Sudahkah Warga Jakarta Bahagia Selama Tahun 2025?

- Sebagian warga Jakarta merasa bahagia karena kemudahan akses transportasi, namun masih ada kendala terkait penggunaan transportasi umum.
- Kebijakan Pemprov DKI Jakarta dalam perbaikan transportasi umum dan kepastian gaji ASN di tengah penyesuaian anggaran membuat sebagian warga merasa cukup melegakan.
Jakarta, IDN Times – Membahagiakan warga merupakan salah satu hal krusial yang harus dilakukan para pemimpin daerah atau negara. Tidak mudah membuat setiap warga sebuah negara atau daerah bisa terus bahagia dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. Pada 2025, Jakarta menempati peringkat ke-18 sebagai salah satu kota paling bahagia di dunia menurut laporan Time Out bertajuk The 20 Happiest Cities in the World 2025. Media gaya hidup asal London itu menempatkan Jakarta sebagai kota paling bahagia di dunia urutan ke-18 setelah Kota Hanoi, Vietnam.
Peringkat ini disusun berdasarkan hasil survei terhadap lebih dari 18 ribu penduduk di berbagai kota dunia. Para responden diminta menilai tingkat kebahagiaan mereka terhadap lingkungan tempat tinggal, mulai dari rasa komunitas, ruang hijau, seni dan budaya, hingga kualitas hidup sehari-hari.
Editor perjalanan Time Out, Grace Beard, menjelaskan, survei tersebut menilai lima indikator utama, yaitu seberapa bahagia warga di kota mereka, apakah mereka merasa lebih bahagia dibanding tempat lain, kebahagiaan masyarakat secara umum, rasa bahagia dalam aktivitas sehari-hari, dan apakah tingkat kebahagiaan di kota tersebut meningkat dalam beberapa waktu terakhir.
Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, mengatakan, peringkat tersebut membuktikan masih adanya semangat kebersamaan dan gotong royong yang dilakukan warga Jakarta saat terjadi musibah. Saat itu, Jakarta baru saja mengalami kejadian perusakan beberapa fasilitas publik akibat aksi demonstrasi yang berujung ricuh. Selain itu, dia juga berseloroh, kebahagiaan itu juga karena Gubernur Jakarta saat ini bahagia.
"Kebersamaan itu menjadi kata kunci, dan alhamdulillah sekarang ini hampir semua, kehidupan masyarakat sudah berjalan normal," kata dia, pada 13 Oktober lalu.
Usai kejadian itu, Jakarta masih bisa menggelar car free day dalam beberapa pekan bahkan kegiatan half marathon. Menurut Pramono, hal tersebut menunjukkan warga Jakarta selalu ingin bahagia.
"Ini menunjukkan bahwa Jakarta dalam hal urusan kebahagiaan memang masyarakatnya semuanya ingin bahagia, termasuk kalian semua," ujar dia.
Lalu, apakah sepanjang 2025 ini warga Jakarta merasa bahagia?
1. Bahagia sedikit saja

