Sebentar lagi Indonesia akan terbaharui melalui pemilihan presiden periode 2019-2014. Dengan berbagai permasalahan sosial, ekonomi, hingga infrastruktur, pemerintah baru diharapkan bisa menuntaskan sekaligus menciptakan perubahan untuk Indonesia yang lebih baik lagi.
Dimulai dari hal sederhana yang dekat dengan masyarakat, berikut 6 harapan sederhana untuk Indonesia di masa depan!
Indonesia di masa depan diharapkan bisa menjadi negara yang memiliki kualitas internet yang mumpuni. Dengan adanya Smarftren yang menghadirkan kuota serba murah meriah melalui paket #Super4GKuota seharga Rp60.000 dengan kuota internet 30GB, seharusnya pemerintah juga ikut memberi kemudahan fasilitas internet.
Seperti menyediakan fasilitas wifi di mana-mana layaknya di negara maju seperti Korea Selatan, mulai dari ruang terbuka publik dan transportasi umum. Akses seperti ini bisa menciptakan masyarakat yang melek teknologi dan memudahkan modernisasi masuk ke kehidupan sehari-hari sehingga memudahkan kita dalam berbagai kegiatan.
Termasuk peran millennial dalam mengeluarkan pendapat atau kritik kepada pemerintah melalui #KuotakanSuaramu dan #KuotakanMaumu bersama paket #Super4GKuota murah meriah Smartfren.
Bukan hanya pada perhelatan akbar Asian Games 2018 kemarin saja, pemerintah juga diharapkan bisa menggelar acara dengan kualitas dan peran aktif millennial agar menarik minat generasi muda untuk melestarikan budaya. Lewat pertunjukan yang dikemas dengan format baru yang lebih mengesankan anak muda dijamin lebih excited untuk mengikutinya.
Contohnya pemerintah bisa melihat festival budaya di Jepang, China atau Korea Selatan yang selalu sukses menarik wisatawan asing untuk berkunjung serta anak muda berperan untuk ikut serta di dalamnya sehingga acara disusun secara menyenangkan dan seru.
Memang pendidikan formal yang menjanjikan gelar akademis tinggi membuat seseorang bisa menyerap banyak ilmu, namun perlu diingat bahwa tidak semua yang bergelar memiliki potensi yang besar. Dengan adanya kenyataan ini maka harusnya pemerintah bisa mengadakan peluang lapangan pekerjaan yang sesuai dengan potensi mereka yang tak berkesempatan mengenyam pendidikan formal.
Hal ini juga bisa mengurangi adanya praktik kecurangan oknum yang hanya membeli ijazah demi memenuhi persyaratan pekerjaan. Menerapkan budaya barat yang memiliki pemikiran terbuka tentang potensi atau skill seseorang tidak berdasarkan pendidikan patut ditiru.
Mulai dari kalangan artis, pejabat, hingga pelajar kini bisa menjadi korban penyalahgunaan narkoba. Kondisi miris ini membuat Indonesia darurat narkoba dengan angka 2,2 persen dari 262 juta penduduk yang sudah terkontaminasi narkotika. Angka tersebut melebihi 0,2 persen dari batas suatu negara darurat narkoba di peraturan internasional.
Generasi muda yang seharusnya menjadi pondasi dari perkembangan bangsa menjadi terancam sekaligus rusak akibat barang haram tersebut. Menurut WWF Indonesia, kurang lebih 2/3 dari wilayah teritori Indonesia adalah lautan. Oleh karena itu pengawasan yang terbatas di antara luasnya perairan di Nusantara membuat peredaran narkoba merajalela.
Pemerintah harus secara aktif dan lebih serius lagi menanggapi kasus penyalahgunaan serta peredaran narkoba, apalagi yang menyangkut para publik figur yang bisa menjadi contoh buruk bagi masyarakat.
Badan Pusat Statistik menyatakan pada bulan Maret 2018 persentase penduduk miskin turun 0,30 persen menjadi 9,82 persen. Namun meskipun begitu belum ada pemerataan kesejahteraan yang merata. Di wilayah timur seperti Maluku-Papua dan Sulawesi menyentuh angka 17,7 dan 29,15 kemiskinan di pedesaan daripada di perkotaannya. Hal ini sangat bertentangan jauh dari Jawa maupun Sumatera yang hanya berada pada angka 12,81 persen dan 11,66 persen.
Dengan begitu sudah jelas ada ketidakseimbangan di daerah meskipun masih berada dalam pulau yang sama. Seharusnya setiap warga yang tertinggal di daerah pedesaan mendapat perhatian khusus dari pemerintah agar tidak mengalami kejomplangan ekonomi seperti ini.
Keberadaan pengemis khususnya di wilayah Ibu Kota kian hari kian memprihatinkan. Banyak oknum tak bertanggung jawab yang mengeksploitasi anak untuk terjun langsung ke jalanan. Tentunya jika terus dibiarkan kondisi seperti ini bisa merusak calon generasi muda bangsa. Mereka yang seharusnya mendapat pendidikan gagal merajut mimpi hanya karena nasib hidup yang kurang baik.
Meskipun memberantas kemiskinan tidak semudah membalik telapak tangan, seharusnya pemerintah mengadakan sekolah gratis yang memang dikhususkan untuk anak-anak yang menjadi pengemis atau gelandangan. Menampung para lansia atau keluarga pengemis maupun gelandangan di panti sosial juga tidak bisa asal-asalan. Pemerintah harus memiliki fokus untuk menyejahterahkan rakyat kecilnya.
Itu tadi sedikit harapan untuk Indonesia di masa depan. Dengan siapa pun presiden yang terpilih nanti, semoga semua kekhawatiran rakyat atas masalah-masalah yang ada dapat terselesaikan dengan baik dan bisa terwujudnya janji serta harapan yang telah mereka berikan. Yuk, ikutan #KuotakanSuaramu dan #KuotakanMaumu bersama #Super4GKuota Smartfren!