TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

WHO: Vaksin Booster hanya Akan Memperpanjang Pandemik COVID-19

WHO ingin 2022 jadi akhir pandemik

Ilustrasi markas WHO di Jenewa, Swiss (www.who.int)

Jakarta, IDN Times – World Health Organization (WHO) mengingatkan bahwa kampanye vaksinasi dosis booster hanya akan memperpanjang pandemik COVID-19, alih-alih mengakhirinya. WHO juga memperingatkan bahwa suntikan penguat bukan ‘tiket’ untuk berlibur, yang bisa membebaskan siapapun dari virus corona.   

"Program booster cenderung memperpanjang pandemik daripada mengakhirinya, dengan mengalihkan pasokan (vaksin) ke negara-negara yang sudah memiliki cakupan vaksinasi tinggi, memberi virus lebih banyak kesempatan untuk menyebar dan bermutasi," kata Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam keterangan pers mingguannya dikutip dari Euronews.

Baca Juga: Novavax Klaim Booster Vaksinnya Ampuh Lawan Varian Omicron

Baca Juga: WHO Minta Dunia Bersatu Akhiri Pandemik pada 2022

1. Booster bukan 'tiket' untuk pergi berlibur

ilustrasi vaksinasi (IDN Times/Herka Yanis).

Saat ini, sekitar 20 persen dari dosis vaksin yang diberikan setiap hari digunakan sebagai booster, meskipun hanya setengah dari negara-negara anggota WHO yang mampu memvaksinasi 40 persen dari populasi mereka dan hampir tiga per empat petugas kesehatan di Afrika belum divaksinasi.

"Penguat tidak dapat dilihat sebagai tiket untuk melanjutkan perayaan yang direncanakan tanpa perlu tindakan pencegahan lainnya. Tidak ada negara yang dapat mempercepat jalan keluar dari pandemik,” ungkap Tedros.

Baca Juga: Studi: Booster Vaksin Sinovac Tidak Ampuh Melawan Omicron

2. WHO ingin pemimpin dunia fokus untuk menuntaskan vaksinasi

Bendera berkibar di kantor pusat WHO di Jenewa, Swiss (www.who.int)

Tedros, yang merupakan mantan Menteri Kesehatan Ethiopia, mengatakan bahwa pasokan vaksin harus cukup untuk populasi global pada kuartal pertama 2022. Tetapi, dia memperkirakan hanya pada akhir 2022 pasokan vaksin baru cukup untuk booster populasi dunia.

Dia mendesak para pemimpin dunia untuk fokus menuntaskan vaksinasi di negara-negara yang sudah menyuntikkan 40 persen dari populasi mereka.

Belakangan ini, banyak negara Barat yang mengkampanyekan dosis booster sebagai strategi untuk mengatasi varian baru Omicron, yang dianggap lebih menular. Sampai pekan ini, WHO mencatat varian Omicron telah ditemukan di setidaknya 106 negara.

Baca Juga: Bill Gates: AS Bisa Masuki Fase Terburuk Pandemik karena Omicron

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya