Kala Gibran dan Selvi Pakai Mahkota Kasuari di Bumi Cendrawasih
- Tindak lanjut arahan Prabowo agar pembangunan tidak Jawa-sentris
- Seluruh pihak diminta mengawal visi dan misi presiden
- Dari tarian adat ke agenda pembangunan
Jakarta, IDN Times – Langit Manokwari siang itu tampak cerah ketika pesawat Kepresidenan Boeing 737-800 TNI AU perlahan mendarat di Bandara Rendani. Dari balik jendela, tampak senyum hangat Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dan sang istri, Selvi Ananda, yang tengah melakukan kunjungan kerja ke Papua Barat, Selasa (4/11/2025).
Begitu melangkah keluar dari pesawat, sepasang mahkota khas Kasuari pun menyambut mereka. Mahkota dengan bulu elang kasuari yang megah itu disematkan di kepala Gibran dan Selvi—simbol penghormatan, kehangatan, dan penerimaan masyarakat adat Papua terhadap tamu agungnya.
Irama tifa mulai menggema, penari “Teras Seni” menari dengan penuh semangat, dan suasana bandara pun berubah menjadi panggung penyambutan yang sarat makna budaya.
Bagi masyarakat Papua, mengenakan mahkota Kasuari bukan sekadar tradisi, tapi bentuk penghormatan tertinggi. Mahkota itu melambangkan kebijaksanaan, kekuatan, dan persaudaraan. Momen Gibran dan Selvi mengenakannya seolah menjadi simbol kesetaraan antara pemerintah pusat dan masyarakat di ujung timur Indonesia ini.
1. Tindak lanjut arahan Prabowo agar pembangunan tidak Jawa-sentris
Tak lama setelah penyambutan adat, Gibran memberikan keterangan kepada awak media. Ia menegaskan bahwa kunjungannya kali ini merupakan tindak lanjut dari arahan Presiden RI, Prabowo Subianto untuk mempercepat pembangunan di Tanah Papua.
“Bapak Presiden memang memberikan perhatian khusus, concern yang sangat besar untuk pembangunan di Papua. Dan sesuai komitmen kita bersama, yang namanya pembangunan tidak boleh lagi Jawa-sentris,” tegasnya.
2. Seluruh pihak diminta mengawal visi dan misi presiden
Lebih lanjut, Gibran menekankan pentingnya peran seluruh pemangku kepentingan untuk mengawal visi dan misi presiden agar program-program prioritas nasional dapat terealisasi dengan baik di Papua.
“Ini tugas kita bersama, tugas saya sebagai pembantu Presiden untuk mengawal visi-misi dan program Presiden agar bisa berjalan dengan baik, terutama untuk Papua,” ungkapnya.
3. Dari tarian adat ke agenda pembangunan
Usai seremoni penyambutan, Gibran memimpin Rapat Pleno bersama Badan Pengarah Percepatan Pembangunan Otonomi Khusus Papua (BP3OKP) dan Komite Eksekutif Percepatan Pembangunan Otsus. Agenda ini akan membahas beragam hal strategis, mulai dari pembangunan jalan Trans Papua hingga peningkatan produktivitas dan kesejahteraan Orang Asli Papua (OAP).
Namun, di balik jadwal rapat dan deretan agenda formal, ada momen yang lebih berkesan: momen ketika Gibran dan Selvi mengenakan mahkota Kasuari dan menatap wajah-wajah penuh harapan masyarakat Papua Barat. Hari itu, di bawah sinar lembut matahari Manokwari, kehadiran mereka bukan hanya mewakili pemerintah pusat, tapi juga membawa pesan sederhana—bahwa Papua adalah bagian tak terpisahkan dari cerita besar Indonesia, yang sedang dibangun bersama, dari barat hingga ke ujung timur.
