Jakarta, IDN Times - Ketua DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI) William Aditya Sarana dipastikan lolos kembali ke DPRD DKI Jakarta. Bahkan, ia menjadi caleg dengan suara terbanyak di Jakarta dalam keikutsertaannya di Pemilu 2024, dengan total 39.740 suara.
Melalui sebuah wawancara virtual dengan IDN Times, William membocorkan strateginya mendulang suara tertinggi di Jakarta dan juga di Pilkada Jakarta yang akan diikuti PSI untuk pertama kalinya.
Iya, 39.740 suara. PSI tahun 2019 dapat 8 kursi, sekarang juga delapan.
Kalau perbedaan sih sebenarnya kalau 2024 kan gue sudah kerja selama lima tahun. Jadi sebenarnya di 2024 lebih mudah, dan biaya yang dikeluarkan lebih murah dibandingkan 2019.
Jadi waktu 2019 lebih sulit karena pertama kali nyaleg, orang banyak belum percaya. Gak ada pengalaman. Jadi lebih sulit 2019.
Tapi memang 2024 awalnya agak sulit karena basis saya itu kan banyak yang pendukung Ganjar, sedangkan partai (PSI) pendukung Prabowo. Ada kekhawatiran di situ. Tapi setelah masuk bulan Januari Februari semakin banyak basis konstituen PSI yang sudah mulai menerima Prabowo.
(Pileg) 2024 ini sekitar Rp300 jutaan saja. Kalau 2019 sampai Rp500-Rp600 juta. Sekarang lebih kecil karena saya sudah ada kerja, masyarakat sudah melihat kerja nyata kita di dapil, cost-nya justru jadi lebih rendah
Sebenarnya cuma mengingatkan kembali, gue sudah kerja ini loh untuk dapil bapak-ibu semua. (Pileg) 2019 itu belum ada kerja nyata, jauh lebih sulit meyakinkan masyarakat.
Saya belum bikin perbandingan sih. Tapi yang paling besar pasti biaya pertemuan dengan warga, harus menjamu masyarakat, beli makanan. Apalagi menjamu masyarakat middle class di restoran misalnya. Kedua pasti APK, pasang baliho, cetak spanduk, beli bambu.
Kita pemilihan gubernur di Jakarta antara September atau November. Kita dari Fraksi PSI sudah bersiap menghadapi pemilihan gubernur.
Misalnya per hari ini sudah mencoba setidaknya memiliki kriteria calon gubernur DKI Jakarta 2024. Kriteria yang kita tetapkan adalah Gubernur DKI Jakarta 2024 dari Fraksi PSI harus mirip dengan Pak Jokowi 2012.
Kami melihat Pak Jokowi adalah seorang pemimpin yang merakyat dan berani melakukan eksekusi. Setelah Jakarta tidak lagi jadi ibu kota, dan Jakarta mengalami kepemimpinan yang tidak melakukan terobosan signifikan selama lima tahun ke belakang, maka di 2024 ini kita membutuhkan gubernur yang seperti Pak Jokowi.
Pak Jokowi melakukan terobosan dengan menciptakan KJP, KJS, berani memulai pembangunan MRT. Ketika Jakarta sudah bukan ibu kota, kita butuh pemimpin yang seperti Pak Jokowi. Kalau tidak, Jakarta akan kesulitan karena APBD kita diprediksi akan turun.
Komunikasi informal pasti sudah dilakukan. Kami sih berharap koalisi yang akan dilakukan untuk Pilgub 2024 adalah Koalisi Indonesia Maju, yang hari ini mengusung Prabowo-Gibran. Jadi koalisinya permanen ke level daerah, termasuk ke DKI Jakarta.
Di situ ada PAN, Golkar, PSI, dan beberapa partai lain ya. Kami ingin koalisinya sama dengan koalisi pengusung Capres 2024.
Sebagai partai politik pasti mau dong kadernya maju dalam pemilihan gubernur. Tapi kita juga harus lihat elaktibilitas politik yang ada.
Hari ini suara PSI 8 kursi. Maka kita berekspektasi minimal wakil gubernur yang kita usung datang dari PSI. Kita sudah ada beberapa nama, misalnya Grace Natalie.
Dia salah satu calon yang menurut kami memiliki kepercayaan publik yang tinggi. Terbukti suara sis Grace Natalie hampir 200 ribu, terbesar di DKI Jakara. Mungkin terbesar di Jakarta. Suara sis Grace juga meningkat seperti saya.
Menurut saya sis Grace layak diperhitungkan sebagai salah satu pemimpin Jakarta.
Kita belum sampai ke situ, karena kita belum bisa memprediksi secara jelas siapa calon yang akan maju. Yang pasti kita ingin berpasangan dengan calon gubernur yang memiliki komitmen nasionalisme yang kuat, dan memiliki komitmen yang tinggi untuk melanjutkan legacy Gubernur Jokowi 2012 dan memiliki sifat karakterisitik yang sama.