Ilmuwan UI: COVID-19 Mereda Paling Cepat Mei, Tergantung Pemerintah

Depok, IDN Times - Beberapa ilmuwan yang tergabung dalam ikatan alumni Departemen Matematika Universitas Indonesia (UI), memprediksi jumlah kasus positif virus corona COVID-19 di Indonesia bisa tembus ratusan ribu.
Mereka meyakini selama ini sebenarnya banyak orang yang terinfeksi, namun tidak menunjukkan gejala, sehingga yang bersangkutan tidak melapor dan kemudian tak terdeteksi sebagai terkonfirmasi positif virus corona.
Para ilmuwan yang terdiri dari Barry Mikhael Cavin, Rahmat Al Kafi, Yoshua Yonatan Hamonangan, dan Imanuel M. Rustijono, membuat prediksi menggunakan model bernama SIRU--Susceptible, Infected, Reported, dan Unreported, yang merujuk pada sebuah penelitian mengenai kasus COVID-19 di Tiongkok.
Susceptible berarti situasi seseorang yang mungkin saja tertular dan ini bisa berlaku bagi siapa pun. Lalu, Infected berarti seseorang sudah terinfeksi, namun belum menunjukkan gejala.
Sedangkan Reported berarti seseorang terinfeksi, yang menunjukkan gejala dan sudah terlapor. Sementara Unreported berarti seseorang terinfeksi tapi tidak melapor karena gejalanya ringan atau alasan lainnya.
1. Berdasarkan hasil penghitungan, ilmuwan prediksi puncak wabah virus corona 16 April
Melalui model SIRU kemudian dilakukan penghitungan yang memakai data kasus kumulatif dari tanggal 2 Maret sampai 29 Maret versi kawalcovid19.id. Hasilnya, terlihat banyaknya orang yang terinfeksi (tapi belum melapor) berkali-kali lipat dari banyaknya orang yang terkonfirmasi positif.
“Berdasarkan estimasi ini pandemi COVID-19 di Indonesia akan mencapai puncaknya pada 16 April dengan 546 kasus positif baru. Tren ini lalu akan mereda pada akhir Mei hingga awal Juni,” kata Barry dkk, dalam keterangan tertulis yang didapat IDN Times, Rabu (1/4).
Namun, jumlah temuan kasus positif bisa kian bertambah dan waktunya bisa lebih lama, jika tak ada kebijakan pemerintah yang jelas dalam membatasi jarak fisik (pshycal distancing) di masyarakat. Ilmuwan kemudian membagi tiga skenario terkait puncak pandemi berserta rentang waktu dan jumlah kasusnya, bila pemerintah tak punya kebijakan jelas dalam hal pshycal distancing.