Para Menlu G7 Bahas Situasi Israel-Palestina di Tokyo

Jepang telah menyerukan gencatan senjata kemanusiaan

Jakarta, IDN Times - Para menteri luar negeri (Menlu) negara anggota G7, Amerika Serikat (AS), Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, dan Prancis, serta Uni Eropa, melakuan pertemuan di Tokyo pada 7-8 November 2023.

Perang Israel-Hamas diperkirakan akan menjadi agenda utama pada sesi pertama pertemuan itu. Ini akan menjadi pertemuan tatap muka pertama para menlu blok tersebut, sejak perang meletus pada 7 Oktober, dilansir NHK News.

Jepang sebagai Presidensi G7 tahun ini, berencana menyerukan gencatan senjata kemanusiaan dan juga mendesak para mitranya untuk membentuk front persatuan dalam masalah tersebut.

Baca Juga: Sebulan Palestina Digempur Israel, 10.165 Orang Tewas di Gaza

1. Jepang ingin bertukar pendapat dengan menlu negara G7

Menlu Jepang Yoko Kamikawa, yang memimpin pertemuan tersebut, diperkirakan akan mengecam serangan teror yang dilakukan Hamas. Dia juga kemungkinan besar akan berbagi pandangan dengan rekan-rekannya bahwa Israel mempunyai hak untuk membela diri dan warganya.

Para pejabat Negeri Sakura berencana menyampaikan seruan negaranya untuk melakukan jeda kemanusiaan karena wilayah Gaza berada di ambang krisis yang serius. Mereka juga akan menekankan perlunya mematuhi hukum internasional.

Jepang berharap dapat memfasilitasi diskusi tersebut, sehingga negara-negara G7 dapat menyampaikan pesan terpadu yang dapat membantu meredakan konflik, serta memperbaiki situasi kemanusiaan di kawasan.

Dalam diskusi yang berlangsung dua hari itu, Kamikawa mengatakan ingin bertukar pendapat secara jujur, setelah pada Jumat mengunjungi Israel dan Palestina. Saat itu, Kamikawa bertemu dengan Menlu Otoritas Palestina Riyad al-Maliki di kota Ramallah di Tepi Barat dan Menlu Israel Eli Cohen di Tel Aviv.

Nantinya, para Menlu G7 tidak hanya akan membahas mengenai isu di Timur Tengah, tetapi juga berbagai isu global lainnya. Ini termasuk invasi Rusia ke Ukraina, peningkatan aktivitas China di Asia Pasifik, serta pengembangan nuklir dan rudal Korea Utara. Mereka dijadwalkan untuk menyusun dokumen hasil atau komunike pada Rabu.

2.  Pendapat para pakar mengenai relevansi kekuatan G7 dalam merespons Perang Israel di Gaza

Para analis mengatakan bahwa jika para Menlu G7 benar-benar mengeluarkan komunike setelah pertemuan itu, kemungkinan besar hal tersebut akan mengatasi konflik secara umum, yang mencerminkan berbagai keprihatinan, serta perbedaan loyalitas politik dan ekonomi kelompok tersebut.

"Masyarakat Eropa terpecah dan perpecahan ini juga terlihat jelas di G7," kata Thomas Gomart, direktur French Institute of International Relations, dikutip dari Reuters.

Para analis juga berpendapat bahwa masalah yang rumit adalah Ketua G7 saat ini, Jepang, yang dianggap mengambil pendekatan yang hati-hati terhadap krisis tersebut. Tokyo menolak tekanan untuk mengambil sikap pro-Israel dari sekutu terdekatnya, AS.

Sejak awal konflik, Jepang telah mengupayakan respons yang seimbang, sebagian karena kepentingan diplomatiknya yang beragam di wilayah tersebut. Juga, ketergantungannya pada Timur Tengah untuk mendapatkan minyak. Meningkatnya korban jiwa di Gaza telah memperkuat pendekatan hati-hati Tokyo.

Menurut Hideaki Shinoda, seorang profesor di Tokyo University of Foreign Studies, G7 memerlukan proposal konkrit ihwal bagaimana mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza, di mana bahan bakar, makanan, air, dan pasokan medis langka. Hal ini juga mungkin akan menjadi tugas berat.

Baca Juga: 1 Keluarga WNI dari Gaza Sudah Pulang ke Indonesia

3. Lebih dari 10 ribu warga Palestina yang tewas di Gaza akibat serangan Israel

Para Menlu G7 Bahas Situasi Israel-Palestina di TokyoIlustrasi bendera Palestina. (unsplash.com/Ömer Yıldız)

Al Jazeera melaporkan, bahwa10.022 warga Palestina yang terbunuh di Gaza dan 152 tewas di Tepi Barat sejak pemboman Israel dimulai sebagai pembalasan atas serangan Hamas pada bulan lalu. Sebagian besar korban adalah anak-anak dan perempuan. Sementara itu, lebih dari 1.400 orang tewas dalam serangan Hamas terhadap Israel.

Bulan Sabit Merah Palestina memperingatkan cadangan bahan bakar di Rumah Sakit al-Quds akan habis dalam 48 jam karena layanan medis di seluruh Gaza berada di ambang kehancuran.

Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan penyeberangan Rafah dengan Mesir saja tidak akan memberikan cukup bantuan ke Gaza. Dia juga menyerukan gencatan senjata kemanusiaan untuk mengakhir 'mimpi buruk'.

Di sisi lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak seruan global untuk melakukan gencatan senjata kemanusiaan. Pihaknya mengatakan bahwa jeda apa pun akan menjadi tanggung jawab Hamas.

Baca Juga: Warga Israel Geruduk Rumah PM Benjamin Netanyahu

Rahmah N Photo Verified Writer Rahmah N

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya