Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Tips Meningkatkan Performa Kerja Saat Mengalami Imposter Syndrome

ilustrasi pria yang mengalami imposter syndrome (unsplash.com/Nik Shuliahin)
ilustrasi pria yang mengalami imposter syndrome (unsplash.com/Nik Shuliahin)

Imposter syndrome adalah perasaan keraguan terhadap kemampuan diri yang sering dialami oleh banyak orang, terutama di tempat kerja. Seseorang yang mengalami imposter syndrome merasa bahwa dirinya tidak pantas berada di posisi yang kini dijalani. Mereka merasa seolah-olah prestasi dan pencapaiannya tidak layak dan didapatkan hanya karena keberuntungan semata, bukan hasil dari usaha atau kemampuan pribadi.

Perasaan ini bisa mengganggu produktivitas dan kinerja seseorang, bahkan mempengaruhi kesejahteraan mental dan emosionalnya. Dalam menghadapi imposter syndrome, penting untuk menemukan cara-cara efektif untuk tetap menjaga performa kerja agar tetap optimal.

Untuk menjaga karier profesionalmu, langsung saja simak ketujuh tips meningkatkan performa kerja saat mengalami imposter syndrome sebagai berikut. Check it out!

1. Menerima bahwa imposter syndrome itu umum

ilustrasi pria yang mengalami imposter syndrome (unsplash.com/Yosi Prihantoro)
ilustrasi pria yang mengalami imposter syndrome (unsplash.com/Yosi Prihantoro)

Langkah pertama untuk mengatasi imposter syndrome adalah dengan menerima perasaan tersebut dan memahami bahwa perasaan ini bukanlah hal yang aneh atau jarang terjadi. Banyak orang yang, meskipun berprestasi, tetap merasa tidak pantas. Pemahaman bahwa imposter syndrome adalah perasaan umum yang dialami oleh banyak orang dapat mengurangi rasa malu atau kebingungan.

Ketika menyadari bahwa perasaan tersebut adalah hal yang normal, seseorang dapat lebih mudah menghadapinya dan tidak membiarkannya menghalangi kinerja. Dengan cara ini, stres dan kecemasan yang timbul dari perasaan tidak layak dapat diminimalisir, sehingga memungkinkan fokus yang lebih baik pada tugas dan pekerjaan yang ada.

2. Fokus pada fakta dan pencapaian nyata

ilustrasi pria yang mengalami imposter syndrome (unsplash.com/whoislimos)
ilustrasi pria yang mengalami imposter syndrome (unsplash.com/whoislimos)

Imposter syndrome seringkali membuat seseorang meremehkan pencapaian yang telah diraih. Untuk melawan perasaan tersebut, penting untuk fokus pada fakta dan pencapaian nyata. Mengingat kembali apa yang telah dicapai dan diakui oleh orang lain dalam pekerjaan dapat memberikan perspektif yang lebih objektif tentang kemampuan diri.

Membuat daftar pencapaian dan memvisualisasikan perkembangan karier akan membantu dalam meredakan rasa tidak percaya diri. Ini akan memperlihatkan bahwa semua prestasi bukanlah hasil kebetulan, melainkan buah dari kerja keras dan kompetensi yang dimiliki.

3. Membangun jaringan dukungan yang kuat

ilustrasi pria yang mengalami imposter syndrome (unsplash.com/Yogendra Singh)
ilustrasi pria yang mengalami imposter syndrome (unsplash.com/Yogendra Singh)

Dukungan dari rekan kerja, atasan, atau mentor sangat penting untuk mengatasi imposter syndrome. Sering kali, berbicara dengan seseorang yang dapat memberikan perspektif yang objektif dan mendukung dapat membantu meredakan perasaan cemas atau ragu.

Mengandalkan jaringan dukungan yang kuat di tempat kerja dapat memperkuat rasa percaya diri dan memberikan dorongan motivasi yang diperlukan. Rekan kerja yang memiliki pengalaman serupa juga dapat memberikan saran dan cara untuk mengatasi imposter syndrome, yang akan membantu dalam meningkatkan performa kerja.

