KPAI Terima 213 Aduan Belajar Jarak Jauh dari TK sampai SMA

15 Apr 2020, 11:53 WIB

Ilustrasi belajar dari rumah (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Jakarta, IDN Times - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima 213 pengaduan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang sudah dilakukan selama empat minggu.

Komisioner KPAI Retno Listyarti mengungkapkan pengaduan tersebut merata dari semua jenjang pendidikan mulai Taman Kanak-kanak (TK) sampai dengan SMA/SMK.

"Setelah penerapan kebijakan belajar dari rumah berlangsung KPAI mendapat pengaduan yang didominasi oleh siswa sendiri terkait berbagai penugasan guru dan kuota internet," ujar Retno dalam siaran tertulis, Rabu (15/4).

1. 70 persen pengaduan karena tugas berat

Ilustrasi sekolah (IDN Times/Wira Sanjiwani)

Retno menjabarkan 214 pengaduan tersebut berasal dari pengaduan SMA sebanyak 95, SMK sebanyak 32, MA sebanyak 19, SMP sebanyak 23, MTs hanya 1, SD sebanyak 3 kasus dan TK hanya satu pengaduan

Retno menyampaikan selama pelajaran jarak jauh hampir 70 persen pengaduan karena penugasan berat yang setiap hari diberikan oleh para guru, sedangkan waktu yang diberikan untuk mengerjakan juga pendek.

"Contohnya ada siswa SMA/SMK yang yang ditugaskan menulis esai hampir di semua bidang studi. Ada siswa SMP yang pada hari kedua PJJ sudah mengerjakan 250 soal dari gurunya. Ada juga siswa SD di Bekasi yang diminta mengarang lagu tentang corona menyanyi disertai musik dan dan harus di videokan," paparnya.

2. Siswa SD yang menyalin 83 halaman buku cetak dan menulis tiga bahasa

siswa SDN 003 Tenggarong belajar di rumah (Dok.Tanoto Foundation)

Selain itu siswa juga diminta merangkum bab materi dan menyalin soal di buku cetak. Retno menambahkan siswa di jenjang SMP dan SMA selalu diberikan tugas merangkum bab baru setiap jam pelajarannya tiba.

"Lebih kasihan lagi ada siswa SD yang mendapat tugas menyalin 83 halaman buku cetak sebagai bentuk penugasan dari gurunya. Selain itu, siswa SD kelas 4 ditugaskan untuk menuliskan bacaan salat, mulai dari bahasa Indonesia bahasa latinnya dan bahasa arabnya, padahal semuanya ada di buku cetak. Banyak siswa yang mengaku dapat tugas menjawab soal, tetapi harus dituliskan soalnya padahal ada di buku cetak mereka," terangnya

3. Jam pelajaran di rumah disamakan dengan sekolah

IDN Times/ Muchammad Haikal

Selain tugas yang terlampau berat, KPAI juga mendapat pengaduan jam pelajaran juga diterapkan seperti di sekolah mulai jam pertama sampai jam terakhir

"Padahal mayoritas ganti jam, juga ganti mata pelajaran, berarti dapat tambahan tugas baru yang tak kalah berat, padahal tugas sebelumnya belum selesai dikerjakan para siswa," imbuhnya.

4. Siswa adukan sekolah minta iuran penuh

IDN Times/Yogi Pasha

Retno mengatakan bahkan beberapa pengaduan siswa sekolah swasta yang menyatakan keberatan membayar uang iuran sekolah/SPP secara penuh karena tidak ada aktivitas pembelajaran di sekolah.

"Apalagi banyak orangtua yang mengalami masalah ekonomi pascaperpanjangan masa belajar dan bekerja dari rumah. Bahkan, orangtuanya yang pun terpukul secara ekonomi sehingga memiliki masalah finansial," ucapnya.