12 Perempuan Inspiratif dalam Her World Women of The Year 2021

Baru berusia 16 tahun, Carys Mihardja begitu tersentuh melihat anak-anak dengan down syndrome yang selalu terlihat gembira dan tulus. Carys yang baru saja menginjak usia remaja datang ke pawai yang diadakan oleh POTADS (Persatuan Orang Tua Anak Dengan Down Syndrome) dalam rangka memeringati Hari Down Syndrome Dunia.

Carys Care dibentuk pada 2018 sebagai platform yang bertujuan menggalang awareness terhadap para penyandang down syndrome. Ia menemukan banyak teman down syndrome yang memiliki talenta, seperti menari atau melukis. Hasil lukisan tersebut diproduksi menjadi tas, t-shirt, tumbler, scarft, pouch, dan merchandines lain yang dijual. Keuntungannya untuk memberi dukungan finansial pada keluarga dengan anak down syndrome bekerjasama dengan POTADS.

“Mereka punya bakat terpendam, walaupun kemampuan yang dimiliki tidak sama dengan kita. Lebih tepat jika kita menyebut mereka itu memiliki different ability bukan disability,” ungkap siswa Sekolah Pelita Harapan Lippo Village ini.

Pasti kamu sangat familiar dengan kedua sosok ini. Namanya dikenal banyak orang berkat ketekunannya memberikan prestasi dalam bidang olahraga. Greysia Polii dan Apriyani membuktikan bahwa usaha dan kerja keras yang mereka lakukan berhasil membawa pulang medali emas bagi Indonesia dalam kancah Olimpiade Tokyo 2021.

Kedunya bermimpi menjadi atlet badminton sejak kecil. Greysia Polii bahkan sudah mengenal olahraga ini sejak berusia 5 tahun. Sementara itu, membawa pulang medali emas Olimpiade merupakan impian kecil Apriyani. 

Tentu, menjadi juara dalam kompetisi berkelas seperti Olimpiade Tokyo adalah proses yang panjang dan membahagiakan. Greysia melihat bahwa pencapaian ini adalah bukti dari berbagai proses jatuh bangunnya, seperti kekalahan hingga diskualifikasi pada London 2012 Olimpic.

Marissa Anita merupakan seorang jurnalis, presenter, dan aktris dengan segudang prestasi. Kamu pasti pernah melihat wajahnya mendominasi layar kaca dan dunia perfilman. Awal kariernya dimulai sebagai jurnalis di Metro TV, NET, Al-Jazeera, dan ABC Australia.

Memasuki usia dewasa muda, ia mengakui memiliki banyak ambisi dan ingin mencoba hal baru. Di tahun 2006, ia mendalami Media Practice di University of Sydney. Kemudian, mempelajari Digital Media & Society di Loughborough University, Inggris tahun 2016.

Tak heran, bila Marissa juga aktif berperan di beberapa film hingga berhasil meraih penghargaan. Ia juga bergabung dengan komunitas teater The Jakarta Players.

Siapa yang tak kenal dengan perempuan yang satu ini? Sosok inspiratif ini memulai kariernya dalam film Untuk Rena (2005) hingga ia mendapatkan penghargaan di Film Festival Jakarta 2006 untuk kategori Aktris Utama Terpilih. Berakting di film Sang Pemimpi, membuka perjalanan kariernya di industri hiburan.

Maudy Ayunda aktif bermain film dan merilis karya musik, yaitu album Moments (2015) dan Oxygen (2018). Kecintaannya terhadap literasi membuat Maudy menelurkan karya baru berupa buku inspiratif, yaitu A Forest of Fables pada 2005, #Dear Tomorrow: Notes to My Future Self pada 2018, hingga dua novel bertajuk Kina’s Story yang diterbitkan pada 2019 silam.

Terlepas dari talenta dan karier yang membesarkan namanya, Maudy Ayunda tak melupakan pentingnya meraih pendidikan setinggi mungkin. Kecintaannya untuk belajar mendorongnya menempuh studi di University of Oxford dengan jurusan Philosophy, Politics and Economics dan lulus pada 2016. Baru-baru ini, ia berhasil menginspirasi banyak orang saat mengunggah momen wisuda dengan dua gelar: Master of Business Administration dan Master of Arts in Education dari Standford University.

Sosok inspiratif lainnya adalah Nadhira Afifa. Namanya mulai terkenal ketika ia mendapatkan kesempatan menjadi commencement student speaker pada wisuda daring Harvard University pada 2020 lalu, tepatnya saat ia resmi menyelesaikan studi pascasarjananya dengan mengambil jurusan Public Health.

