Shandy Aulia dikenal sebagai aktris papan atas Indonesia yang telah berkarier sejak tahun 2004. Kini Shandy telah berusia 32 tahun dan sedang mengandung anak pertamanya.
Dalam 15 tahun perjalanan kariernya, Shandy hampir tidak pernah terlibat dalam kontroversi atau konflik. Namun bulan September 2019 lalu, Shandy menerima banyak kritik akibat foto maternity yang diunggahnya di instagram. Lalu kira-kira bagaimana sih tanggapan Shandy?
Bulan September lalu, Shandy sempat banyak mendapat komentar negatif dan kecaman dari netizen terkait gaya berpakaiannya. Shandy mengunggah foto maternity-nya dengan pakaian yang minim.
Tujuan dari pakaian minim tersebut adalah menunjukkan usia kehamilannya yang sudah masuk minggu ke-17. Namun ternyata, Netizen tidak suka melihat unggahan tersebut dan akhirnya melontarkan caci maki terhadap perempuan kelahiran 1987 tersebut.
Shandy tidak ambil pusing dengan komentar dan caci maki para netizen. Menurutnya, gaya berpakaian adalah hal yang bersifat pribadi. Selama memang kita berpakaian dalam tempat yang tepat, kita bisa bereksperimen dengan gaya berpakaian kita.
“It’s a personal, asal kamu pakai di tempat yang tepat. Kalau memang ada yang prefer personalnya sesuai yang dia yakini ya go ahead. Tapi yang perlu ditekankan, semua pilihan di tangan masing-masing. Berpakaian itu sangat luas. It’s a personal, It’s a choice,” papar pemain film Eifeel I’m in Love tersebut.
Meskipun menerima banyak komentar negatif, Shandy juga tidak lantas menghakimi para perundungnya tersebut. Bagi Shandy, memang keyakinan dan cara pandang tiap orang berbeda-beda. Oleh karena itu, kita seharusnya bisa menghargai keyakinan satu sama lain.
“Tantangan kita adalah cara pandang ya. Kita harus bisa membedakan apa itu keyakinan, apa itu keanekaragaman. Yang lucunya kadang kita punya keyakinan tapi kita memaksakan itu untuk membuat semua sesuai dengan warna kita.”
Lebih lanjut, Shandy merasa banyak orang yang memaksa setiap orang untuk sesuai dengan keyakinan yang dipercayainya. Hal ini membuat apa yang di luar keyakinannya menjadi salah. Padahal, Shandy merasa keyakinan yang kita miliki seharusnya membuat kita semakin dekat dengan Tuhan dan menghargai sesama.
“Kalau kita lebih dekat dengan Tuhan, kita bisa lebih mengayomi banyak orang. Impact kita ada yaitu kasih. Jangan malah merasa lebih baik dari orang. Saya percaya orang yang ber-Tuhan, dia akan lebih banyak menyebarkan hal positif di mana pun dia berada, even bukan di komunitasnya sendiri,” ujar Shandy.
Dari pengalamannya ini, Shandy mengajak perempuan untuk nyaman dengan diri mereka sendiri. Nyaman di sini gak hanya dari cara berpakaian, namun juga dari apa pun gaya hidup mereka. Selama memang itu sesuai dengan keyakinannya dan memberikan impact yang positif, perempuan bebas untuk memilih.
“Perempuan harus kuat, harus tangguh, harus bisa membangun dirinya sendiri dan feeling secure. Kalau dia secure sama hidup dia, apa pun yang terjadi pada hidupnya dia bisa hadapi itu,” tutup Shandy.