Hamas Serukan Demo Kedubes AS dan Israel di Seluruh Dunia

Intinya sih...
- Hamas serukan demonstrasi besar-besaran dan pengepungan kedutaan Israel dan AS di seluruh dunia.
- Taher al-Nunu, penasihat media Hamas, minta tindakan mendesak untuk hentikan agresi Israel di Gaza.
- Gelombang protes terjadi di berbagai negara menentang serangan Israel yang mengguncang Gaza.
Jakarta, IDN Times - Kelompok Palestina Hamas menyerukan demonstrasi besar-besaran dan pengepungan terhadap kedutaan Israel dan Amerika Serikat (AS) di seluruh dunia. Seruan ini disampaikan setelah Israel melancarkan gelombangan serangan udara di Gaza pada Selasa (18/3/2025), yang menewaskan lebih dari 400 orang.
Dalam pernyataannya, Hamas menyerukan kepada dunia Muslim dan orang-orang lainnya di seluruh dunia untuk meningkatkan aksi solidaritas mereka dan secara tegas mengecam serangan udara Israel yang kembali terja
“Pemerintah pendudukan fasis telah melanjutkan agresi biadab dan perang genosida terhadap rakyat kami di Gaza – melanggar semua norma, nilai, dan hukum kemanusiaan selama bulan suci Ramadhan,” kata kelompok tersebut pada Selasa, dikutip dari The New Arab.
1. Kecaman saja tidak cukup
Taher al-Nunu, penasihat media dan kepala biro politik Hamas, mengatakan bahwa diperlukan tindakan mendesak untuk memaksa Israel menghentikan agresinya dan mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Jalur Gaza. Ia juga menuduh AS ikut terlibat dalam kejahatan yang sedang berlangsung di Gaza, seraya menambahkan bahwa kecaman saja tidak cukup.
Sebelumnya, pada Selasa, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan bahwa mereka telah melanjutkan pertempuran dengan kekuatan penuh melawan Hamas, dan pengeboman yang saat ini terjadi baru permulaan saja. Ia menyalahkan Hamas atas eskalasi yang terjadi, menuduh kelompok tersebut selalu menolak proposal gencatan senjata yang ditawarkan. Ia menambahkan bahwa negosiasi selanjutnya akan berlangsung di tengah perang.
Netanyahu telah mendorong perpanjangan tahap pertama gencatan senjata dan pembebasan semua sandera, namun Hamas menyatakan bahwa hal ini melanggar ketentuan perjanjian.
2. Protes pro-Palestina terjadi di beberapa negara
Sementara itu, gelombang protes telah terjadi di berbagai belahan dunia, menentang serangan Israel yang kembali mengguncang Gaza. Rekaman video yang beredar di media sosial menunjukkan ratusan orang berkumpul di ibu kota Yordania, Amman, untuk mengecam serangan baru Israel tersebut.
Di kota Ramallah, Tepi Barat yang diduduki, media lokal melaporkan bahwa sejumlah demonstran berkumpul di pusat kota untuk mengutuk serangan gencar Israel.
“Kami di Tepi Barat menaruh hati kami pada Gaza, kami merasakan penderitaan dan pengorbanan mereka – komitmen mereka terhadap kemanusiaan, tujuan Arab dan Islam, yang berupaya mengatasi kebrutalan Zionis dan AS,” kata Walid al-Huwaidi, seorang penulis Palestina yang menghadiri protes tersebut.
Di AS, protes dilakukan di luar Gedung Putih dan di beberapa negara bagian, termasuk New York, San Fransisco, Dallas, dan Los Angeles. Para aktivis mengecam Washington atas keterlibatannya dalam perang di Gaza. Awal bulan ini, AS mengumumkan telah menyetujui penjualan senjata baru ke Israel senilai hampir 3 miliar dolar AS (sekitar Rp49,5 triliun).
Di London, lebih dari 3 ribu orang juga berkumpul di luar Downing Street pada Selasa. Mereka mendesak pemerintah untuk berhenti mempersenjatai Israel dan mendesak negara Yahudi itu agar kembali mematuhi gencatan senjata.
3. Sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak
Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, sedikitnya 436 warga Palestina telah tewas sejak serangan udara Israel dimulai pada Selasa dini hari. Sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak. Sedikitnya 678 orang juga terluka, dengan banyak di antaranya kritis.
Serangan Israel menargetkan berbagai wilayah di Jalur Gaza, dari utara hingga selatan, termasuk Jabalia, Beit Hanoon, Kota Gaza, Nuseirat, Deir el-Balah, Khan Younis dan Rafah. Daerah yang ditetapkan sebagai zona aman kemanusiaan, termasuk daerah al-Mawasi, juga diserang.
Hind Khoudary dari Al Jazeera mengatakan bahwa warga Gaza merasa ketakutan, tak berdaya, dan hancur akibat serangan yang terjadi.
"Masyarakat kelaparan. Mereka tidak mempunyai akses terhadap makanan. Pabrik desalinasi air yang menyediakan air bagi 500 ribu warga Palestina tidak berfungsi (karena Israel memutus aliran listrik). Di tengah semua ini, warga Palestina terbangun dengan rentetan serangan besar di berbagai wilayah Gaza," katanya, melaporkan dari Deir el-Balah.