Terlibat Dunia Politik, 10 Orang Ini Hilang dan Tewas secara Misterius

Setelah pembentukannya pada 1966, Partai Black Panther sudah banyak melakukan hal-hal terpuji, seperti membangun klinik kesehatan, sekolah, dan program sarapan gratis. Akan tetapi, partai ini juga punya sisi gelap. Beberapa orang, seperti penulis David Horowitz, bahkan menuduh partai ini melakukan pemerasan, prostitusi, dan narkoba. Yang lebih parah lagi adalah pembunuhan. Salah satu korbannya diduga seorang perempuan bernama Betty Van Patter.

Betty Van Patter adalah perempuan kulit putih yang dipekerjakan di bagian pendidikan Black Panthers. Van Patter adalah seorang perempuan yang sangat jujur dalam pekerjaannya. Dia pun menemukan banyak kejanggalan finansial.

Oleh sebab itu, Van Patter mengancam akan membeberkan pihak-pihak yang terlibat. Namun, tak lama berselang, dia tiba-tiba menghilang, seperti yang diceritakan East Bay Times. Mayatnya ditemukan mengambang di sungai hampir sebulan kemudian. Kepalanya memiliki trauma benda tumpul.

Sejak awal, polisi mengira bahwa tersangkanya adalah orang-orang di Partai Black Panther, tapi tidak ada yang pernah dituntut. Mantan pemimpin Partai Black Panther, Elaine Brown, menyangkal bahwa dia atau anggota-anggota lain di Black Panther ada hubungannya dengan kematian Van Patter. Brown mengatakan bahwa dia memecat Van Patter, tetapi tidak membunuhnya meskipun banyak pihak di partai yang membencinya.

Seorang hakim bernama Joseph Force Crater menghilang pada 1930. Hal ini tentunya menarik perhatian nasional, khususnya di New York. Crater sendiri dibesarkan di Pennsylvania dan mendapatkan gelar Sarjana Hukum dari Universitas Columbia.

Seperti yang dilansir History, tidak ada tanda-tanda bahwa Crater akan menghilang. Namun, masalahnya dimulai ketika dia diangkat ke Mahkamah Agung New York. Ada desas-desus bahwa politikus Tammany Hall menginginkan orang lain untuk mendapatkan posisi itu. 

Pada 6 Agustus 1930, Crater meninggalkan istrinya di Maine untuk berlibur beberapa hari sebelumnya. Dia pergi ke kantornya dan menghancurkan banyak dokumen. Kemudian, dia mengambil 5 ribu dolar AS atau setara Rp78 juta dari rekening banknya. Lalu, Crater pergi makan malam bersama beberapa temannya. Dia kembali pergi saat tengah malam, tetapi tidak pernah terlihat lagi.

Crater akhirnya dinyatakan meninggal 9 tahun kemudian. Jadi, apa yang sebenarnya terjadi? Ada seorang perempuan yang memberikan pengakuan menjelang kematiannya. Perempuan itu mengaku bahwa dia dan beberapa laki-laki lain membunuhnya. Namun, jika demikian, mayatnya tidak pernah ditemukan.

Pada 1987, mantan perdana menteri negara bagian Jerman, Uwe Barschel, ditemukan tewas di bak mandinya pada usia 43 tahun. Anehnya, dia berpakaian rapi dan lengkap. Autopsi sendiri menemukan bahwa dia meminum banyak obat antidepresan.

Awalnya, petugas pemeriksa mayat menyatakan bahwa Barschel bunuh diri. Namun, seiring bertambahnya informasi beberapa tahun kemudian, The New York Times melaporkan bahwa kejadian tersebut adalah pembunuhan. Jadi mengapa penyebabnya bisa berubah, ya?

Tes medis menunjukkan adanya obat-obatan di perutnya karena diberikan setelah Barschel meninggal. Faktanya, ada bukti bahwa Barschel sedang dibuntuti oleh banyak orang, mulai dari CIA hingga dinas rahasia Jerman Timur dan Barat. Dia juga berurusan dengan pemerintah Iran dan Israel. Orang-orang ini dikabarkan ingin menyingkirkannya.

CIA mengetahui bahwa Barschel bertemu dengan pihak Iran, termasuk putra mendiang pemimpin Iran, Ayatollah Khomeini, tentang pengiriman senjata. Tidak berhenti di situ saja, Barschel juga bertemu dengan agensi Israel dan Jerman tentang hal yang sama serta “orang lain” yang masih misterius. Bisa dibilang, Barschel menjual senjata secara ilegal.

Laporan Jerusalem Post melansir bahwa pada 2010, Mossad membantah pihaknya membunuh Barschel. Pasalnya, ada spekulasi yang mengatakan bahwa Iran kesal karena kesepakatan jual beli senjata mereka tidak berhasil. Namun, siapa pun pelakunya, ia tidak pernah tertangkap.

