Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Gen Z Bicara Asta Cita: Prabowo Militeristik, Swasembada Pangan Paradoks

Prabowo-Gibran
Prabowo-Gibran 2024 (instagram.com/gibran_rakabuming/)
Intinya sih...
  • Gaya kepemimpinan Prabowo dinilai cenderung militeristik, dan Asta Cita dalam bidang demokrasi dan HAM masih dipertanyakan
  • Pemerintahan Prabowo juga belum memenuhi janji lapangan kerja berkualitas
  • Komunikasi publik pemerintah juga dinilai buruk.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka genap berusia satu tahun pada 20 Oktober 2025. Dalam visinya, pemerintahan Prabowo-Gibran mengusung tema "Bersama Indonesia Maju Menuju Indonesia Emas 2045".

Visi tersebut dituangkan ke dalam delapan misi yang disebut sebagai Asta Cita. Lalu, seberapa tahu sih generasi Z terhadap Asta Cita Prabowo-Gibran?

Bagus, salah satu warga asal Bandung, Jawa Barat, yang kini menetap di Jakarta mengaku sempat mendengar Asta Cita Prabowo-Gibran, karena sering dikampanyekan pada Pilpres 2024. Namun, ia mengaku tidak mengetahui secara keseluruhan. Salah satu yang diiingat adalah program populis Prabowo, Makan Bergizi Gratis (MBG).

"Tahu karena dari kampanye, sering diomongin sama pejabat menteri. Saya gak hafal poin-poinnya satu pun, yang saya tau cuma program MBG saja," kata Bagus di Jakarta, Minggu (12./10/2025).

1. Prabowo dinilai terlalu militeristik

Presiden Prabowo Subianto
Presiden Prabowo Subianto (kanan) didampingi Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin (tengah) dan Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto (kiri) memeriksa pasukan pada Upacara HUT ke-80 TNI di kawasan Silang Monas, Jakarta, Minggu (5/10/2025). Peringatan HUT ke-80 TNI mengangkat tema besar TNI Prima, TNI Rakyat, Indonesia Maju. (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)

Dalam bidang pertahanan, Bagus melihat gaya kepemimpinan Prabowo cenderung militeristik. Banyak keterlibatan TNI dan purnawirawan yang berada di lingkungan pemerintah. Ia turut menyoroti perubahan warna seragam TNI. Kendati, dia mengaku tidak paham Asta Cita dalam bidang swasembada pangan dan sektor perekonomian.

"Saya lihatnya sekarang Prabowo gayanya kental banget sama TNI, militer, mungkin ingin memperkuat pertahanan ya. Saya juga tahunya kalau seragam TNI ganti warna," kata dia.

Sementara, terkait visi di bidang ideologi Pancasila, demokrasi dan HAM, Bagus mengaku kurang memahami secara seksama keterkaitan Asta Cita dengan ideologi Pancasila. Tetapi, ia melihat ada pola perubahan yang cukup, salah satunya Prabowo mulai mengurangi joget-joget di hadapan publik.

"Saya gak paham kalau keterkaitannya Asta Cita sama Pancasila, tapi makin ke sini Prabowo kelihatannya lebih tegas, udah jarang joget. Kalau soal demokrasi mungkin kurang ya, karena ada orang-orang demo yang ditangkap," kata dia.

Jelang satu tahun kepemimpinan Prabowo-Gibran, Bagus menilai, Prabowo belum memenuhi janji manisnya pada poin ketiga Asta Cita, yakni tentang lapangan kerja yang berkualitas, mendorong kewirausahaan, mengembangkan industri kreatif, dan melanjutkan pengembangan infrastruktur.

Padahal, menurut Bagus, Prabowo berjanji akan membuka 19 juta lapangan pekerjaan. Alih-alih terealisasi, dia mendengar banyaknya pekerja yang mendapat pemutusan hubungan kerja (PHK).

