Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pandemik COVID-19 Bikin Stres dan Cemas, Psikolog: Cobalah Bersyukur

Ilustrasi tim psikologi UGM. (IDN Times/Siti Umaiyah)
Ilustrasi tim psikologi UGM. (IDN Times/Siti Umaiyah)

Jakarta, IDN Times - Staf Sub Bagian Psikologi Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Sanglah, Denpasar Lyly Puspa Palupi mengatakan, dalam kondisi pandemik COVID-19 yang tidak diketahui kapan berakhirnya, setiap orang perlu berusaha berpikir positif.

Hal itu, kata dia, sebagai salah satu cara untuk menghindari munculnya gangguan-gangguan kejiwaan semasa pandemik COVID-19.

"Individu perlu berusaha untuk bersikap dan dalam menghadapi situasi ini. Kondisi sulit ini dialami oleh hampir seluruh masyarakat di berbagai belahan dunia," ujar Lyly dikutip dari ANTARA, Minggu (1/8/2021).

1. Pandemik COVID-19 sebabkan masalah kecemasan hingga depresi

(ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah)
(ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah)

Menurut Lyly, terbatasnya akses dan kebebasan untuk melakukan aktivitas seperti bekerja, sekolah, bersosialisasi, dan lainnya di masa pandemik COVID-19 saat ini, dapat menimbulkan efek psikis seperti masalah kecemasan, stres, hingga depresi.

Bahkan, dalam kondisi seperti ini, Lyly mengatakan, masyarakat cenderung memiliki efek psikologis seperti rasa takut dan cemas akan terpapar COVID-19.

"Karena kondisi ini berlangsung cukup lama dan belum bisa diperkirakan kapan akan berakhir, sehingga masyarakat dituntut untuk menyesuaikan diri dengan kondisi. Ada yang bisa beradaptasi tanpa banyak kendala, namun tidak sedikit juga merasa kesulitan. Sehingga secara psikis mengalami efek seperti masalah kecemasan, stres, hingga depresi," kata dia.

2. Mencoba selalu bersyukur

ilustrasi (IDN Times/Mardya Shakti)
ilustrasi (IDN Times/Mardya Shakti)

Berpikiran positif menjadi salah satu upaya untuk menghindari gangguan-gangguan kejiwaan tersebut. Menurut Lyly berpikiran positif dapat dimulai dari diri sendiri yang mencoba untuk selalu bersyukur setiap harinya.

"Mencoba untuk selalu bersyukur untuk hal-hal yang masih dimiliki, misalnya kesehatan, usia yang panjang, pekerjaan, keluarga," kata dia.

3. Membatasi dan memilah informasi yang dibaca

ilustrasi membaca (IDN Times/Shemi)
ilustrasi membaca (IDN Times/Shemi)

Membaca informasi terkait COVID-19 juga dapat menimbulkan efek psikis tersendiri. Karena itu, Lyly mengatakan, perlu untuk setiap orang memilah dan memilih pemberitaan yang ingin diketahui dan bermanfaat.

"Jika dirasakan sudah tidak nyaman lagi mengikuti berita-berita COVID-19, silakan jeda sejenak, alihkan perhatian ke hal-hal lain atau informasi yang membuat hati lebih gembira dan positif," kata dia.

Selain itu, apabila individu mulai merasa fungsi sehari-harinya terganggu seperti mengganggu pekerjaan, proses belajar dan lainnya, ia mengatakan perlu pendampingan psikolog.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rochmanudin Wijaya
EditorRochmanudin Wijaya
Follow Us