Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Gejala Brain Rot yang Sering Tak Disadari, Kenali Guys!

ilustrasi main hp (pexels.com/Michael Burrows)
ilustrasi main hp (pexels.com/Michael Burrows)

Banyak orang merasa kehilangan semangat, mudah terdistraksi, atau sulit fokus, namun jarang menyadari bahwa itu bisa jadi tanda brain rot. Istilah ini merujuk pada kondisi otak yang perlahan kehilangan ketajamannya akibat kebiasaan yang buruk. Brain rot tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan perlahan menggerogoti kemampuan berpikir dan berkonsentrasi.

Sayangnya, gejala-gejalanya sering kali dianggap sepele atau wajar dalam kehidupan modern. Padahal, jika dibiarkan terus menerus, brain rot bisa berdampak besar pada produktivitas dan kualitas hidup. Mari kita kenali tujuh gejala brain rot yang sering tak disadari agar kamu bisa segera mengambil tindakan.

1. Sulit fokus dalam waktu lama

ilustrasi malas (pexels.com/ Karolina Grabowska)
ilustrasi malas (pexels.com/ Karolina Grabowska)

Kamu sering merasa kesulitan untuk menyelesaikan satu tugas tanpa terganggu oleh notifikasi atau dorongan untuk mengecek ponsel? Ini bisa jadi gejala awal dari brain rot. Otak yang terus-menerus terbiasa dengan distraksi akan kehilangan kemampuan untuk berkonsentrasi dalam jangka waktu lama.

Kebiasaan multitasking atau terlalu sering berganti tugas juga memperburuk kondisi ini. Meskipun terlihat produktif, otak sebenarnya tidak pernah bekerja optimal dalam satu hal. Akibatnya, hasil kerja menjadi kurang maksimal dan kamu merasa cepat lelah.

2. Menunda-nunda pekerjaan

ilustrasi malas (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi malas (pexels.com/cottonbro studio)

Menunda pekerjaan bukan sekadar soal malas atau tidak ada motivasi, melainkan bisa menjadi gejala brain rot yang umum. Ketika otak terbiasa mencari kenyamanan instan seperti scroll media sosial, kemampuan untuk memulai tugas jadi menurun. Lama-kelamaan, kamu akan sulit membedakan mana tugas penting dan mana yang bisa ditunda.

Prokrastinasi membuat kamu terjebak dalam siklus kecemasan dan rasa bersalah. Semakin sering ditunda, semakin berat pula beban mental yang kamu rasakan. Otak menjadi kurang responsif terhadap tekanan waktu karena sudah terbiasa "kabur" dari tanggung jawab.

3. Sering lupa hal-hal kecil

ilustrasi berpikir (pexels.com/Andres Ayrton)
ilustrasi berpikir (pexels.com/Andres Ayrton)

Apakah kamu sering lupa di mana meletakkan kunci atau lupa apa yang hendak dikatakan beberapa detik yang lalu? Ini bukan hanya soal usia, tapi bisa menjadi tanda otakmu mulai mengalami penurunan fungsi. Brain rot memengaruhi memori jangka pendek, membuatmu kesulitan menyimpan informasi baru.

Lupa hal-hal kecil juga bisa menjadi efek dari otak yang terlalu sibuk atau terlalu banyak menerima input dalam waktu singkat. Ketika otak tidak sempat menyaring dan mengolah informasi, ingatan menjadi cepat memudar. Akibatnya, kamu jadi merasa tidak teratur dan kehilangan kendali atas hal-hal sepele.

4. Merasa lelah meskipun tidak melakukan banyak hal

ilustrasi lelah (pexels.com/Monstera Production)
ilustrasi lelah (pexels.com/Monstera Production)

Rasa lelah yang terus-menerus tanpa aktivitas fisik berat bisa jadi pertanda bahwa otakmu mengalami kelelahan mental. Brain rot membuat otak terus aktif tanpa arah, menghabiskan energi untuk hal-hal tidak penting. Kamu mungkin tidak merasa produktif, tapi tetap kelelahan setiap harinya.

Kondisi ini sangat umum terjadi ketika kamu terus-menerus terpapar informasi dari media sosial atau internet. Otak terus bekerja memproses data yang sebenarnya tidak terlalu bermanfaat. Energi mental habis untuk hal-hal sepele sehingga tidak ada tenaga tersisa untuk hal yang benar-benar penting.

5. Kehilangan minat pada hal-hal yang dulu disukai

ilustrasi bosan (pexels.com/Antoni Shkraba)
ilustrasi bosan (pexels.com/Antoni Shkraba)

Salah satu gejala brain rot yang paling menyedihkan adalah hilangnya rasa antusias terhadap hobi atau kegiatan yang dulu kamu cintai. Otak menjadi tumpul terhadap rangsangan positif karena terlalu sering mendapatkan dopamin instan dari konten digital. Akibatnya, hal-hal yang dulu membuatmu bersemangat kini terasa hambar.

Ini bisa berujung pada perasaan hampa dan kehilangan makna dalam keseharian. Ketika kamu kehilangan minat pada hal-hal yang sebelumnya memberi energi, produktivitas dan kesehatan mental bisa terganggu. Lama-kelamaan, kamu merasa hidup menjadi datar dan tidak memuaskan.

6. Tidak bisa menikmati momen sekarang

ilustrasi malas (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi malas (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Kamu mungkin sedang berkumpul bersama teman, tapi pikiranmu malah sibuk memikirkan pekerjaan atau hal lain di ponsel. Ketidakmampuan untuk hadir secara penuh di saat ini adalah gejala brain rot yang sering tak disadari. Otak yang terus-menerus melompat dari satu hal ke hal lain sulit merasakan kedamaian.

Padahal, kemampuan untuk menikmati momen sekarang sangat penting bagi kesehatan mental. Ketika otak terus terjebak antara masa lalu dan masa depan, kamu kehilangan kesempatan untuk merasa puas. Hidup menjadi seperti berlalu begitu saja tanpa benar-benar kamu rasakan.

7. Merasa gelisah jika tidak memegang ponsel

ilustrasi main hp (pexels.com/iam hogir)
ilustrasi main hp (pexels.com/iam hogir)

Apakah kamu merasa gelisah atau cemas ketika ponsel tidak berada di dekatmu, meskipun tidak ada notifikasi masuk? Ini adalah gejala brain rot akibat ketergantungan digital yang sudah kronis. Otak menjadi kecanduan pada stimulasi cepat yang diberikan oleh layar.

Kebiasaan ini membuat otak sulit merasa tenang tanpa gangguan eksternal. Bahkan di waktu senggang, kamu tetap merasa perlu untuk terus terhubung. Akibatnya, otak tidak pernah benar-benar beristirahat dan terus mengalami kelelahan.

Gejala brain rot memang tidak langsung terlihat, tapi dampaknya bisa sangat besar jika dibiarkan. Mengenali dan mengatasi gejala ini sejak dini akan membantumu menjaga kesehatan mental dan kemampuan berpikir. Mulailah dari hal kecil untuk membebaskan otak dari kebiasaan buruk sebelum semuanya terlambat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Wahyu Kurniawan
EditorWahyu Kurniawan
Follow Us