Jokowi Didesak Bicara ke Joe Biden soal Kondisi Gaza

09 Nov 2023, 18:24 WIB

Presiden Jokowi berjabat tangan dengan Presiden terpilih Joe Biden (Biro Pers Istana)

Jakarta, IDN Times - Presiden Joko "Jokowi" Widodo diagendakan akan terbang ke Amerika Serikat, pada 13 November 2023 untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia pasific Economic Cooperation (APEC).

Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI), Hikmahanto Juwana mengatakan, dalam pertemuan itu Presiden Jokowi harus bicara kepada Presiden Amerika Serikat, Joe Biden terkait kondisi Gaza, Palestina.

"Dalam pertemuan tersebut Presiden perlu menyampaikan situasi dunia bila AS gagal meminta Israel menghentikan secara permanen serangan ke Gaza," ujar Hikmahanto dalam keterangannya, Kamis (9/11/2023).

1. Dunia tak akan simpatik terhadap Amerika bila tak menghentikan serangan Israel ke Palestina

Pakar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana (IDN Times/Irfan Fathurohman)

Rektor Universitas Jenderal Achmad Yani (UNJANI) itu mengatakan, bila tidak bisa menghentikan serangan Israel ke Palestina, Amerika Serikat tak akan mendapat simpatik dari rakyat dunia. Sebab, anak-anak dan perempuan turut menjadi korban tewas dalam serangan Isrel di Gaza.

"AS telah melakukan pembiaran atas serangan balasan Israel pada Hamas yang melebar pada rakyat tidak berdosa di Gaza," ucap dia.

2. Legitimasi AS akan terpengaruh terkait isu pelanggaran HAM

IDN Times/Gregorius Aryodamar P

Dalam kesempatan itu, Hikmahanto menyebut, legitimiasi Amerika Serikat terkait isu pelanggaran HAM juga akan terpengaruh. Dunia akan tidak percaya terhadap Amerika Serikat bila bicara isu HAM.

"Ini tentunya berpengaruh pada legitimasi AS sebagai negara besar yang selalu mengusung nilai-nilai HAM," kata dia.

3. Perang dunia ketiga diambang pintu

Instagram/@hikmahantojuwana

Menurutnya, bila Amerika Serikat membiarkan Israel terus menyerang Palestina, akan membuat negara lain ikut dalam perang. Artinya, perang dunia ketiga sudah berada diambang pintu.

"Perang Dunia III pun berada diambang pintu. Ini jelas bertentangan dengan prinsip AS sebagai negara adidaya yang selalu ingin menjadi garda terdepan untuk memastikan perdamian dan adanya keseimbangan kekuatan (balance of power)," imbuhnya.