Eka (32), seorang karyawan swasta yang berdomisili di Jakarta Selatan merasa sepanjang tahun 2025 ini belum merasakan apa-apa. Dia mengaku bahagia hanya sedikit saja sebagai warga Jakarta selama 2025 ini. Hal itu karena dia merasakan ada sedikit dampak dari transportasi umum yang sering digunakannya sehari-hari.
"Paling kalau transportasi umum lebih baik ya! Asal harus konsisten jadwal dan kenyamanannya. Masalah lain seperti pengurusan administrasi dan lain-lain, ya, mungkin harus lebih responsif lagi," kata dia kepada IDN Times.
Meski rasa bahagia sebagai warga Jakarta sepanjang 2025 ini tidak siginifikan, kata dia, tetapi diakuinya kebahagiaan itu sedikit meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
"Mungkin (kebahagiaan sebagai warga Jakarta) sedikit ada meningkat (dibanding tahun sebelumnya), dari segi transportasi umum yang kebetulan sehari-hari aku pakai. Tapi kalau yang di jalan raya (pengguna kendaraan pribadi) kayaknya menurun karena makin macet," kata dia.
Dengan begitu, Eka pun mengaku sepanjang 2025 ini tidak terlalu bahagia sebagai warga Jakarta. Meski demikian, dia masih optimistis kebahagiaannya bisa bertambah dengan kebijakan dan program Pemprov DKI Jakarta yang semakin memuaskan ke depannya.
"Jadi, ya, gak bahagia-bahagia banget, tapi masih ada optimistis. Gak berharap banyak, cuma bisa nunggu konsistensi kebijakan dan eksekusinya. Semoga ke depan lebih baik," kata dia.
Kendati begitu, Eka mengaku beruntung menjadi warga Jakarta karena dimudahkan dalam beberapa hal. Apalagi Jakarta sebagai pusat perekonomian, memudahkannya untuk mencari apa pun, termasuk transportasi umum.
"Beruntung banget jadi warga Jakarta. Apa-apa nyari gampang, BPJS, RS juga termasuk oke dibanding sama kampung aku," ucap dia.
Eka pun berharap Pemprov DKI Jakarta bisa terus melayani warga dengan baik agar kebahagiaan mereka bertambah. Mulai dari memperbanyak armada transportasi umum, termasuk waktu perjalanan yang tepat dan menjangkau banyak wilayah, pelayanan masyarakat lebih informatif dengan SOP jelas, hingga kebersihan yang harus ada tindakan nyata.
2. Cukup melegakan

Hal yang sama dirasakan Rahma, seorang ASN Pemprov DKI. Dia mengatakan, sepanjang 2025 ini kebijakan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta membawa dampak positif dari segi perbaikan transportasi umum dan kepastian gaji ASN di tengah penyesuaian anggaran menjadi hal yang cukup melegakan. Hal tersebut membuat ada rasa bahagia yang dirasakannya.
“Arah kebijakannya lebih jelas dan fokus ke pelayanan publik. Meski ada penyesuaian saat awal penerapan wajib pemakaian transportasi publik di hari Rabu sih agak susah tapi saat ini sudah terbiasa,” ujar dia kepada IDN Times, Jumat (26/12/2025).
Namun demikian, dia menilai belum semua akses transportasi yang merata sehingga tidak semua rumah ASN bisa menjangkau transportasi massal.
“Di lapangan masih ada kendala, terutama bagi ASN yang rumahnya jauh atau belum terjangkau transportasi massal, jadi harus cari titik terdekat,” kata dia.
Selain itu, hal lain yang menjadi perhatiannya adalah kepemimpinan Pramono yang dinilai cakap berkomunikasi dan sosok figur yang tenang serta bijaksana. Hal tersebut terlihat saat adanya efisiensi anggaran. Pramono tidak mengusik gaji atau tunjangan ASN.
Warga lainnya, Devi Apriliani (25) mengatakan, pada tahun 2025 ini kebijakan Pemprov DKI yang dirasakan langsung olehnya, yakni penataan di kawasan Blok M Hub, Jakarta Selatan. Perpanjangan jam operasional Taman Literasi Martha Christina Tiahahu hingga pukul 22.00 WIB membuat kawasan tersebut semakin ramai, terutama pada malam hari. Aktivitas kuliner dan ruang publik yang tetap hidup membuat Blok M terasa seolah tak pernah tidur. Hal ini membuatnya merasakan kebahagiaan tersendiri untuk menemukan tempat hiburan, sekadar bersantai, sekaligus sambil kulineran.
“Sekarang Blok M beda banget. Malam hari justru makin ramai, banyak kuliner baru, orang nongkrong, taman juga masih buka. Rasanya kawasan ini gak pernah tidur,” ujarnya.
Meski demikian, warga Rawamangun ini menyampaikan sejumlah catatan kritis. Kepadatan pengunjung pada malam hari dinilai memicu kebisingan, persoalan parkir, hingga kemacetan lokal, terutama saat akhir pekan.
“Parkir masih semrawut sih kalau di Blok M," ujar karyawan swasta tersebut.
Tidak jauh berbeda, warga Cawang, Jakarta Timur, Fatimah, mengatakan perpanjangan jam sejumlah taman membuat dia bisa melepas sejenak penat usai bekerja. Hal ini membantunya tetap bisa hidup seimbang di tengah kesibukan yang dilakukan. Meski demikian dia menilai banjir dan macet masih jadi pekerjaan rumah dan dirasakan warga meski ganti pimpinan.
"Tiap jam berangkat dan pulang kerja duh macetnya parah, kayaknya gak pernah gak macet deh siapa pun pemimpinnya. Selain macet juga banjir masih di mana-mana," ucap dia.
Selain itu, sebagai pengguna TransJakarta, dia meminta agar ada perbaikan di rute yang ramai seperti koridor 9 atau koridor 5 M.
"Jangan diperluas dulu rutenya, fokus perbaikan rute yang ada. Karena jam sibuk padat banget TransJakarta, ditambah jalanan macet terus," keluhnya.
3. Kebijakan pemindahan penghuni rusun jangan sampai bermasalah

