7 Tanda Nyata Kamu Sudah Jadi Penggila Belanja, Cek Deh!

Karena orang-orang di sekitarmu sudah mulai mengomentari kebiasaan borosmu ini, kamu mulai menyembunyikan barang-barang apapun yang kamu beli. Kamu tidak ingin ketahuan jika kamu membeli barang baru dan barang baru lagi. Jika ada keluarga atau temanmu yang bertanya, maka kamu akan menjawab bahwa barang yang baru saja kamu beli itu adalah barang lama yang kamu beli beberapa waktu lalu.

Kamu tahu bahwa kamu boros dan kamu ingin mengurangi kebiasaanmu itu. Tapi saat kamu pergi ke mall dan melihat model sepatu yang belum kamu punya, maka kamu akan tetap membelinya. Pada akhirnya kamu akan kalah dengan hawa nafsumu sendiri. Boros merupakan sebuah kebiasaan buruk yang kalau tidak direm kamu bisa menabrak tembok atau bahkan masuk jurang. Jika kamu ingin mengurangi kebiasaan borosmu, maka kamu butuh tekad yang super duper kuat.

Pada akhirnya lemarimu akan penuh dengan barang-barang yang jarang kamu pakai atau bahkan tidak kamu gunakan sama sekali. Maniak belanja sebenarnya bukan karena kamu benar-benar membutuhkan barang tersebut, melainkan benar-benar menginginkannya.

Kebiasaanmu berbelanja membuatmu mengoleksi begitu banyak kartu kredit karena tergiur. Pada akhirnya, kamu bisa menderita jika kamu mengeluarkan lebih banyak daripada yang kamu dapatkan. Mulai kenali tanda berbahaya ini, jika kamu diam saja dan tidak melakukan pencegahan apapun, maka kamu tidak bisa berubah dari maniak belanjamu ini.

Jika kamu merasa sedih, kamu ingin berbelanja dengan alasan untuk menghibur hati. Sedangkan saat kamu senang, kamu ingin berbelanja untuk semakin membuatmu senang. Mood-mu yang mengatur pengeluaranmu. Jangan biarkan hal ini terjadi. Kamu boleh saja merasa sedih atau senang, tapi kamu tidak bisa menjadikannya sebagai alasan kamu berboros-boros ria.

Pada bulan pertama “Niat berubah”, kamu bertekad setengah mati untuk menabung uangmu. Namun, pertengahan sampai akhir bulan, kamu berturut-turut melihat dompet bagus dan tas yang luar biasa lucu, kamu langsung berpikir “Pake aja dulu gak papa deh, bulan depan aku pasti nabung,” dan terjadilah “nabung” yang hanya wacana saja. Bulan depan, percayalah hal itu akan terjadi lagi. Dan bulan depannya lagi dan bulan depannya lagi. Pada akhirnya kamu tidak akan bisa menabung sampai kapanpun.

Semisal kamu berkeinginan 2 tahun lagi ingin punya mobil. Kamu mulai menghitung gaji, sambilan, dan pengeluaran kamu setiap bulannya. Kamu berpikir bahwa setelah memperhitungkan semuanya maka kamu akan bisa membeli mobil dalam waktu 2 tahun. Tapi, kemudian kamu belum bisa menghilangkan secara paksa kebiasaan borosmu itu maka percayalah semua perencanaan yang kamu lakukan hanya sia-sia saja. Bahkan dalam waktu 4 tahun, kamu tidak akan bisa membeli mobil.

Menjajankan uang yang didapatkan dari keringat sendiri tentu tidak salah. Yang membuatnya menjadi salah adalah ketika kamu tidak bisa memisahkan antara nafsu dan kebutuhan. Apalagi sampai kamu terlilit hutang demi memenuhi keinginanmu beli sepatu baru. Semuanya memang terserah kamu, tapi terserah bukan berati semaunya sendiri, kan?