Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Times/Kevin Handoko

Jakarta, IDN Times - Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Alue Dohon adalah salah satu sosok yang berbicara di acara Indonesia Millennial Summit 2020 yang diselenggarakan oleh IDN Times pada Jumat (17/1) di The Tribrata, Jalan Dharmawangsa, Jakarta. Pada sesi Concerning New Deal for Nature in Indonesia 2020 Alue menjelaskan, betapa pentingnya menjaga lingkungan hidup untuk generasi selanjutnya. Penjelasan rinci mengenai hal tersebut menarik perhatian penonton dan membuat suasana diskusi menjadi sangat serius.

"Lingkungan hidup kita dan termasuk di dalamnya kehutanan, sebetulnya pinjaman dari generasi tua kepada kalian termasuk anak cucu kita ke depan. Artinya apabila kita tidak kelola dengan baik maka kalian akan mewarisi lingkungan hidup yang tidak bagus dan itu sangat tidak tidak elok," ujar Alue mengawali penjelasannya.

Lalu, bagaimana generasi muda tetap menjaga lingkungan hidup agar bisa terus diwariskan ke generasi selanjutnya?

1. Indonesia memiliki komitmen kurangi emisi gas melalui Paris Agreement

IDN Times/Kevin Handoko

Alue menegaskan, generasi saat ini atau generasi pendahulu memiliki tanggung jawab besar menjaga lingkungan hidup untuk generasi mendatang. Ia mengatakan, salah satu isu yang juga sedang hangat dibicarakan adalah isu global perubahan iklim.

Salah satu bentuk keikutsertaan Indonesia untuk memperbaiki keadaan krisis global yaitu melalui Paris Agreement.

"Di mana Paris Agreement itu setiap negara sekarang wajib melakukan pengurangan emisi di masing-masing negaranya, yang direpresentasi di dalam dokumen yang disebut dengan NDC, atau Nationally Determined Contribution," ujar Alue yang kembali membawa konsentrasi para penonton tidak teralihkan dari pembahasan.

Alue menjelaskan, Indonesia telah memiliki NDC yang telah diratifikasi oleh DPR RI dan di sahkan melalui Undang-undang Nomor 16 Tahun 2016. Di dalam NDC, Indonesia memiliki kewajiban untuk mengurangi emisi sebesar 29 persen pada base line 2030.

2. Ada lima sektor yang emisinya harus dikurangi

(IDN Times/Kevin Handoko)

Lalu, Alue pun menjelaskan, Indonesia harus mengurangi emisi setidaknya di lima sektor. Sektor pertama yaitu energi. Alue menjelaskan energi memberikan kontribusi emisi sebesar  11 persen. Lalu, sektor ke dua adalah kehutanan. Dilanjutkan dengan sektor industrial processes and product use, sampah dan pertanian.

"Sektor yg kedua, sektor kehutanan, itu 17,2 persen. Sektor yang ke tiga yang disebut dengan industrial processes and product use. Sektor yang keempat, sampah, ya. Dan sektor yang terakhir adalah pertanian," tutur Alue menjelaskan. 

3. Sektor energi dan kehutanan adalah sektor yang sumbang emisi terbanyak

IDN Times/Kevin Handoko

Alue menjelaskan, sektor energi dan Kehutanan merupakan dua sektor yang menyumbangkan paling banyak emisi di Indonesia. Dengan demikian pemerintah pun dengan serius berfokus pada dua sektor tersebut.

"Nah, apa yang dilakukan Pemerintah Indonesia sekarang, tadi menteri energi sumber daya sudah menjelaskan, bahwa Indonesia sudah punya RUEN namanya, rencana umum energi nasional. Di mana ruen itu kita akan melakukan blend energi, energi terbaru dan terbarukan sampai 23 persen dari komposisi energi kita pada tahun 2025," tutur dia. 

4. Pemerintah akan lakukan restorasi gambut seluas 2 juta hektare

(IDN Times/Kevin Handoko)

Lalu, di sektor Kehutanan, Alue menjelaskan, pemerintah telah melakukan restorasi gambut seluas dua juta hektare. Hal itu dilakukan agar gambut tidak terbakar dan melepas emisi.

"Kemudian yang berikutnya, kita melakukan restorasi gambut, target presiden lewat Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2016 merehabilitasi dan restorasi gambut sampai 2 juta hektare yang harus kita lakukan untuk mencegah emisi. Supaya gambut tidak terbakar, gambut tidak melepas emisi terus," tutur dia. 

5. Pemerintah akan alokasikan 11,7 juta hektare perhutanan sosial di tahun 2030

IDN Times/Kevin Handoko

Kemudian, lanjut Alue, kebijakan yang pemerintah ambil adalah tentang perhutanan sosial. Rencananya, pemerintah akan mengalokasikan perhutanan sosial seluas 11,7 juta hektare.

"Sampai 2030, 2030 rencananya kita akan mengalokasi 11,7 juta hektare untuk perhutanan sosial. Artinya, hutan harus dikelola oleh masyarakat. Supaya dia bisa dengan baik," ujarnya.

6. Pemerintah melakukan pengelolaan sampah untuk kurangi emisi

IDN Times/Kevin Handoko

Alue juga menjelaskan, pemerintah dalam rangka pengurangan emisi juga melakukan pengelolaan sampah agar lebih baik. Alue mengatakan, dalam pengelolaan sampah, generasi millennial harus ikut serta secara aktif untuk reduce, reuse, dan recycle sampah.

"Jangan kita berkontribusi, kadang-kadang masalah kita ini adalah minta diatur dulu oleh pemerintah baru kita bertindak, padahal harus digeser nih paradigma kita. Dari diatur dan diawasi, menjadi atur diri sendiri," ujar Alue.

7. Sebanyak 7,7 ribu ton sampah datang ke Bantar Gebang per harinya

IDN Times/Kevin Handoko

Hal lain yang disebut Alue yakni di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Bantar Gebang, per harinya menerima sekitar 7.700 ton sampah. Tetapi, hanya 100 ton saja yang dikelola. 

"Coba Anda bayangin, (hal itu terjadi) karena gak dikelola dengan baik, karena sampah organik non organiknya yang luar biasa," tutur dia. 

Terakhir, ujar Alue, untuk menghadapi perubahan iklim, Indonesia harus berjalan dengan menggunakan energi baru dan terbarukan. Ia juga mengingatkan kerusakan lingkungan hidup adalah hasil dari ulah manusia. Sehingga, Alue berharap, masyarakat sadar tentang pentingnya berkontribusi.

"Maka manusianya pun yang harus sadar. Jadi, mengelola lingkungan mengelola hutan mengelola sampah bukan hanya tanggung jawab pemerintah," tuturnya.

8. Indonesia memiliki target untuk mengurangi emisi 843 juta ton CO2 ekuivalen pada 2030

IDN Times/Kevin Handoko

Alue juga menjelaskan, Indonesia pada tahun 2010 menghasilkan emisi efek rumah kaca 1,3 giga ton atau 1,33 miliar ton CO2 ekuivalen. Sehingga, pada tahun 2030, melalui pengurangan emisi di lima sektor tadi, emisi berkurang sebanyak 834 juta ton CO2 ekuivalen

"Kalau itu kita tidak mereduksinya maka sampai 2030 akan menjadi 2,89 gigaton atau 2,89 miliar ton CO2 ekuivalen maka dari lima sektor tadi, makanya dengan pengurangan 29 persen dengan usaha sendiri, maka bisa mencegah hampir 834 juta ton CO2 ekuivalen sampai 2030," kata Alue sebagai penutup di sesinya. 

Editorial Team