12 Fakta Pemecah Kode Amerika Selama Perang Dunia II
Pemecah kode bertugas untuk mencoba menguraikan serangkaian angka dan huruf (kode rahasia musuh) selama Perang Dunia II. Pada saat itu, negara-negara besar beralih menggunakan kode yang cukup rumit yang membutuhkan kunci, mesin, dan banyak waktu untuk menguraikannya.
Amerika Serikat juga mulai mengembangkan versi awal pembuatan kode dan membobol operasi yang lebih besar. Namun, masih menghadapi tantangan besar untuk menemukan, melatih, dan mengancam rekrutan baru, serta kolaborasi lintas cabang.
1. Militer meningkatkan pemecah kodenya untuk Perang Dunia II
Operasi pemecah kode Amerika selama Perang Dunia I dijalankan oleh 2 warga sipil, yakni pasangan suami-istri dan ahli kriptografi William Friedman dan Elizebeth Smith Friedman.
Pada tahun 1929, Korps Sinyal Angkatan Darat membentuk Signal Intelligence Service (SIS) dan menunjuk William sebagai kepala kriptolog. William merekrut 6 asisten, termasuk 3 ahli kriptografi junior, yaitu Frank B. Rowlett, Abraham Sinkov, dan Solomon Kullback.
Seperti yang dijelaskan oleh National Security Agency (NSA), SIS bertujuan membuat kode baru untuk digunakan tentara AS. Namun, William bersikeras untuk melatih stafnya dalam kriptanalisis juga.
Ketika Perang Dunia II dimulai, departemen ini terlibat dalam pemecahan kode. Para kriptolog bekerja pada kode diplomatik (bukan kode militer).
SIS berbasis di Arlington, Virginia, di sekolah perempuan yang dikomandoi oleh militer. Departemen yang berawal dari 7 orang ini berkembang menjadi 336 orang pada tanggal 7 Desember 1941, dan 10.000 orang pada V-J Day di tanggal 14 Agustus 1945.
SIS berganti nama menjadi Signal Security Agency pada tahun 1943, lalu Army Security Agency pada tahun 1945.