Pemilu Korsel Dimulai, Ini yang Perlu Diketahui

- Pemilu di Korsel dilaksanakan karena negara tersebut sedang menghadapi masalah ekonomi yang terpuruk akibat perang dagang dengan AS dan potensi resesi global.
- Kandidat utama Lee Jae-myung, politikus Partai Demokrat, menjanjikan reformasi politik dan ekonomi serta upaya meredakan ketegangan di Semenanjung Korea.
Jakarta, IDN Times - Korea Selatan (Korsel) memulai pemungutan suara hari ini (3/6/2025). Masyarakat Korsel berbondong-bondong hadir di tempat pemungutan suara.
Tantangan yang dihadapi para calon pemimpin Korsel adalah ekonomi negara itu yang sedang terpuruk. Terlebih dengan perang dagang Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan potensi resesi global yang membayangi.
Ada dua kandidat teratas, dan masing-masing berjanji membantu negara pulih jika terpilih. Dua kandidat teratas merupakan seorang pengacara yang beralih menjadi politikus, serta mantan aktivis anti kemapanan yang menjadi menteri konservatif.
Pemungutan suara dilakukan Selasa pagi waktu setempat. Sementara pemenangnya kemungkinan akan diumumkan pada Selasa malam atau Rabu (4/6) pagi.
“Negara ini menderita dan emosinya begitu kuat sehingga saya keluar pagi-pagi sekali dengan harapan bahwa kita dapat meraih kemenangan besar untuk meredakannya sedikit saja,” kata pemilih Jung Han-byeol di sebuah tempat pemungutan suara di ibu kota Seoul, dilansir dari CNN.
1. Kandidat Lee Jae-myung
Lee Jae-myung merupakan kandidat teratas dalam pemilu kali ini. Politikus Partai Demokrat ini merupakan mantan pekerja pabrik di bawah umur dari keluarga miskin.
Pria 60 tahun ini menjadi pengacara hak asasi manusia (HAM) sebelum terjun ke dunia politik. Mantan wali kota dan gubernur tersebut baru-baru ini menjabat sebagai anggota parlemen setelah kalah tipis dari Yoon dalam pemilihan presiden 2022.
Ia selamat dari upaya pembunuhan pada Januari 2024, ketika seorang pria menikam lehernya saat menghadiri acara publik. Ia kembali menjadi berita utama pada 3 Desember 2024, saat Yoon mengumumkan darurat militer dan mengirim pasukan ke parlemen.
Lee merupakan salah satu anggota parlemen yang bergegas ke badan legislatif dan menerobos tentara untuk mengadakan pemungutan suara darurat guna mencabut darurat militer. Ia melakukan streaming langsung dirinya melompati pagar untuk memasuki gedung, dalam video viral yang ditonton puluhan juta kali.
Selama masa kampanye, Lee menjanjikan reformasi politik dan ekonomi, termasuk kontrol yang lebih ketat terhadap kemampuan presiden untuk mengumumkan darurat militer, dan merevisi konstitusi untuk mengizinkan dua masa jabatan presiden selama empat tahun, bukan masa jabatan tunggal lima tahun seperti saat ini.
Ia menekankan upaya meredakan ketegangan di Semenanjung Korea sambil tetap berpegang pada tujuan jangka panjang denuklirisasi Korea Utara. Ia juga mendukung peningkatan usaha kecil dan pengembangan industri AI, namun Lee juga dirundung kasus hukum, termasuk beberapa persidangan yang sedang berlangsung atas dugaan penyuapan dan tuduhan terkait skandal pembangunan properti.
Secara terpisah, ia dihukum karena melanggar undang-undang pemilu dalam kasus lain yang sedang berlangsung dan telah dikirim ke pengadilan banding. Lee membantah semua tuduhan terhadapnya. Ia mengklaim telah didakwa atas berbagai tuduhan tanpa bukti atau dasar apa pun.
2. Kim Moon-soo
Saingan utama Lee adalah Kim Moon-soo dari Partai Kekuatan Rakyat (PPP) yang konservatif. Saat Yoon meninggalkan partai pada Mei lalu, ia mendesak para pendukungnya untuk mendukung Kim.
Mantan menteri tenaga kerja berusia 73 tahun, yang pernah menjadi aktivis buruh terkemuka di universitas bahkan dikeluarkan dan dipenjara karena protesnya. Ia akhirnya bergabung dengan partai konservatif, dan maju ke pencalonan setelah beberapa putaran pertikaian internal partai.
PPP awalnya memilih Kim sebagai kandidatnya; kemudian mencoretnya, dan mengincar mantan Perdana Menteri Han Duck-soo sebagai gantinya. Partai tersebut akhirnya memilih Kim setelah ia mengajukan gugatan hukum.
Namun PPP tetap terpecah belah dan kandidatnya tertinggal dari Lee dalam jajak pendapat pra-pemilu. Dalam sebuah pernyataan setelah pencalonannya, Kim berjanji untuk mencari persatuan dan membangun koalisi 'tenda besar' untuk melawan Lee.
Kim berjanji mereformasi politik, peradilan dan sistem manajemen pemilu negara tersebut untuk membangun kembali kepercayaan publik. Kampanyenya menekankan upaya Korea Selatan ramah bisnis melalui pemotongan pajak dan pelonggaran pembatasan, serta dengan mempromosikan teknologi baru dan energi nuklir.
Beberapa kandidat pihak ketiga dan independen juga mencalonkan diri sebagai presiden. Mereka termasuk Lee Jun-seok, mantan pemimpin PPP yang mendirikan Partai Reformasi Baru yang konservatif tahun lalu.
3. Isu yang menjadi fokus di pemilu Korea Selatan
Yang menjadi isu utama dalam pemilu kali ini adalah ekonomi yang sedang lesu dan meningkatkan biaya hidup. Pengangguran di kalangan pemuda meningkat dan konsumsi menurun, dengan ekonomi yang secara tak terduga mengalami kontraksi di kuartal pertama tahun ini.
Sebagian disebabkan perang dagang Trump, yang kemudian menghantam keras ekonomi Korea Selatan yang bergantung pada ekspor. Ekspor Korea Selatan ke AS turun tajam dalam beberapa pekan pertama April setelah tarif AS diberlakukan.
Bahkan, maskapai penerbangan terbesar negara itu telah memperingatkan bahwa penurunan tersebut dapat merugikan hingga 100 juta dolar AS per tahun.
Meskipun pejabat dari kedua negara telah bertemu untuk melakukan pembicaraan tarif, kekacauan politik di dalam negeri kemungkinan memperlambat kemajuan dan menghambat kemungkinan kesepakatan perdagangan hingga presiden Korea Selatan yang baru terpilih.