5 Cara Laki-Laki Bisa Tampil Autentik Tanpa Performatif

- Tunjukkan emosi, jangan sembunyikan
- Kemampuan merasakan dan mengekspresikan emosi adalah bentuk kedewasaan emosional.
- Akui perasaanmu dan bicarakan dengan orang yang kamu percaya untuk mencegah ledakan emosi.
- Lakukan hal yang kamu suka, bukan yang dianggap “laki-laki”
- Nikmati hal-hal yang kamu sukai tanpa takut dihakimi atau malu.
- Memberi izin pada diri sendiri untuk menikmati minat pribadi tanpa terpengaruh stereotip lama.
Performa maskulinitas adalah ketika laki-laki merasa perlu “berperan” agar terlihat sesuai dengan standar sosial. Sedangkan autentik artinya jadi diri sendiri, tanpa harus membuktikan apapun ke siapa pun.
Menjadi autentik bukan berarti “melawan” maskulinitas, tapi memilih jalan yang jujur, sehat, dan manusiawi. Berikut 5 cara praktis yang bisa kamu coba untuk hidup lebih autentik tanpa harus terjebak dalam topeng performa.
1. Tunjukkan emosi, jangan sembunyikan

Banyak laki-laki tumbuh dengan keyakinan bahwa menunjukkan emosi = kelemahan. Padahal, justru kemampuan untuk merasakan dan mengekspresikan emosi adalah bentuk kedewasaan emosional. Kamu gak harus menangis di depan umum, tapi gak perlu juga berpura-pura kuat kalau kamu lagi sedih, kecewa, atau stres.
Mulailah dari hal sederhana: akui ke diri sendiri kalau kamu lagi gak baik-baik saja. Lalu, jika nyaman, bicarakan dengan orang yang kamu percaya. Emosi yang dipendam justru bisa meledak dalam bentuk kemarahan, kecemasan, atau burnout. Jadi, lepaskan beban itu pelan-pelan.
2. Lakukan hal yang kamu suka, bukan yang dianggap “laki-laki”

Kalau kamu suka dandanin motor, silakan. Tapi kalau kamu suka masak, pakai skincare, atau nonton drama Korea? Nikmati juga. Hal-hal itu bukan “punya perempuan” atau “nggak jantan” itu cuma stereotip lama yang gak relevan.
Menjadi autentik berarti memberi izin pada diri sendiri untuk menikmati hal yang kamu sukai, tanpa malu atau takut dihakimi. Laki-laki punya banyak sisi, dan semuanya valid. Dunia tidak butuh laki-laki yang menahan diri dunia butuh laki-laki yang utuh.
3. Bangun hubungan yang penuh empati, bukan ego

Kamu gak harus selalu jadi “pemimpin” dalam hubungan, pertemanan, atau keluarga. Alih-alih merasa harus selalu memegang kendali, cobalah hadir sebagai partner yang setara. Dengarkan, tanggapi dengan empati, dan jangan takut untuk bilang: “Gue gak tahu, ajarin dong.”
Hubungan yang sehat dibangun bukan dari dominasi, tapi dari saling pengertian. Saat kamu berhenti merasa perlu jadi “paling benar” atau “paling tahu segalanya,” kamu sedang menciptakan ruang yang lebih autentik, baik untuk dirimu maupun orang-orang di sekitarmu.
4. Berani bicara tentang kesehatan mental

Laki-laki sering diajari untuk "selesaikan sendiri semua masalah". Tapi kenyataannya, gak semua bisa diselesaikan sendirian dan itu bukan kelemahan.
Kalau kamu merasa cemas, stres, atau kehilangan arah, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional atau setidaknya cerita ke teman yang suportif.
Jangan tunggu mental breakdown untuk mulai peduli. Bicara tentang kesehatan mental bukan cuma penting, tapi juga tindakan berani. Karena laki-laki sejati gak takut untuk menjaga dirinya sendiri.
5. Ubah cara pandang tentang "jantan"

Kata “jantan” selama ini sering disalahartikan sebagai dominan, agresif, dan tegas. Tapi kamu bisa mendefinisikan ulang itu sesuai dengan dirimu.
Bagi sebagian orang, jantan adalah bisa jadi pelindung. Tapi bagi orang lain, jantan bisa berarti jujur, konsisten, dan punya integritas.
Tampil autentik berarti berani melepaskan definisi lama yang membatasi, dan menciptakan ruang baru yang lebih manusiawi. Kamu bisa jadi laki-laki yang lembut, tenang, bahkan sensitif dan tetap 100 persen laki-laki.
Performa maskulinitas hanya membuat kamu sibuk membuktikan sesuatu yang tidak perlu. Tapi jadi autentik? Itu tentang menerima diri sendiri, apa adanya dengan kekuatan, kerentanan, dan keberanian untuk hidup sesuai nilai yang kamu yakini.