Sementara, warga Rusun Marunda, Jakarta Utara, mengaku belum merasa bahagia sepenuhnya karena masih ada beberapa hal yang dia soroti sebagai warga Jakarta sekaligus penghuni rusun di Jakarta. Dia pun meminta Pramono mengkaji ulang kebijakan revitalisasi rusun, khususnya terkait kemampuan bayar penghuni.
Warga menilai, tanpa perhitungan yang matang, kebijakan pemindahan ke tower baru berpotensi menimbulkan masalah sosial bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Didik, warga Rusun Marunda, mengatakan, revitalisasi hunian pada dasarnya disambut positif. Namun, dia menekankan pentingnya menyesuaikan biaya sewa dengan kondisi ekonomi warga. Menurut dia, tingkat pengangguran di lingkungan rusun masih cukup tinggi, sementara daya bayar masyarakat tergolong rendah.
“Kalau kemampuan bayar tidak dihitung, bisa terjadi pengusiran secara sistem karena warga tidak sanggup membayar,” ujar dia.
Saat ini saja, lanjut Didik, masih banyak penghuni yang menunggak biaya sewa rusun meski tarifnya telah disubsidi sekitar Rp150 ribu hingga Rp160 ribu per bulan. Dia mempertanyakan kesiapan warga jika harus dipindahkan ke tower dengan biaya yang lebih tinggi.
“Bagaimana kalau masyarakat dengan daya bayar rendah dipindahkan ke hunian yang lebih mahal?” katanya.
Selain persoalan hunian, Didik juga menyoroti minimnya fasilitas pendidikan di wilayah Marunda. Hingga kini, Kelurahan Marunda belum memiliki Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri. Kondisi tersebut dinilai berpotensi merugikan anak-anak setempat dalam sistem zonasi pendidikan seiring bertambahnya jumlah penduduk di kawasan tersebut.
Meski menyampaikan kritik, Didik mengapresiasi pelayanan publik di Kelurahan Marunda yang dinilainya sudah cukup baik dan responsif, mulai dari layanan kependudukan hingga peran petugas lapangan.
4. Merasa bahagia karena transportasi