Pembunuhan John F Kennedy mungkin merupakan kematian politik paling misterius sepanjang masa. Itu karena Lee Harvey Oswald (tersangka pembunuhan JFK) ditembak dan dibunuh 2 hari kemudian. Sebagaimana yang dijelaskan History, pemilik klub malam bernama Jack Ruby mengaku menembak Oswald karena rasa patriotisme. Namun, terlepas dari motivasinya, Ruby terbukti membunuh Lee Harvey Oswald.

Ruby ditangkap dan didakwa melakukan pembunuhan tingkat pertama, yang dapat diancam hukuman mati. Itulah hukuman yang dijatuhkan kepadanya ketika hakim memberikan putusan bahwa dia bersalah. Namun, keputusan hakim itu dibatalkan dan Ruby dijadwalkan dalam persidangan baru. 

Meskipun begitu, Ruby meninggal karena emboli paru yang disebabkan oleh kanker paru-paru yang dideritanya. Namun, sahabatnya yang bernama Mary Gray McCoy mengatakan kepada stasiun berita Oklahoma bahwa kematiannya janggal. McCoy sudah mengenal Ruby sebelum kasus penembakan terjadi dan mengunjungi Ruby di penjara berkali-kali, termasuk sebelum dia meninggal. McCoy bilang bahwa Ruby baik-baik saja dan dia kemungkinan diracun. Apakah Ruby benar-benar mati karena sebab alami atau dia dibungkam sebelum sidang barunya dapat dilanjutkan?

Raja Siam (Thailand), Ananda Mahidol, tewas dengan tembakan tepat di tengah dahinya pada 1946. Ia meninggal pada usia 20 tahun. Dilansir laporan surat kabar The Washington Post, Raja Siam ini sangat menyukai senjata dan tahu betul cara menggunakan senjata tersebut. Dia selalu menyimpan senjata itu di dekatnya dan suka berlatih menembak. Pertanyaannya, benarkah laki-laki yang sangat mahir menggunakan senjata api ini "secara tidak sengaja" menembak dirinya sendiri?

Belum lama sebelum kematiannya, Mahidol bersekolah di Swiss. Direktur sekaligus peneliti di Swiss memiliki dua teori yang lebih masuk akal terkait kematiannya. Pertama, adanya upaya pembunuhan di kerajaan terhadapnya. Kedua, ada rumor bahwa raja mengalami depresi karena tidak diizinkan menikahi gadis yang ditemuinya di sekolah. Mungkin dia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. 

Seperti yang diceritakan The New York Times, pada 1980-an Johan Heyns yang merupakan warga sipil berhasil menjadi politikus yang kuat. Dia adalah kepala gereja Afrikaner terbesar di Afrika Selatan, Gereja Reformasi Belanda. Gereja ini sebenarnya berperan penting dalam keyakinan bahwa apartheid adalah hal yang bagus dan mengatakan bahwa Yesus tidak berpihak kepada orang kulit hitam.

Namun, di bawah kepemimpinan Heyns, yang berkulit putih, pada 1986 keyakinan itu berubah. Pada tahun itu, terjadi gerakan antiapartheid dan aksi melawan pemerintah. Pada 5 November 1994, seperti dilansir Independent Online Afrika Selatan, Heyns ditembak tepat di kepala dan tewas seketika.

Pembunuhnya tidak punya nyali untuk menghadapinya. Dia menembak Heyns lewat jendela rumahnya. Suara tembakannya pun disembunyikan dengan ledakan kembang api di luar. Meskipun begitu, tidak ada peluru yang ditemukan. Minimnya bukti membuat polisi kesulitan mencari tersangkanya. Namun, diyakini bahwa Heyns ditembak oleh seorang ekstremis sayap kanan.

José Francisco Chaves ditembak dan dibunuh pada 1904, tepat setelah pemilu yang berlangsung sengit. Dikutip New Mexico History, Chaves dilahirkan dari keluarga bangsawan politik dan dia memang dididik untuk berkiprah di dunia politik. Chaves belajar seni liberal dan hukum serta sekolah kedokteran. Dia pun terpilih sebagai Dewan Teritorial New Mexico (semacam senator untuk wilayah-wilayah yang belum menjadi negara bagian pada saat itu) dan menjabat selama 19 tahun.

Namun, pada 1904, Chaves mengikuti pemilihan yang lebih ketat. Ia memenangkan 1 daerah dengan hanya 21 suara. Lalu, 18 hari kemudian, saat Chaves makan malam di rumah temannya, dia ditembak lewat jendela hingga tewas. Pembunuh itu melarikan diri sebelum ada yang melihatnya.

