Menkomdigi: Peran Jurnalis Perempuan Besar Bagi Indonesia

Jakarta, IDN Times - Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) RI, Meutya Hafid, mengapresiasi peran jurnalis perempuan di Indonesia.
Membuka Kongres Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) 2025, Meutya senang jurnalis perempuan menggunakan kemajuan teknologi digital untuk terus berhimpun.
Menurutnya, jurnalis perempuan punya peran besar bagi kebebasan pers dan demokrasi. Meski demikian, dia mengakui adanya tantangan besar yang dihadapi dunia jurnalistik saat ini, yakni misinformasi dan disinformasi.
1. Meutya titip jurnalis perempuan bantu saring berita bagi masyarakat

Dalam pidatonya, Meutya menyampaikan apresiasinya kepada FJPI yang terus memperkuat solidaritas di tengah dinamika industri media yang terus berkembang. Keberadaan FJPI, menurutnya, menjadi bukti perempuan memiliki peran strategis dalam menjaga kebebasan pers dan juga demokrasi di Indonesia.
Meutya juga berharap agar komunitas ini dapat terus menjadi mitra pemerintah. Apalagi, pemerintah butuh bantuan dalam penyebaran informasi yang valid, demi menangkal hoaks.
"Ini mungkin titipan saya kepada FJPI untuk terus ke depan menyaring berita-berita atau membantu masyarakat agar dapat lebih mudah menyaring berita-berita misinformasi dan disinformasi dari berita-berita yang benar dan baik," kata Meutya.
2. Menkomdigi apresiasi FJPI bantu susun pedoman pemberitaan ramah anak dan perempuan

Dalam kesempatan ini, Meutya mengapresiasi partisipasi FJPI dalam menyusun pedoman pemberitaan ramah anak dan perempuan bersama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) dan Dewan Pers.
"Jadi, saya rasa, inisiasi ini baik dan itulah salah satu kekuatan jurnalis-jurnalis perempuan untuk kemudian lebih memperhatikan secara mendalam isu-isu yang terkait dengan perempuan dan anak," kata Meutya.
Meutya menuturkan, saat ini pornografi, perundungan, hingga kekerasan seksual makin mengancam anak-anak Indonesia di ruang digital.
"Untuk pornografi anak itu, kita salah satu negara tertinggi, yaitu keempat di dunia. Sehingga, ini menjadi perhatian kami bersama, ataupun tepatnya kita, jadi pemerintah dan masyarakat," ujar Meutya, Sabtu (15/2/2025).
3. Jurnalis bisa bekerja berdampingan dengan AI

Meutya yang baru saja pulang dari AI Action Summit di Prancis mengatakan, Indonesia saat ini sedang berusaha untuk menjadi salah satu pemimpin khususnya untuk mengadopsi kecerdasan buatan (AI) bagi negara-negara ekonomi berkembang.
"Kita harus ingatkan, AI ini bukan menjadi dikte para negara besar, tapi justru harus memperhatikan ekonomi berkembang seperti Indonesia," ujar Meutya.
Dia menegaskan, AI menjadi amat penting saat ini karena memang akan banyak merevolusi cara hidup dalam berbagai sektor, termasuk informasi.
"Jadi, sudah amat tepat kalau FJPI juga meneruskan kerja-kerja literasi khususnya di bidang AI sehingga jurnalis-jurnalis perempuan akan siap, mampu beradaptasi di tengah gempuran teknologi AI ke depan yang kita tahu berjalan sangat cepat," ujarnya.
Menurut Meutya, teknologi harus menjadi milik semua orang. Jadi, masyarakat harus bisa diuntungkan dan dalam hal ini, informasi menjadi lebih mudah diakses semua orang.
"Indonesia juga saat ini sedang merumuskan seperti apa etika-etika untuk AI khususnya juga di bidang jurnalistik," ujar Meutya.
Tema yang diusung dalam webinar motivator di Kongres FJPI yakni 'Berdaya di Era AI', sangat kontekstual dan tepat sasaran. Meutya berharap FJPI dapat terus berjaya dalam kepemimpinan yang baru.