Beberapa warga Jakarta di media sosial juga turut mengeluarkan pendapatnya tentang kebahagiaan yang mereka rasakan sepanjang 2025. Menjawab pertanyaan yang IDN Times gulirkan, transportasi umum menjadi poin yang kerap mereka soroti.
"Kemudahan akses transportasi (membuat bahagia). Dari tempat tinggalku cukup jalan kaki ke stasiun, halte TransJakarta, dan LRT. Pelayanan kesehatan juga merata. Ada KJP yang bisa bantu meringankan ekonomi," kata salah satu warga yang meningglkan komentarnya.
Menurut warga lainnya, sebagai pengguna TransJakarta, belum ada perubahan berarti yang dirasakannya selain rute yang semakin banyak. Berbagai hal seperti halte, gate juga masih menjadi catatannya. Termasuk peremajaan trotoar yang belum semua wilayah tersentuh. Meski demikian, dia tetap bersyukur sebagai warga Jakarta, pada tahun 2025 masih bisa menjalankan hidup.
"Banyak bersyukur alhamdulillah aja masih bisa hidup," ujar dia.
Adapula yang menjawab sepanjang 2025 ini merasa biasa saja. Dari segi kebijakan Pemprov DKI, dia menilai belum ada sesuatu yang luar biasa sehingga belum ada hal berarti yang dirasakannya sebagai warga Jakarta.
"Kecuali soal Persija, MRT, LRT masih yang lama," kata warga tersebut.
5. Upaya Pemprov DKI

Salah satu upaya Pemprov DKI Jakarta yang dilakukan untuk membahagian warganya pada 2025 adalah ini dengan menggratiskan transportasi umum kepada beberapa golongan.
Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, mengatakan, akan tetap memberikan subsidi transportasi umum kepada 15 golongan, termasuk karyawan swasta bergaji di bawah atau maksimal Rp6,2 juta per bulan. Alasannya, mengurangi macet dan membuat warga bahagia.
Pramono mengatakan, subsidi transportasi umum tersebut tertuang dalam Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 33 Tahun 2025 tentang Layanan Angkutan Umum Massal bagi Kelompok Tertentu.
"Untuk itu, para pekerja, artinya adalah yang ASN maupun swasta, tapi kalau ASN dapat dengan gaji maksimal 1,15 kali UMP atau sekitar Rp6,2 juta, dapat mengajukan Kartu Layanan Transportasi Massal gratis, baik itu TransJakarta, MRT, dan LRT, termasuk Mikrotrans. Dengan demikian, mudah-mudahan Jakarta akan semakin aman, nyaman, dan membuat penduduknya bahagia, " kata dia di Bintaro, Jakarta Selatan, Jumat (7/11/2025).
Pramono menegaskan, program Kartu Pekerja Jakarta untuk karyawan swasta di bawah gaji Rp6,2 juta sudah ada sebelum memimpin. Namun, Pramono memperluas manfaat Kartu Pekerja Jakarta (KPJ) dari TransJakarta ke semua transportasi umum.
"Kartu Pekerja Jakarta memang dulu ada, tetapi kan secara signifikan sekarang ini diberlakukan bukan hanya untuk TransJakarta saja. Kalau dulu TransJakarta, tetapi (saat ini) untuk LRT dan MRT. Sekarang sudah berjalan relatif sangat baik karena penggunanya sudah meningkat dengan tajam," ucapnya.
6. Kebahagiaan warga indikator penting

Menanggapi berbagai penilaian warga tersebut, Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, menegaskan, kebahagiaan warga menjadi salah satu indikator penting dalam pembangunan Jakarta. Dia mengatakan, berdasarkan sejumlah indeks global, Jakarta masuk dalam jajaran kota dengan tingkat kebahagiaan yang cukup tinggi.
“Kan Jakarta nomor 17 kota paling bahagia di dunia. Termasuk kemarin pelaksanaan Natal berjalan dengan baik, dan nanti mudah-mudahan Tahun Baru, Imlek, sampai Idul Fitri juga bisa berjalan lancar. Yang penting warganya bahagia,” ujar Pramono saat dikonfirmasi IDN Times di Karet Tengsin, Jakarta Pusat, Senin (29/12/2025).

