Sheriff menangkap Domingo Valles, seorang laki-laki yang memiliki hubungan keluarga dengan seorang penjahat yang dipenjara karena mencuri ternak. Dua minggu kemudian, sheriff mengakui bahwa Valles tidak ada hubungannya dengan pembunuhan Chaves. Valles akhirnya dibebaskan. Pembunuhan itu tidak pernah terpecahkan.

Alexander Litvinenko bekerja sebagai petugas di Dinas Keamanan Federal Rusia, penerus KGB, sebagaimana dijelaskan BBC. Akan tetapi, dia melakukan pelanggaran hak asasi manusia di Rusia dan membelot. Litvinenko dan keluarganya melarikan diri ke Inggris. Dia terus menentang pemerintahan Presiden Vladimir Putin.

Litvinenko tahu bahwa dirinya dalam bahaya. Dia bekerja dengan CIA versi Inggris dan menyelidiki kematian mencurigakan seorang jurnalis anti-Putin. Kemudian, pada 2006, saat dia minum teh bersama temannya, Andrei Lugovoi, dan mantan agen lain yang membantunya menyelidiki mafia Rusia, Litvinenko mengalami muntah-muntah.

Tiga hari setelah kejadian itu, dia dirawat di rumah sakit dan hasil tes menunjukkan bahwa Litvinenko diracuni dengan polonium-210. Sangat sedikit negara yang membuat produk tersebut. Adapun, salah satu negara yang membuatnya adalah Rusia. Kecurigaan tertuju pada Lugovoi, tapi ia sudah melarikan diri kembali ke negara asalnya, Rusia. Lantas, Putin menolak mengekstradisinya. Racun itu bekerja dengan cepat. Pada menit-menit terakhir hidupnya, Litvinenko menyalahkan Putin atas pembunuhannya, tetapi belum ada seorang pun yang diadili.

Komisaris Keamanan Publik Shreveport George D'Artois adalah petugas penegak hukum tertinggi di Kota Louisiana. Dilansir KTBS, pada 1960-an, dia dan beberapa anggota parlemen pergi ke gereja saat kebaktian dan melakukan kekerasan kepada pendeta berkulit hitam. Pendeta itu ia pukuli dan dibiarkan mati di tengah jalan. Namun, pada 1970-an, tindakannya meningkat menjadi pembunuhan.

Jim Leslie adalah seorang eksekutif periklanan yang bekerja dengan politisi. Leslie bahkan menjadi tim sukses D'Artois. Namun, dia tidak mau menerima pembayaran karena komisaris ingin membayarnya dengan uang masyarakat. Hal ini menjadi berita hangat di surat kabar. Setelah berdiskusi sengit dengan D'Artois, Leslie menutup telepon dan berkata, "Orang [itu] akan membunuh saya." Beberapa bulan kemudian, Leslie ditembak oleh pembunuh bayaran.

D'Artois sebenarnya ditangkap atas pembunuhan tersebut, tetapi dia meninggal karena komplikasi operasi jantung terbuka sebelum dia bisa diadili. Meskipun D'Artois adalah orang yang jahat, mungkin bukan D'Artois yang menyewa pembunuhnya. Sebenarnya, Leslie terlibat dalam pengesahan undang-undang hak untuk bekerja di gedung negara bagian dan kampanye tersebut berubah menjadi kekerasan, bahkan mungkin mematikan.

Hilangnya pemimpin serikat buruh Detroit Teamster, Jimmy Hoffa, secara misterius adalah kasus yang paling terkenal sepanjang masa. Pada hari Hoffa menghilang, dia menelepon istrinya dan mengatakan bahwa ada dua mafia yang seharusnya dia temui justru mencari masalah. Lalu, dia menghilang selamanya.

Satu-satunya bukti yang pernah ditemukan adalah sehelai rambut sepanjang 7 cm yang dibuktikan oleh tes DNA (setelah ditemukan 1 dekade kemudian) merupakan milik Hoffa. Pada 2013, ada sebuah informasi yang membuat pihak berwenang untuk mencari keberadaan tubuhnya.

Dilansir laman USA Today, ada teori terkait hilangnya Hoffa. Serikat pekerja Teamsters Union kemungkinan ada hubungannya dengan kematian bos mereka karena alasan yang tidak diketahui. Bisa jadi Hoffa memang belum meninggal pada saat itu dan hidup sampai usia lanjut dengan nama samaran. Tidak ada yang tahu pasti.

Banyak orang hilang dan kematian misterius di dunia ini. Akan tetapi, tak ada yang lebih menarik dan janggal seperti di panggung politik dunia. Kasusnya bisa dibilang sangat rapi dan jarang sekali terungkap. Tentunya, ada banyak cara untuk menyembunyikannya. Publik pun dibuat kebingungan dengan enigma yang ada.