Serangan Udara di Amhara Tewaskan 26 Orang

Konflik meletus di Amhara, Ethiopia sejak awal Agustus

Jakarta, IDN Times - Sebuah serangan udara terjadi di Finote Selam, kota di wilayah Amhara, Ethiopia pada Minggu (13/8/2023), hingga menyebabkan 26 orang tewas. Serangan ke wilayah yang sedang mengalami konflik tersebut menargetkan anggota milisi Fano yang berkumpul di pusat kota.

Milisi Fano dari Amhara telah membantu pasukan federal dalam konflik dua tahun dengan pasukan di Tigray. Namun, milisi tersebut sekarang berselisih dengan pemerintah dan konflik antara keduanya di Amhara meletus pada awal Agustus.

Baca Juga: Komunitas LGBTQ+ Ethiopia Hadapi Kekerasan dan Ancaman di TikTok

1. 55 orang lainnya menjalani perawatan di rumah sakit

Serangan Udara di Amhara Tewaskan 26 OrangIlustrasi ruang perawatan di rumah sakit. (Unsplash.com/Adhy Savala)

Dilansir Reuters, pejabat rumah sakit mengatakan bahwa korban tewas akibat serangan itu sebanyak 26 orang, empat meninggal di rumah sakit dan 22 lainnya meninggal di tempat kejadian atau dalam perjalanan ke rumah sakit. Dia juga menyampaikan ada 55 orang lainnya yang menjani perawatan di rumah sakit akibat luka-luka yang diderita dalam ledakan itu.

Tikikil Kumlachew, dosen di sebuah universitas yang sedang mengunjungi seorang kerabat di rumah sakit karena insiden yang tidak terkait, mengatakan dia telah melihat 14 mayat di sana dan diberitahu oleh petugas medis bahwa ada 12 mayat lainnya.

"Ledakan itu mengguncang kota. Saya tidak tahu apakah itu drone atau yang lainnya. Tapi jatuh dari langit," katanya.

Baca Juga: Pembunuhan Massal di Ethiopia Tewaskan Lebih dari 200 Etnis Amhara

2. Konflik pemerintah dengan milisi di Amhara

Serangan Udara di Amhara Tewaskan 26 OrangIlustrasi Baku Tembak. (Unsplash.com/Daniel Stuben.)

Dilansir The Guardian, hubungan milisi Fano dengan pemerintah memburuk sejak April setelah pemerintah mengumumkan rencana untuk mengintegrasikan pasukan regional ke dalam militer. Pemerintah dianggap tidak mendengar suara orang Amhara dalam kesepakatan damai yang mengakhiri konflik. Mereka takut wilayah baru yang diperoleh dengan susah payah akan dikembalikan ke Tigray.

Sejak perselisihan itu muncul beberapa serangan, pada akhir April, orang-orang bersenjata yang diyakini sebagai anggota milisi Fano, menembak mati kepala cabang lokal dari partai Kemakmuran yang berkuasa. Kemudian Pada Juni, pemerintah mengatakan telah membunuh 200 ekstremis selama baku tembak di sebuah biara terpencil.

Kekerasan regional yang meluas di Amhara antara milisi Fano dengan pemerintah mulai meletus pada awal bulan ini. Milisi dilaporkan menguasai beberapa kota di Amhara, menimbulkan kekhawatiran akan perang lain di Ethiopia bagian utara, hanya sembilan bulan setelah perdamaian di wilayah tetangga Tigray. 

Dalam konflik ini milisi telah mengeluarkan narapidana dari penjara, menghancurkan kantor pemerintah, dan menjarah senjata dari kantor polisi. Pemerintah menanggapi dengan menyatakan keadaan darurat dan mematikan internet.

Tank meluncur di kota-kota besar di Amhara dan artileri digunakan di lingkungan sipil. Di beberapa tempat, aparat keamanan menembaki warga yang memblokir jalan. Pihak berwenang belum mengomentari berapa banyak warga sipil yang tewas.

Setelah pertempuran selama seminggu, pemerintah mengatakan pada 9 Agustus bahwa pihaknya telah merebut kembali kendali atas kota-kota Amhara dan berjanji bahwa layanan akan dipulihkan, tapi para pengamat khawatir Fano sekarang berencana untuk melakukan kampanye gerilya.

3. Kelompok hak asasi menemukan pembunuhan terhadap warga sipil

Pada Senin (14/8/2023), Komisi Hak Asasi Manusia Ethiopia (EHRC) mengatakan telah menerima laporan yang kredibel bahwa serangan dan penembakan di Finote Selam dan kota-kota lain telah mengakibatkan korban sipil, tapi tidak menyampaikan kapan serangan itu terjadi.

EHRC mengatakan para penyelidiknya telah mendokumentasikan berbagai insiden sejak konflik dimulai, termasuk pembunuhan terhadap pengunjuk rasa yang memblokir jalan, penjarahan senjata dan amunisi dari kantor polisi dan penjara, dan penargetan pejabat pemerintah daerah Amhara.

Penyelidikan EHCR menemukan ada warga sipil tewas di jalan atau di luar rumah mereka di ibu kota Amhara, Bahir Dar. Mereka juga mengatakan ada laporan yang dapat dipercaya tentang banyak korban sipil di Gondar, kota terbesar kedua di kawasan itu, dan pembunuhan di luar hukum oleh pasukan keamanan di Shewa Robit.

Kelompok kemanusiaan itu juga mengatakan ada tindakan penangkapan terhadap warga sipil asal etnis Amhara di ibu kota Addis Ababa. Pihak berwenang menolak tuduhan bahwa mereka melakukan penangkapan massal. Pemerintah mengatakan 23 orang telah ditangkap di Addis Ababa di bawah keadaan darurat, termasuk seorang politisi oposisi terkemuka.

Parlemen Ethiopia akan memberikan suara terkait keadaan darurat pada Senin. Langkah-langkah tersebut melarang pertemuan publik dan mengizinkan polisi untuk menahan tersangka tanpa perintah pengadilan.

Baca Juga: Ethiopia: Pasukan TPLF Diduga Bunuh Ratusan Warga Amhara

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya