Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
70858EB1-CCE4-488D-82EA-4E0E1F2C75C9.jpeg
Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni (Dok. Kemenhut)

Intinya sih...

  • Menteri Kehutanan menyatakan ancaman kebakaran hutan dan lahan 2025 telah selesai

  • Angka karhutla menurun dibandingkan tahun 2024, jumlah kerugian negara juga menurun drastis

  • Pemerintah akan berkoordinasi untuk memeriksa bendung alam sebagai langkah antisipasi bencana hidrometeorologi basah

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni, mengatakan ancaman kebakaran hutan dan lahan 2025 telah selesai.

Hal ini diungkapkan usai Rapat Ekspose Pengendalian Karhutla 2025 yang digelar di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, Senin (13/10/2025).

Pengakhiran ancaman karhutla 2025 ini, diklaim lewat hasil evaluasi laporan penanganan karhutla per September 2025 oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Kementerian Kehutanan.

"Angka karhutla pada tahun 2025 ini menurun dibandingkan dengan karhutla tahun 2024. Tahun 2024 lalu, jumlah karhutla mencapai 376.805 hektar, sedangkan pada tahun 2025 ini 213.984 hektar," kata Raja Juli.

1. Pengerahan sumber daya penanggulangan karhutla lebih sedikit

Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di kawasan Jejawi OKI (Dok: Manggala Agni)

Rapat ini turut dihadiri Wakil Menteri Kehutanan Rohmat Marzuki, Kepala BNPB Suharyanto, dan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.

Suharyanto mengatakan, dengan kondusifnya kejadian karhutla di enam provinsi prioritas, maka Desk Karhutla 2025 yang dibentuk Kementerian Koordinator Politik dan Keamanan sudah dibubarkan pada dua minggu lalu. Dia juga memaparkan pengerahan sumber daya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan tahun ini jumlahnya lebih sedikit dari pada tahun sebelumnya.

"Tahun ini kami hanya mengerahkan 12 heli patroli dan 18 heli water bombing dibandingkan dari tahun 2023-2024 yang jumlahnya mencapai 40 unit," kata Suharyanto.

2. Klaim kerugian negara akibat karhutla hanya Rp6,7 triliun

Karhutla di Kabupaten Aceh Selatan. (Dokumentasi BPBA untuk IDN Times)

BNPB mencatat kerugian negara akibat karhutla pada tahun 2019 saat terjadinya El Nino mencapai Rp75 triliun rupiah, sementara itu pada 2025 jumlah kerugian sebesar Rp6,7 triliun rupiah.

Hal ini dinilai sebagai bukti berhasilnya upaya penanggulangan karhutla yang dilakukan oleh Pemerintah antara lain operasi darat, Operasi Modifikasi Cuaca (OMC), dan operasi udara seperti heli patroli dan heli water bombing. Serta penegakan hukum.

3. Antisipasi bencana hidrometeorologi

Penanganan Karhutla di wilayah Desa Mangasang, Bayung Lencir (Dok: BPBD Muba)

Pada periode akhir 2025 hingga awal 2026, cuaca di Indonesia dipengaruhi fenomena La Nina lemah cenderung normal. Hal ini berarti akan terjadi peningkatan curah hujan.

Berdasarkan perkiraan cuaca BMKG, wilayah Indonesia mulai memasuki musim penghujan pada bulan Oktober 2025. Meskipun demikian, potensi titik panas masih ada pada beberapa daerah seperti di Jawa, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat. Potensi risiko bencana hidrometeorologi basah juga perlu diwaspadai, misalnya saat ini telah terjadi banjir di Kota Medan, Sumatera Utara.

4. Upaya antisipasi dan mitigasi bencana hidrometeorologi

Bencana akibat La Nina beberapa waktu lalu di PPU, BPBD mengerahkan personelnya untuk membantu warga (IDN Times/Ervan Masbanjar)

Dengan adanya kondisi itu, sebagai langkah antisipasi dan mitigasi bencana hidrometeorolgi basah, pemerintah akan berkoordinasi untuk memeriksa bendung alam, khususnya di wilayah hulu sungai.

Hal ini untuk menghindari terjadinya banjir bandang akibat curah hujan yang tinggi. Operasi modifikasi cuaca dapat dilaksanakan untuk membantu proses pembersihan hulu sungai sebelum puncak musim hujan tiba.

Sementara itu, antisipasi kejadian karhutla tahun depan, Pemerintah telah belajar dari pengalaman penanggulangan karhutla 2025, bahwa Operasi Modifikasi Cuaca dapat dilakukan pada masa transisi atau akhir musim hujan. OMC akan dimaksimalkan dengan tujuan pembasahan lahan-lahan gambut agar memiliki cadangan air yang cukup sebelum musim kering.

Editorial Team