4. Menghindari perbandingan dengan orang lain

ilustrasi pria yang mengalami imposter syndrome (unsplash.com/Sander Sammy)
ilustrasi pria yang mengalami imposter syndrome (unsplash.com/Sander Sammy)

Salah satu ciri utama dari imposter syndrome adalah kecenderungan untuk membandingkan diri dengan orang lain. Hal ini sering kali menyebabkan perasaan rendah diri dan ketidakmampuan. Namun, perbandingan ini sering tidak adil karena setiap individu memiliki perjalanan dan tantangan yang berbeda.

Menghindari perbandingan yang tidak sehat dengan rekan kerja atau orang lain dapat membantu menjaga fokus pada pencapaian pribadi. Lebih penting untuk mengukur kesuksesan berdasarkan tujuan pribadi dan perkembangan diri, bukan dengan membandingkan diri dengan orang lain.

5. Membagi tugas besar menjadi langkah-langkah kecil

ilustrasi pria yang mengalami imposter syndrome (unsplash.com/Adrian Swancar)
ilustrasi pria yang mengalami imposter syndrome (unsplash.com/Adrian Swancar)

Tugas besar atau proyek besar dapat terlihat menakutkan dan membebani, terutama bagi seseorang yang sedang mengalami imposter syndrome. Salah satu cara untuk menghadapinya adalah dengan membagi tugas besar menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dikelola.

Dengan cara ini, pekerjaan terasa lebih ringan, dan kemajuan yang dibuat setiap hari dapat menjadi bukti nyata kemampuan diri. Setiap langkah kecil yang berhasil diselesaikan akan meningkatkan rasa percaya diri dan mengurangi perasaan cemas atau takut gagal.

6. Berfokus pada proses, bukan hanya hasil

ilustrasi pria yang mengalami imposter syndrome (unsplash.com/Kyle Glenn)
ilustrasi pria yang mengalami imposter syndrome (unsplash.com/Kyle Glenn)

Imposter syndrome seringkali mengarah pada tekanan untuk selalu menunjukkan hasil yang sempurna dan luar biasa. Padahal, hal tersebut dapat menyebabkan stres yang berlebihan dan berisiko merusak performa kerja.

Fokus pada proses dan usaha yang dilakukan dalam setiap tugas dapat membantu mengurangi kecemasan yang timbul akibat keinginan untuk selalu berhasil. Dengan mengapresiasi setiap langkah yang diambil dalam proses, seseorang dapat merasa lebih puas dengan kontribusinya, meskipun hasil akhirnya belum sesuai dengan harapan.

7. Berlatih untuk memiliki pola pikir positif

ilustrasi pria yang mengalami imposter syndrome (unsplash.com/ThisisEngineering)
ilustrasi pria yang mengalami imposter syndrome (unsplash.com/ThisisEngineering)

Memiliki pola pikir yang positif sangat penting untuk mengatasi imposter syndrome. Perasaan tidak layak dapat mengarah pada pola pikir yang berfokus pada kekurangan dan kesalahan. Untuk melawannya, penting untuk berlatih mengubah pola pikir menjadi lebih positif.

Salah satunya adalah dengan mempraktikkan afirmasi positif setiap hari. Mengingatkan diri tentang kekuatan, keterampilan, dan potensi yang dimiliki akan memperkuat rasa percaya diri dan membantu menjaga fokus pada pekerjaan. Pola pikir positif juga akan membantu dalam menghadapi tantangan dengan sikap yang lebih terbuka dan konstruktif.

Menghadapi imposter syndrome memang membutuhkan usaha, tetapi hasilnya akan memperlihatkan bahwa kemampuan yang dimiliki jauh lebih besar dari yang dipikirkan sebelumnya. Stay positive, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Wahyu Kurniawan
EditorWahyu Kurniawan
Follow Us