Sebelumnya, perempuan 25 tahun ini lulus sebagai dokter. Ia merasa bahagia ketika bisa meringankan beban dan memberikan manfaat bagi banyak orang. Ia pernah bertolak ke Tanzania, Afrika Timur, untuk menangani permasalahan gizi buruk pada remaja usia sekolah. Itulah mengapa ketika menempuh studi di Harvard, Nadhira berusaha memahami lebih dalam tentang nutrisi.

Banyak orang merasa tak bebas bergerak di masa pandemik, seperti halnya dengan Nanda Mei Sholihah. Ia merupakan Atlet Paralimpik yang berhasil membanggakan Indonesia dengan meraih lebih dari 20 mendali emas dalam kompetisi nasional maupun internasional.

Pandemik memang membuat atlet susah melakukan kegiatannya karena banyaknya fasilitas olahraga yang ditutup. Nanda juga mengakui kesulitan untuk latihan karena waktu latihan semakin berkurang, padahal atlet lari dan sprinter memerlukan lintasan. Namun, keadaan semakin membaik, kini ia bisa kembali berjuang di lapangan.

“Kita harus mendedikasikan diri kita kepada lingkungan sekitar, kepada masyarakat,” ujar Shinta.

Perempuan yang berprofesi sebagai CEO Lemonilo ini ingin membawa dampak besar bagi masyarakat. Sebabnya, ketertarikannya dalam dunia bisnis membuat Shinta mulai berjualan dan mengembangkan diri sebagai seorang pebisnis yang bisa memberikan manfaat.

Ia pernah berada di fase quarter life crisis untuk menemukan tujuan hidupnya. Namun, ia berani mengambil keputusan yang tidak semua orang berani ambil. Shinta pernah bekerja di sektor hukum, sebelum akhirnya memutuskan untuk menjadi pebisnis.

Erat dengan penyakit kanker, membuat Janna Soekasah Joesoef dan Amanda Gratiana Soekasah mendirikan produk gelang. Seluruh hasil penjualan disumbangkan kepada komunitas kanker. 

“Waktu itu, penyakit kanker sangat dekat dengan kami. Kebetulan nenek kami adalah seorang penyintas. Bahkan kami cukup sering mendengar kabar ada teman atau keluarga dekat yang terkena kanker. Mulai dari usia tua hingga anak-anak. Akhirnya kami memutuskan untuk fokus menyebarkan awareness terhadap penyakit kanker dan bentuk solidaritas bagi para penderita kanker,” jelas Janna.

Gelang bernama "I am Hope" mulai viral di media sosial sehingga ia pun berhasil membuat toko offline di Plaza Indonesia. Berasal dari nama tersebut, kini mereka sukses menyentuh hati banyak orang.

Amanda dan Janna juga berkolaborasi dengan Wulan Guritno dalam mendirikan Yayasan Dunia Kasih Harapan. Yayasan tersebut gak hanya fokus pada kanker, melainkan juga menciptakan gerakan positif untuk membantu di segala bidang sosial. Mereka juga mencoba menggalang donasi melalui teknik care entertainment.

Kini, kita seringkali mendengar fenomena pernikahan muda atau perkawinan dini yang masih berakar kuat budayanya. Isu ini menjadi perhatian Suci Apriani, Ketua KPAD Kediri, Lombok Barat.

Ia berjuang untuk menolong anak-anak keluar dari praktik perkawinan usia anak yang lekat di daerahnya. Banyak konsekuensi yang harus diterima, seperti ancaman, disumpahi takkan menikah sampai usia berapapun. Tak terkecuali, ancaman fisik seperti tangannya akan dipotong dan dibegal jika bersikeras menggagalkan perkawinan anak yang nyaris terjadi.

Sustainability merupakan konsep yang masih terus digalakkan dalam berbagai sektor. Berkat kepeduliannya terhadap lingkungan, Tiza Mafira dikenal sebagai aktivis lingkungan yang punya andil besar dalam pembatasan penggunaan plastik.

Dengan latar belakang hukum dari Universitas Indonesia dan Harvard Law School, ia menjadi ahli hukum dan kebijakan lingkungan dengan spesialisasi di bidang perubahan iklim dan pengelolaan sampah. Selain itu, profesinya sebagai Direktur Eksekutif Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP), mendorong Tiza untuk menggalakkan pelarangan penggunaan kantong plastik di lebih dari 50 kota di Indonesia.

"Mereka telah membuktikan bahwa tidak ada hasil yang mengkhianati kerja keras. Determinasi dan kegigihan mereka untuk mencapai tujuan mulia patut menjadi inspirasi untuk kita semua," ucap Shantica Warman, Editor in Chief Her World Indonesia.

Semoga kisah inspiratif para perempuan terpilih dalam Her World Women of The Year 2021 ini bisa menginspirasimu juga, ya!