Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Perbedaan Batik Klasik dan Pesisir, Jangan Keliru!

ilustrasi perempuan membuat batik di Keraton Yogyakarta (unsplash.com/Camille Bismonte)

Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang kaya akan sejarah dan makna. Meskipun terkenal di seluruh dunia, batik memiliki beragam jenis yang berasal dari berbagai daerah di Nusantara.

Dua jenis batik yang sering dibahas adalah batik klasik dan batik pesisir. Masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda, baik dalam hal motif, warna, hingga pengaruh budaya yang membentuknya.

Batik klasik, umumnya berasal dari Yogyakarta dan Solo, memiliki kekhasan dalam pola dan teknik pembuatan yang sangat rumit. Batik ini dulunya hanya dikenakan oleh kalangan bangsawan, menjadi simbol status sosial dan keagungan. Sementara itu, batik pesisir berkembang di daerah-daerah pesisir seperti Cirebon, Pekalongan, dan Rembang.

Kedua jenis batik ini memiliki daya tariknya masing-masing serta memiliki beberapa perbedaan. Buat yang masih bingung, di bawah ini sudah IDN Times rangkum 4 perbedaan batik klasik dan batik pesisir. Simak, yuk!

1. Motif

Proses pembuatan batik di Dama Kara (Dok.Dama Kara)

Batik klasik biasanya memiliki pola yang sangat terperinci dan rumit. Motif-motif pada batik klasik seringkali terinspirasi oleh alam, sejarah, atau kepercayaan masyarakat. Beberapa contoh motif yang populer adalah parang, kawung, truntum, dan sekar jagad.

Proses pembuatannya pun sangat hati-hati, menggunakan teknik canting untuk menggambar pola dengan lilin pada kain yang sudah diwarnai terlebih dahulu. Batik klasik biasanya cenderung lebih formal dan dipakai dalam acara-acara tertentu.

Sementara itu, Batik pesisir memiliki karakteristik yang lebih bebas dan beragam. Batik pesisir lebih mengutamakan motif yang dinamis, sering kali terinspirasi oleh flora, fauna, dan pengaruh budaya asing, seperti China, India, atau Arab, yang masuk ke daerah pesisir Jawa. Motif pada batik pesisir lebih bervariasi dan tidak terikat aturan ketat seperti batik klasik.

2. Warna

Proses produksi batik Dama Kara (Dok.Dama Kara)

Batik klasik umumnya menggunakan warna-warna yang lebih terbatas dan alami. Pewarnaan batik klasik sering kali menggunakan bahan-bahan alami, seperti daun indigo atau kacang nila, yang menghasilkan warna-warna seperti cokelat, hitam, dan merah.

Pewarna alami ini menghasilkan warna-warna yang lebih natural dan sering kali terkesan lebih gelap atau netral. Proses pewarnaan yang dilakukan pun cenderung lebih rumit dan memerlukan waktu yang panjang

Sebaliknya, batik pesisir menggunakan warna yang jauh lebih cerah dan beragam. Warna-warna terang ini dipengaruhi oleh kebudayaan Tionghoa dan Eropa yang membawa teknik pewarnaan baru, lebih berani, dan lebih beragam.

Batik pesisir sering kali menggunakan kombinasi warna yang kaya, seperti merah, hijau, biru, oranye, ungu, bahkan merah muda. Kombinasi warna-warna ini menciptakan kesan ceria dan hidup, yang sangat sesuai dengan suasana hangat dan dinamis di daerah pesisir.

Dalam satu lembar batik pesisir, terdapat 3 atau 4 warna yang saling melengkapi, memberikan kesan yang lebih meriah.

3. Bahan

ilustrasi membatik (pexels.com/Nur Andi Ravsanjani Gusma)

Batik klasik umumnya dibuat dengan menggunakan bahan katun berkualitas tinggi, yang memberikan kesan lembut dan nyaman saat digunakan. Untuk pewarnaannya, batik klasik mengandalkan pewarna alami yang diperoleh dari tanaman, seperti indigo (untuk warna biru), secang (untuk warna merah), dan soga (untuk warna cokelat atau hitam). 

Sementara itu, batik pesisir cenderung dibuat dari bahan yang lebih ringan, seperti katun, rayon, atau sutra, yang membuatnya lebih nyaman dan cocok untuk cuaca tropis yang panas.

4. Penggunaan

ilustrasi batik (unsplash.com/Iniizah)

Batik klasik sering dipakai dalam acara-acara resmi atau formal, seperti upacara kenegaraan, pernikahan, dan acara keagamaan. Kesan anggun, elegan, dan klasik yang dimiliki batik klasik menjadikannya pilihan tepat untuk acara yang membutuhkan penampilan formal.

Selain itu, batik klasik juga sering dijadikan bahan dasar pembuatan busana tradisional seperti kebaya, baju kurung, dan kemeja. Meski begitu, batik klasik tidak ketinggalan zaman, karena banyak desainer yang mengolahnya menjadi busana modern, tanpa menghilangkan ciri khas tradisionalnya.

Tak hanya sebagai busana, batik klasik juga sering digunakan sebagai bahan dekorasi atau hiasan, seperti taplak meja, bantal, hingga tas. Oleh karena itu, batik klasik tidak hanya digunakan untuk pakaian, tetapi juga untuk mempercantik interior atau aksesori dengan nuansa budaya yang kental.

Sebaliknya, batik pesisir lebih fleksibel dalam penggunaannya. Batik ini cocok dikenakan untuk berbagai acara, mulai dari pakaian sehari-hari, semi-formal, hingga acara resmi. Dikarenakan desain dan warnanya yang ceria dan dinamis, batik pesisir lebih mudah disesuaikan dengan berbagai jenis busana.

Penampilan menggunakan batik pesisir bisa tetap maksimal meskipun tanpa banyak aksesoris, asalkan dipadukan dengan outfit yang harmonis. Kesan yang ditampilkan oleh batik pesisir lebih santai, tetapi tetap elegan dan segar.

Penulis: Syifa Putri Naomi

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Putri Ambar
Wahyu Kurniawan
Putri Ambar
EditorPutri Ambar
Follow Us