Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

PM Israel Peringatkan Hamas: Serangan di Gaza Hanya Permulaan! 

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. (commons.wikimedia.org/Hudson Institute)

Jakarta, IDN Times – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memperingatkan Hamas bahwa serangan Israel terbaru di Gaza hanya permulaan. Serangan itu merupakan buah dari gagalnya gencatan senjata. Ia menyalahkan Hamas atas kegagalan tersebut.

"Ini baru permulaan. Mulai sekarang, kami akan bertindak melawan Hamas dengan intensitas yang semakin meningkat, bernegosiasi hanya di bawah tembakan, dan kami akan terus berjuang untuk mencapai semua tujuan perang," kata Netanyahu, dilansir dari Anadolu Agency, Rabu (19/3/2025).

Ia memperingatkan agar Hamas segera membebaskan semua sandera di Gaza, atau operasi akan terus dilanjutkan. Israel memperkirakan bahwa 59 warga Israel disandera di Gaza, di mana 24 orang masih hidup.

Pada Selasa, tentara Israel kembali menggempur Gaza dan menewaskan sekitar 404 orang. Eskalasi terbaru menandai kegagalan gencatan senjata yang berlaku sejak Januari 2025 lalu.

1. Netanyahu mengaku kecewa dengan Hamas

Pasukan Israel Defence Force atau IDF. (commons.wikimedia.org/IDF Spokesperson's Unit)

Keterangan Netanyahu muncul dari video pidatonya yang diunggah pada Rabu. Ia mengklaim telah berupaya memperpanjang gencatan senjata selama berminggu-minggu. Namun, upaya itu tak dibalas dengan pembebasan sandera oleh Hamas.

“Kami mengirim delegasi ke Doha dan menerima usulan utusan AS Steve Witkoff, tetapi Hamas menolak semua tawaran,” katanya.

Media Israel melaporkan Kamis lalu bahwa Witkoff telah menyampaikan proposal terbaru kepada kedua belah pihak. Proposal itu menawarkan pembebasan lima sandera Israel untuk gencatan senjata selama 50 hari.

Sebagai imbalan, usulan itu menawarkan pembebasan tahanan Palestina, akses bantuan kemanusiaan, dan pembicaraan mengenai fase kedua dari gencatan senjata tiga fase.

2. Hamas tuduh Israel langgar gencatan senjata

Pasukan Hamas dalam Peringatan 25 tahun Hamas yang dirayakan di Gaza pada Desember 2012. (commons.wikimedia.org/Hadi Mohammad)

Sementara itu, Hamas mengatakan bahwa Israel telah melanggar kesepakatan gencatan senjata dan melanjutkan genosida di Gaza.

Hamas mengumumkan pada Jumat bahwa mereka menerima usulan mediator. Mereka setuju membebaskan seorang tentara Israel-AS dan empat jenazah berkewarganegaraan ganda sebagai bagian dari dimulainya kembali negosiasi tahap kedua untuk gencatan senjata.

Namun, serangan pada Selasa tak terelakkan. Hamas menyebut serangan tersebut sebagai tindakan pelanggaran secara terang-terangan terhadap semua konvensi internasional dan kemanusiaan.

Hamas menilai, situasi kemanusiaan dan krisis bahan bakar di Gaza saat ini membuat jumlah korban meninggal semakin melonjak.

3. Forum Sandera kecam pemerintah Israel

Ilustrasi bendera Israel (Unsplash.com/Levi Meir Clancy)

Kecaman juga muncul dari Forum Keluarga Sandera Israel. Mereka menyalahkan pemerintah Israel dengan mengatakan bahwa apa yang telah ditakutkan benar-benar terjadi saat ini.

"Kami terkejut, marah, dan takut atas gangguan yang disengaja terhadap proses pengembalian orang-orang yang kami cintai dari penahanan mengerikan Hamas," kata Forum Sandera dan Keluarga Hilang dalam sebuah pernyataan.

Al Jazeera mengungkap bahwa Israel kemungkinan enggan untuk memenuhi gencatan senjata. Ketika kedua pihak hampir mencapai kesepakatan, Israel tak pernah mengakui secara tertulis akan menghentikan permusuhan.

“Kalau dipikir-pikir kembali, Israel mungkin tidak pernah bermaksud meninggalkan Gaza atau menghentikan perang,” lapor media yang berbasis di Qatar itu.

Netanyahu sebelumnya telah berulang kali menyatakan akan meghabisi Hamas di Gaza. Tujuan perangnya tak akan selesai jika Hamas tak juga dimusnahkan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zidan Patrio
EditorZidan Patrio
Follow Us