TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

JK: AS yang Ingin Ada Perang Saudara antara Afghanistan dan Taliban

JK sebut musuh sesungguhnya Taliban adalah Amerika

Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI Jusuf Kalla bertemu dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani pada Desember 2020. (ANTARA/HO-Tim Media JK.)

Jakarta, IDN Times - Wakil Presiden Republik Indonesia ke-10 dan 12, Jusuf Kalla (JK) mengatakan bahwa Amerika Serikat adalah pihak yang sebenarnya mengharapkan adanya perang saudara antara pemerintah Afghanistan dan Taliban. Hal itu sejalan dengan penarikan pasukan militer AS dari Afghanistan sejak Mei lalu.

"Kita tahu semua, setelah rencana bulan Mei mereka mundur sampai Agustus, September, bulan ini. Maka yang terjadi sebenarnya, Amerika mengharapkan ada perang saudara antara tentara pemerintah Afghanistan dan Taliban,” ucap JK dalam diskusi daring, Sabtu (21/8/2021).

Baca Juga: JK: Perginya Ashraf Ghani Keputusan Tepat untuk Cegah Perang Saudara

1. JK sebut kekuatan Amerika yang mendominasi Afghanistan

Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) (IDN Times/Teatrika Handiko Putri)

Namun ternyata, kata JK, perang saudara itu tidak terjadi di Afghanistan. Sebab, JK percaya kekuatan yang mendominasi di Afghanistan adalah AS. Tanpa kekuatan ada militer AS, pemerintah Afghanistan tidak mungkin berperang melawan Taliban.

“Tapi kita tahu semua itu, setelah Amerika mau pergi, Taliban maju, tentara-tentara pemerintah tidak ada yang melawan, semua tidak ingin perang saudara. Jadi ini bukan Taliban itu hebat, tapi karena tentara pemerintah Afghanistan mundur. Jadi malah melarikan diri ke negara-negara sekitar, Pakistan,” tutur JK.

Baca Juga: JK Ungkap Taliban Sempat Berharap Indonesia Bantu Proses Perdamaian

2. AS tidak ingin ada power sharing

Ilustrasi Taliban (ANTARA FOTO/REUTERS/Parwiz)

Namun, pada akhirnya keputusan Amerika Serikat untuk menarik pasukan militernya dari Afghanistan berujung pada kemenangan Taliban yang dideklarasikan Senin, 16 Agustus 2021.

Meski kemenangan Taliban punya sisi positif yakni tidak ada perang saudara, namun JK juga mengakui ada sisi negatif dari kembali berkuasanya Taliban. JK menyebut hal ini berdampak pada masyarakat Afghanistan yang netral karena mereka trauma pada pemerintahan Taliban 20 tahun yang lalu.

“Dia trauma ketakutan karena takut brutal, takut konservatif dan juga perempuan, anak-anak, tidak boleh keluar rumah dan juga tidak boleh bekerja. Itu semua terlalu,” tutur JK.

Menurut JK, solusi agar Afghanistan berakhir damai yakni komitmen dari Taliban sendiri. "Bagaimana mereka bisa mendisiplinkan pasukannya sendiri,"

Baca Juga: Potret Kedatangan 26 WNI yang Dievakuasi dari Afghanistan

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya