nov 2025, 23:15 WIBLife