Jakarta, IDN Times - Calon Presiden Prabowo Subianto menyampaikan pidato kebangsaan di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (14/1/2019). Pidato ini juga berisi visi dan misi capres yang berdampingan dengan Sandiaga Uno.
Berikut pidato lengkap Prabowo Subianto.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Salam sejahtera,
Syaloom, Om Swastiastu, Namo Buddhaya.
Selamat malam, yang saya hormati:
Pimpinan partai-partai politik pengusung saya, Ketua Dewan Pembina dan Umum Partai Demokrat, Presiden RI ke 6, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional, Prof. Dr. Amien Rais, Ketua Umum Partai Amanat Nasional, Ketua MPR RI Zulkifli Hasan, Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera, Dr. Salim Segaf Al-Jufri, Ketua Umum Partai Keadilan Sejahtera, Dr. Mohamad Sohibul Iman.
Pimpinan partai-partai politik pendukung saya, tokoh-tokoh bangsa, anggota DPR RI dan DPRD RI, para pimpinan lembaga tinggi negara yang hadir di ruangan ini, Para duta besar dan perwakilan negara-negara sahabat, dan saudara-saudara se-Bangsa dan se-Tanah Air, di manapun engkau berada pada malam hari ini.
Terima kasih, pada malam ini, saudara telah meluangkan waktu untuk mendengarkan, dan menyaksikan kami menyampaikan apa yang menjadi visi dan misi kami, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno.
Saya ingin membuka pidato saya malam ini dengan membacakan sebuah sajak. Sajak yang menggambarkan kenapa kita berkumpul di sini, atau terhubung pada malam hari ini.
Sajak ini ditemukan di kantung seorang perwira muda yang gugur dalam pertempuran di Banten pada tahun 1946.
“Kita tidak sendirian. Beribu-ribu orang bergantung pada kita. Rakyat yang tak pernah kita kenal. Rakyat yang mungkin tak akan pernah kita kenal. Tetapi apa yang kita lakukan sekarang akan menentukan apa yang terjadi kepada mereka.”
Saudara-saudara sekalian,
Malam ini ribuan dari kita berkumpul di sini, dan puluhan juta terhubung ke ruangan ini dengan teknologi, karena 92 malam lagi kita akan bersama-sama menentukan masa depan bangsa Indonesia.
Karena sesungguhnya Pemilihan Umum ini bukan Pemilihan Umum-nya Prabowo, bukan Pemilihan Umum-nya Sandiaga Uno, tapi adalah Pemilihan Umum-nya bangsa Indonesia.
Karena itu, kemenangan yang dapat kita rebut di 17 April 2019 nanti bukan kemenangan Prabowo. Bukan kemenangan Sandiaga Uno. Tapi kemenangan bangsa Indonesia.
Atas dasar keyakinan ini, kami ingin agar seluruh masyarakat Indonesia mengerti betul apa yang akan kami perjuangkan selama lima tahun mendatang, jika kami dan partai-partai politik Koalisi Adil Makmur mendapat mandat rakyat pada Pemilihan Umum tanggal 17 April 2019 yang akan datang.
Kami juga ingin menyampaikan kepada saudara, apa-apa yang menjadi kegusaran kami, apa-apa yang mendorong kami untuk terus berada di kancah politik, dan menawarkan diri kami untuk memimpin Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Saudara-saudara sekalian,
Beberapa waktu yang lalu, saya mendapat laporan, seorang buruh tani, seorang bapak, bernama Pak Hardi di Desa Tawangharjo, Grobokan, meninggal dunia karena gantung diri di pohon jati di belakang rumahnya. Almarhum gantung diri, meninggalkan isteri dan anak karena merasa tidak sanggup membayar utang, karena beban ekonomi yang ia pikul dirasa terlalu berat.
Selama beberapa tahun terakhir ini, saya mendapat laporan, ada belasan cerita tragis seperti almarhum Hardi ini.
Ada kisah seorang guru di Pekalongan gantung diri. Terakhir, tanggal 4 Januari lalu, ada ibu Sudarsi di Desa Watusigar, Gunungkidul gantung diri. Ini kisah-kisah yang masuk berita. Yang tidak masuk berita mungkin lebih banyak lagi.
Saya juga baru datang dari Klaten. Di situ, petani-petani beras bersedih, karena saat mereka panen 2 bulan yang lalu, banjir beras dari luar negeri.
Saya juga baru-baru ini dari Jawa Timur. Di sana, banyak petani tebu yang mengeluh, karena saat mereka panen, banjir gula dari luar negeri.
Sementara itu, banyak ibu-ibu di mana-mana mengeluh, harga gula di Indonesia 2 sampai 3 kali lebih mahal dari rata-rata dunia. Padahal, dulu Nusantara pernah jadi eksportir gula.
Saudara-saudara sekalian,
Inikah negara yang dicita-citakan dan diperjuangkan oleh para pendiri bangsa Indonesia? Bung Karno dan Bung Hatta, oleh bung Syahrir, oleh Jendral Sudirman, oleh K.H. Hasyim Ashari dan K.H. Wahid Hasyim? Oleh K.H. Agus Salim, oleh Bung Tomo?