"Soal meningkatkan lapangan kerja kayanya belum terlaksana ya, apalagi dulu 02 pengen ciptakan 19 juta lapangan pekerjaan yang belum ditepati sampai sekarang. Saya sekarang cuma denger banyak PHK, banyak pengangguran, mungkin malah bertambah," kata dia.

2. Komunikasi publik pemerintah buruk

Presiden Prabowo Subianto
Presiden Prabowo Subianto memimpin rapat terbatas di kediaman pribadinya, Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, pada Minggu (5/10/2025) malam (dok. BPMI Sekretariat Presiden)

Sementara itu, Ilham, warga Tangerang, Banten mengaku mengetahui Asta Cita Prabowo-Gibran yang menjadi landasan pemerintahan Kabinet Merah Putih selama lima tahun ke depan.

Ia menilai, Asta Cita dalam bidang demokrasi dan HAM masih perlu dipertanyakan. Faktanya, hampir belum ada komunikasi publik yang baik dari pemerintah untuk mengakomodir kebutuhan rakyatnya, padahal urusan ini penting.

"Case paling utama adalah soal demo 25-31 Agustus itu telak pukulan bahwa pemerintah belum seserius itu menangani masalah demokrasi," kata pria yang berprofesi sebagai peneliti bidang komunikasi publik itu.

Menurut dia, visi pemerintah untuk memantapkan sistem pertahanan keamanan negara dan mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, air, ekonomi kreatif, ekonomi hijau, dan ekonomi biru telah menjadi fokus utama.

Ilham mengatakan, ada banyak program-program bersifat populis yang mulai digarap pemerintah. Misalnya, Makan Bergizi Gratis (MBG) hingga Koperasi Merah Putih.

"Tapi dibilang berjalan baik, ya terlalu buru-buru, karena tantangan Prabowo-Gibran ya baru di tahun kedua kan," kata dia.

3. Sebanyak 19 juta lapangan pekerjaan semu, PHK di mana-mana

Presiden Prabowo Subianto
Presiden Prabowo Subianto bersama Wapres Gibran Rakabuming Raka didampingi jajaran kabinet Merah Putih memberikan keterangan kepada wartawan saat tiba di Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu (27/9/2025). Prabowo Subianto kembali ke tanah air setelah menyampaikan pidato pada sidang umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di New York serta melakukan kunjungan kenegaraan ke negara Jepang, Kanada dan Belanda. (ANTARA FOTO/Galih Pradipta)

Ni'am, warga Cilacap, Jawa Tengah yang juga berdomisili di Jakarta Selatan mengaku tahu sebagian Asta Cita Prabowo-Gibran. Salah satunya adalah membuka 19 juta lapangan kerja. Namun, ia mempertanyakan kesungguhan Prabowo dalam memenuhi janji manisnya.

Faktanya, kata Ni'am, belakangan pemberitaan PHK di media massa sangat masif. Ini mengindikasikan, kondisi riil perekonomian Indonesia memburuk.

"Katanya 19 juta lapangan kerja. Yang ada PHK di mana-mana. Teman saya banyak kena PHK. Obrolan-obrolan isinya cerita soal PHK. Itu indikasi ekonomi memburuk dan kesejahteraan masyarakat terperosok, berpotensi jadi miskin atau rentan miskin dan yang sudah miskin makin miskin lagi," kata pekerja swasta di Jakarta itu.

Selain itu, swasembada pangan yang menjadi slogan baru pemerintah saat ini terlalu paradoks. Apa yang diinginkan pemerintah dan apa yang ditempuhnya bertentangan. Menurut Ni'am, alih-alih mendorong ketahanan pangan dengan keragaman pangan lokal, pemerintah justru membuat food estate yang merusak lahan dan sumber daya pangan lokal.

"Kita belum lupa pernah ada proyek food estate akhirnya ditanami jagung di polybag," ujar dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rochmanudin Wijaya
EditorRochmanudin Wijaya
Follow Us

Latest in News

See More

Istana Buka Suara Soal Rencana Bangun Ponpes Pakai APBN

13 Okt 2025, 07:43 WIBNews