Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apakah Perempuan Single Perlu Beli Rumah? Jangan Membuang Kesempatan

ilustrasi di rumah (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi di rumah (pexels.com/Andrea Piacquadio)
Intinya sih...
  • Perlu jika dananya ada
  • Perlu kalau kamu lelah indekos atau mengontrak
  • Juga saat tak nyaman lagi tinggal bareng orangtua atau saudara

Beli rumah biasanya baru menjadi prioritas setelah seseorang akan atau telah menikah. Pun di masyarakat Indonesia seolah-olah ada aturan tidak tertulis yang menekankan pembelian rumah menjadi tanggung jawab pria atau suami. Istri tinggal ikut tinggal di rumah tersebut. Ini membuat banyak perempuan lajang belum memikirkan buat memiliki hunian pribadi.

Namun, apakah benar perempuan single perlu beli rumah? Memang harga rumah gak murah. Seandainya seorang perempuan lajang ingin membelinya tentu mesti bekerja keras. Namun, menundanya dari waktu ke waktu karena berpikir itu bukan tugasmu juga kurang tepat.

Sama seperti barang apa pun, sesungguhnya rumah juga dapat dibeli siapa saja tanpa dipengaruhi jenis kelamin atau status pernikahan. Hanya lantaran dirimu masih sendiri, jangan lantas terlalu santai soal hunian pribadi yang cepat atau lambat bakal menjadi kebutuhan. Mengingat mahalnya harga rumah, mulailah memikirkan cara buatmu memilikinya. Pertimbangan perlu atau tidaknya kamu membeli rumah ada di bawah ini.

1. Perlu jika dananya ada

ilustrasi membeli rumah (pexels.com/Kindel Media)
ilustrasi membeli rumah (pexels.com/Kindel Media)

Khususnya untuk perempuan lajang yang memiliki pendapatan. Uangmu setelah bertahun-tahun bekerja tentu sudah terkumpul lumayan. Apalagi kalau posisimu dalam pekerjaan cukup bagus. Setiap tahun kamu dapat menabung sampai jutaan rupiah. Selama ini uang itu dipakai buat apa saja?

Bila danamu menganggur, mulai tahun ini atau tahun depan dapat digunakan untuk membeli rumah. Pun jika dirimu masih terbiasa hidup boros dengan memperturutkan keinginan, lama-lama sayang uangnya. Berapa pun penghasilanmu seakan-akan menguap begitu saja dari hari ke hari.

Pakai dana yang tersedia buat membeli rumah. Ini menyelamatkan hasil kerja kerasmu dari pemborosan yang tidak perlu. Uangmu tak hilang dan hanya berubah wujud menjadi tempat tinggal. Harga rumah juga terus naik seiring waktu sehingga nilai uang yang dibayarkan bukannya menyusut malah bertambah dalam bentuk properti.

2. Perlu kalau kamu lelah indekos atau mengontrak

ilustrasi membeli rumah (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi membeli rumah (pexels.com/RDNE Stock project)

Sudah berapa lama kamu indekos atau menyewa rumah? Kalau dirimu masih enjoy tentu tak usah buru-buru mencari rumah sendiri pun gak apa-apa. Apalagi kos-kosan atau rumah kontrakanmu dekat dengan kantor. Lumayan, kamu dapat menghemat biaya transportasi serta mengurangi kelelahan akibat perjalanan berangkat dan pulang.

Soalnya, perumahan baru biasanya di daerah yang agak pinggiran. Bila pun ada rumah lama di tengah kota yang dijual pasti harganya sudah mahal sekali. Akan tetapi, apabila kamu telah jenuh sampai benar-benar gak bisa menikmati berada di kos-kosan atau rumah kontrakan berarti saatnya membeli rumah pribadi.

Tentu beli rumah gak segampang itu jika dananya sama sekali belum tersedia. Tapi kamu sudah bisa mulai berjuang untuk memilikinya. Gak usah memikirkan statusmu yang belum menikah. Cukup fokus pada usahamu mencari tempat tinggal yang lebih nyaman ketimbang kos-kosan atau rumah kontrakan.

3. Juga saat tak nyaman lagi tinggal bareng orangtua atau saudara

ilustrasi di rumah (pexels.com/Jesse R)
ilustrasi di rumah (pexels.com/Jesse R)

Bila muncul perasaan tak nyaman lagi untukmu tinggal bersama orangtua atau saudara, jangan merasa bersalah. Ketidaknyamanan ini tidak selalu karena ada konflik di antara kalian. Orangtua atau saudara yang toksik tentu bikin dirimu gak betah buat tinggal bareng mereka. Namun, perasaan ingin tinggal di tempat yang berbeda juga dapat disebabkan oleh ukuran rumah yang terlalu sempit buat beramai-ramai.