Negara yang banyak rumah sakitnya menolak pasien BPJS karena belum mendapat bayaran sekian bulan, yang rumah sakitnya dan terpaksa kurangi mutu layanan.
Negara yang 1 dari 3 anak balita nya mengalami gagal tumbuh karena kurang protein, karena ibunya juga kurang protein, kurang gizi selama masa mengandung. Negara yang terus menambah utang untuk bayar utang, dan menambah utang untuk membayar kebutuhan rutin pemerintahan yaitu membayar gaji pegawai negeri. Negara yang membiarkan kondisi keuangan BUMN-BUMN utama kita dalam kondisi sulit.
Garuda, pembawa bendera Indonesia, perusahaan yang lahir dalam perang kemerdekaan, rugi besar.
Pertamina, perusahaan penopang pembangunan Republik Indonesia, sekarang dalam kesulitan. Demikian juga PLN, demikian Krakatau Steel. Jika pun ada BUMN yang untung, untungnya tidak seberapa.
Negara yang ada warganya yang tinggal hanya 3 jam dari Istana Negara, tidak mampu berangkat sekolah karena sudah 2 hari tidak makan. Negara yang beberapa waktu yang lalu panik karena puluhan anak-anak di Kabupaten Asmat meninggal karena kelaparan, karena pejabat-pejabat pemerintahnya tidak hadir untuk membantu mereka yang paling membutuhkan.
Inilah kondisi yang saya sebut Paradoks Indonesia. Negara kaya, namun rakyatnya masih banyak yang miskin. Kalau kita tidak hati-hati, kalau kita tidak waspada, kalau kita tidak berubah, kalau kita tidak bertindak dengan segera, situasi ini akan terus berlanjut ke arah yang lebih buruk.
Kami maju dalam pemilihan ini, karena kami percaya hal-hal ini tidak boleh terjadi di negara yang sudah merdeka. Mudah sekali untuk berkata, "Indonesia akan bertahan 1.000 tahun kedepan".
Tapi, saudara-saudara sekalian, apakah negara yang tidak mampu membayar rumah sakit, yang tidak mampu menjamin makan untuk rakyatnya, yang tidak mampu punya militer yang kuat, dapat bertahan 1.000 tahun?
Apakah negara yang cadangan BBM nasionalnya hanya kuat untuk 20 hari, yang cadangan berasnya kurang dari 3 juta ton, dapat bertahan jika ada serangan, atau krisis keamanan? Menteri Pertahanan yang sekarang pun mengatakan, jika perang, Indonesia hanya mampu bertahan 3 hari karena peluru kami hanya cukup untuk 3 hari perang. Ini bukan kami yang menyampaikan, tapi pemerintah sendiri.
Kita harus ingat, persaingan antar bangsa itu keras. Sejarah peradaban manusia ribuan tahun itu keras. Jangan kita tergantung kepada bangsa lain. Jangan kita berharap bangsa lain akan baik, akan kasihan kepada kita.
Kita tidak boleh lupa rumus yang terkenal dari Thucydides, ahli sejarah yang hidup kurang lebih 50 tahun sebelum Masehi.
Hukum Thucydides mengatakan: ‘The strong will do what they can, the weak suffer what they must.’ Jadi kalau dalam bahasa Indonesia, yang kuat akan berbuat apa yang dia mampu buat, yang lemah akan menderita apa yang dia harus menderita. Ini pelajaran diajarkan di semua lembaga kajian strategis, di semua sekolah militer seluruh dunia.
Saudara-saudaraku,
Saya telah sampaikan, kenapa saya dan Sandiaga Salahuddin Uno, dan partai-partai yang mengusung dan mendukung kami, maju dalam Pemilihan Umum tahun ini.
Saya akan sampaikan apa yang kami akan lakukan, strategi apa yang kami gunakan, jika kami mendapatkan mandat untuk memimpin Indonesia dalam periode 5 tahun ke depan.
Saya juga akan sampaikan, apa yang kami harapkan dari saudara-saudara, sebagai sesama warga negara Indonesia, untuk mewujudkan apa-apa yang menjadi pokok-pokok pemikiran kami dan cita-cita kita bersama.
Saudara-saudaraku, sebangsa se-tanah air, di manapun berada.
Apa yang harus kita lakukan, adalah melakukan reorientasi pembangunan dan pengelolaan Republik Indonesia.
Reorientasi pembangunan dan pengelolaan Republik Indonesia diperlukan karena bangsa yang kokoh hanya bisa diwujudkan jika negara tersebut bisa:
1. Swasembada pangan
2. Swasembada energi, yaitu bahan bakar
3. Swasembada air bersih
4. Serta memiliki lembaga-lembaga pemerintahan yang kuat, diantaranya sistim
yudikatif, hakim-hakim yang unggul dan jujur, jaksa-jaksa yang unggul dan jujur, polisi-polisi yang unggul dan jujur, intelijen yang unggul dan setia kepada bangsa dan rakyat,
5. dan juga, angkatan perang yang unggul. Tentara yang kuat, tentara rakyat yang setia kepada rakyat dan bangsa. Tentara yang tidak kalah dengan tentara-tentara terbaik di dunia.