Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mali Wajibkan Warga AS Bayar Uang Jaminan Visa Kunjungan

bendera Mali (pexels.com/aboodi)
bendera Mali (pexels.com/aboodi)
Intinya sih...
  • Mali tetapkan wajib jaminan visa untuk warga AS hingga 10 juta dolar AS.
  • AS mengetatkan proses pengurusan visa kunjungan ke negaranya.
  • Pengetatan ini difokuskan pada berbagai negara, terutama di Afrika. 
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Mali menetapkan kewajiban bagi warga negara Amerika Serikat (AS) untuk membayar uang jaminan pembuatan visa kunjungan hingga 10 ribu dolar AS (Rp166 juta). Langkah ini sebagai balasan atas kebijakan serupa dari pemerintah AS. 

“Kebijakan kewajiban uang jaminan pembuatan visa AS bagi warga Mali ditetapkan secara sepihak. Maka dari itu, kami memutuskan untuk menerapkan kebijakan visa yang sama untuk warga AS yang ingin berkunjung ke Mali,” ungkapnya. 

Dalam beberapa bulan terakhir AS sudah meningkatkan pengetatan proses pengurusan visa kunjungan ke negaranya. Pengetatan ini difokuskan pada berbagai negara, terutama di Afrika. 

1. AS tetapkan kewajiban bayar uang jaminan ke negara-negara Afrika

Tak hanya di Mali, kebijakan pembayaran uang jaminan juga sudah diterapkan AS ke sejumlah negara Afrika. Beberapa negara itu termasuk Malawi, Zambia, Gambia, Mauritania, Sao Tome dan Principe, dan Tanzania. 

Dilansir Business Insider Africa, AS akan mengharuskan warga dari sejumlah negara Afrika tersebut untuk membayar jaminan mulai dari 5 ribu dolar AS (Rp82,9 juta) hingga 15 ribu dolar AS (Rp248,7 juta). Pembayaran ini diperlukan dalam pemrosesan visa kunjungan. 

Washington menyebut langkah ini untuk menghindari kemungkinan banyaknya warga asing yang tinggal di AS melebihi masa tinggalnya. Jika warga asing tersebut pergi dari AS sesuai jadwal, maka uang jaminan akan dikembalikan. 

2. Mali setujui kerja sama eksploitasi mineral dengan perusahaan AS

Pada hari yang sama, perusahaan mineral milik negara, SOREM menyetujui kerja sama strategis dengan perusahaan AS, Flagship. Persetujuan ini setelah pemerintah Mali setuju mengambilalih 80 persen dari saham perusahaan. 

“Perusahaan saat ini berkomitmen untuk mendapatkan bagian dan menginvestasikan modal, dan pakar teknis dalam rehabilitasi serta kelanjutan produksi di area tambang. Ini adalah kerja sama yang menguntungkan kedua pihak,” tutur CEO Flagship, Ron Slaughter, dilansir dari APA News

Pertambangan Morila tetap menjadi aset vital yang sudah menghasilkan 7,5 juta ons emas sejak 2000. Pengoperasikan kembali tambang ini diharapkan dapat menstabilkan produksi emas di Mali. 

3. Burkina Faso tolak menerima imigran yang dideportasi dari AS

Tak hanya Mali, tetangganya Burkina Faso juga memiliki hubungan kurang baik dengan AS. Negara pimpinan junta militer di Afrika Barat itu menolak menerima imigran yang dideportasi dari AS dan dibalas dengan penangguhan layanan pembuatan visa kunjungan ke AS. 

Dilansir BBC, Menteri Luar Negeri Burkina Faso, Karamoko Jean-Marie Traore mempertanyakan keputusan AS yang dianggap sebagai pemerasan. Langkah ini disebut sebagai sebuah tekanan AS kepada Burkina Faso. 

“Apakah ini sebuah cara untuk menekan kami? Apakah ini sebuah pemerasan? Apa pun itu, Burkina Faso adalah sebuah negara yang memiliki harga diri, sebuah destinasi, bukan sebuah tempat pengusiran orang asing,” terangnya. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us

Latest in News

See More

Deretan Empat Nama Bakal Calon yang Maju Pemilihan Ketum Peradi

14 Okt 2025, 08:12 WIBNews