Kemenhut: Rehabilitasi Mangrove Butuh Inovasi Program Pembiayaan

- Mangrove mendukung kehidupan masyarakat pesisir
- Rehabilitasi mangrove dapat menyelamatkan iklim
- Enam pilar utama dan kolaborasi lima pihak untuk keberlanjutan
Jakarta, IDN Times - Kementerian Kehutanan (Kemenhut) mengatakan program rehabilitasi mangrove merupakan investasi strategis yang mampu meningkatkan perekonomian sekaligus memberikan manfaat ekologis yang signifikan bagi Indonesia.
Hal ini disampaikan dalam Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim Ke-30 (COP30) di Belém, Brasil.
Direktur Rehabilitasi Mangrove, Ditjen Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan, Kemenhut, Ristianto Pribadi menyatakan sebagai pemilik 23 persen atau 3,44 juta hektare dari total mangrove global, Indonesia memiliki potensi dan tanggung jawab besar.
"Hutan mangrove terbukti merupakan aset strategis yang memiliki keunggulan ekologis dan ekonomi yang signifikan," ujarnya dikutip ANTARA, Minggu, (16/11/2025)
Oleh karena itu, Ristianto menyebut diperlukannya inovasi program pembiayaan program rehabilitas mangrove berkala masif.
“Program (rehabilitasi mangrove) merupakan praktik terbaik dalam implementasi Solusi Berbasis Alam (Nature-Based Solutions / NbS),” kata Ristianto.
1. Penopang hidup jutaan masyarakat pesisir

Di sisi ekonomi, Ristianto mengatakan mangrove dapat menyediakan habitat dan tempat pemijahan bagi lebih dari 3.000 spesies ikan. Ketersediaan sumber daya ikan ini secara langsung menjadi sumber pangan dan pendapatan bagi jutaan rumah tangga di komunitas pesisir seluruh Indonesia.
“Ekosistem ini menyediakan habitat bagi lebih dari 3.000 spesies ikan, menjadi sumber pangan dan pendapatan bagi jutaan komunitas pesisir,” ujar Ristianto.
2. Rehabilitasi mangrove dapat menyelamatkan iklim

Tak hanya itu, secara ekologis, Ristianto menjelaskan mangrove bertindak sebagai filter air alami yang sangat efektif. Dua hingga lima hektare kawasan mangrove mampu menyaring polutan yang dihasilkan oleh satu hektare tambak ikan, sehingga memainkan peran vital dalam menjaga kualitas perairan pesisir.
Lebih lanjut, Kemampuan mangrove menyimpan karbon jauh lebih unggul dibandingkan hutan daratan.
"Mangrove berperan krusial dalam mitigasi iklim karena kemampuannya menyimpan karbon tiga hingga lima kali lipat lebih banyak dibandingkan hutan tropis daratan," tambah Ristianto.
Selain itu, dalam konteks adaptasi, mangrove juga memberikan perlindungan pesisir yang terbukti lima kali lebih hemat biaya daripada pembangunan infrastruktur beton.
3. Enam pilar utama dan kolaborasi lima pihak

Sementara, agar manfaat ganda ekonomi dan ekologis ini dapat berkelanjutan, Kemenhut merancang strategi yang bertumpu pada enam elemen mendasar. Keenam elemen itu adalah pendanaan jangka panjang dan adaptif (5-7 tahun), tata kelola multi-pihak yang efisien, integrasi ekonomi komunitas, manajemen adaptif berbasis sains, kepastian hak atas lahan, serta berbagi pengetahuan melalui kerjasama Selatan-Selatan.
Strategi ini kemudian diperkuat oleh sinergi dari lima pemangku kepentingan kunci.
"Keseluruhan upaya tersebut diperkuat oleh sinergi lima pemangku kepentingan utama," jelas Ristianto.
Kelima pihak tersebut adalah Pemerintah (regulator), Mitra Internasional (pendanaan dan ahli), Komunitas Lokal (pelaksana dan pemegang pengetahuan tradisional), Lembaga Riset (pemantau dan evaluator), serta Organisasi Non-Pemerintah atau NGO (yang memobilisasi dan mengadvokasi).


