Atau, sesimpel kamu sekarang sudah tambah dewasa dan butuh lebih banyak privasi. Tak seperti dulu ketika dirimu masih remaja, sekarang kamu ingin bisa menata rumah sesuai keinginanmu. Dirimu ingin beristirahat, bekerja, serta menerima tamu di rumah dengan lebih leluasa.

Semua itu lebih mudah diwujudkan apabila kamu punya rumah sendiri.

Memang awalnya dirimu ragu untuk meninggalkan rumah. Pun ketika kamu mengutarakan keinginan itu boleh jadi orangtua atau saudaramu melarang. Namun, ini bisa terus dikomunikasikan. Katakan bahwa saat dirimu menempati rumah pribadi pun bakal tetap sering main ke rumah mereka. Begitu pula mereka dapat kapan saja mampir bahkan bermalam di rumahmu. Pisah rumah dengan orangtua atau saudara ketika kamu masih lajang tidak menandakan hubungan kalian gak akur.

4. Bisa buat mengantisipasi kelak calon suami belum punya rumah

ilustrasi rumah baru (pexels.com/Jakub Zerdzicki)
ilustrasi rumah baru (pexels.com/Jakub Zerdzicki)

Seperti disinggung di awal, di masyarakat Indonesia pembelian rumah kerap dibebankan pada pria ketika mereka akan atau sudah menikah. Namun, tidak ada salahnya untuk perempuan single sepertimu membelinya. Bagaimanapun juga, harga rumah tak murah. Belum tentu kelak calon pasanganmu sudah punya rumah.

Kalau kondisinya seperti itu, bukan artinya ia adalah pria yang kurang bertanggung jawab. Perjalanan karier setiap orang berbeda-beda. Mungkin pendapatannya tak sebagus kamu, ia sempat kehilangan pekerjaan sehingga tabungan terkuras buat biaya hidup, atau menjadi generasi sandwich.

Sementara itu, dirimu juga tak lantas bisa berhenti mencintainya hanya lantaran hal tersebut. Selama dia menunjukkan sikap yang baik dan siap bertanggung jawab atas nafkah sehari-hari, kalian menikah saja. Kamu dan suami dapat langsung menempati rumahmu. Perkara di kemudian hari ia membeli rumah yang lebih besar untukmu dan anak-anak, itu rezeki.

5. Perlu bahkan bila kamu takut tinggal sendirian

ilustrasi di rumah (pexels.com/Nino Souza)
ilustrasi di rumah (pexels.com/Nino Souza)

Takut tinggal sendirian bukan hambatan nyata untukmu memiliki rumah pribadi. Kalau dipikir-pikir, dirimu indekos juga sendirian di kamar. Rasa gak terlalu kesepian timbul karena kamu sadar bahwa penghuni kos-kosan bukan hanya dirimu. Kamar-kamar yang lain juga ditempati.

Kesadaran ini dapat dibawa ketika kamu membeli rumah. Walaupun dirimu menempatinya seorang diri, tetanggamu banyak. Bahkan kalau kamu tinggal di perumahan biasanya ada petugas keamanan yang selalu berjaga. Demikian pula saat dirimu tinggal bareng orangtua.

Mereka tak setiap waktu ada di rumah. Kamu cuma merasa lebih aman karena telah bertahun-tahun tinggal di sana. Maka kenyamanan yang sama juga akan dirasakan setelah dirimu cukup lama menempati rumah pribadi. Kamu pun dapat menghuni rumah tersebut bareng salah satu saudara. Atau, kamar yang lain disewakan.

Meski semua poin di atas menunjukkan perempuan single perlu beli rumah, ini bukan keharusan. Kamu tetap boleh tidak membelinya jika kelima hal di atas gak sesuai dengan situasimu. Akan tetapi, jangan menunda pembelian rumah cuma gara-gara dirimu berpikir tak pantas perempuan single memiliki rumah.

Nanti banyak pria malah minder untuk mendekatimu karena mereka belum punya hunian pribadi. Atau, pria yang mendekati cuma ingin memanfaatkanmu secara finansial. Kamu tentu tak berminat berpasangan dengan pria rendah diri dan bisa bersikap selektif pada siapa pun yang mencoba mendekati.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us