5 Fakta Lepidocyrtus Paradoxus, Serangga yang Tak Takut Beku

- Serangga Lepidocyrtus paradoxus bisa hidup di suhu di bawah nol derajat
- Tubuhnya dilengkapi protein anti-beku yang berpotensi besar bagi bioteknologi manusia
- Lepidocyrtus paradoxus berperan penting dalam ekosistem kutub sebagai pengurai bahan organik
Pernah bayangkan ada makhluk kecil yang tetap hidup, bahkan aktif, di tengah tumpukan es? Kenalkan Lepidocyrtus paradoxus, serangga mungil dari kelompok springtail yang bisa bertahan di suhu di bawah nol derajat. Meski ukurannya tak lebih besar dari butiran debu, ia punya kemampuan super yang membuat para ilmuwan tercengang.
Serangga ini hidup di daerah dingin seperti Kanada, Alaska, dan pegunungan Kutub Utara. Alih-alih membeku seperti kebanyakan serangga lain, Lepidocyrtus paradoxus justru bisa tetap bergerak di permukaan salju. Berikut 5 fakta serangga yang tak takut beku ini!
1. Bisa hidup di suhu di bawah nol derajat

Sebagian besar serangga akan mati bila suhu turun di bawah titik beku, tapi Lepidocyrtus paradoxus berbeda. Mengutip Intenational Affairs, ia termasuk dalam kelompok cold-tolerant arthropods, yaitu hewan kecil yang bisa tetap hidup meski tubuhnya sebagian membeku. Mekanisme ini disebut freeze tolerance.
Rahasia ketahanannya terletak pada cairan tubuh yang dipenuhi protein dan gula khusus yang mencegah terbentuknya kristal es. Jadi, meskipun suhu lingkungannya minus, cairan di dalam tubuhnya tidak benar-benar membeku. Adaptasi ini memungkinkan Lepidocyrtus paradoxus tetap aktif saat serangga lain mati kaku.
2. Tubuhnya dilengkapi protein anti-beku

Serangga ini menghasilkan senyawa mirip antifreeze alami yang disebut antifreeze proteins (AFP). Frontiers in Physiology menyebutkan bahwa zat tersebut mencegah kristal es tumbuh di dalam jaringan tubuhnya. Protein tersebut bekerja dengan cara mengikat molekul es dan menghentikan pembentukannya sejak awal.
Menariknya, efisiensi protein ini bahkan menginspirasi para ilmuwan dalam bidang kriobiologi. Studi tentang struktur AFP dari Lepidocyrtus paradoxus membantu pengembangan teknologi penyimpanan makanan dan jaringan organ di suhu rendah. Dengan kata lain, kemampuan kecil si serangga salju ini berpotensi besar bagi masa depan bioteknologi manusia.
3. Tetap bisa melompat di tengah salju

Mengutip Journal of Insect Physiology, meski hidup di salju, Lepidocyrtus paradoxus tetap bisa melompat layaknya springtail lain berkat alat kecil di tubuhnya yang disebut furcula. Saat digunakan, alat itu menendang tubuhnya ke udara—seperti trampolin alami. Bayangkan, di suhu -10°C, ia masih bisa melompat seperti sedang bermain di musim semi!
Kemampuan lompat ini juga menjadi strategi bertahan hidup dari predator di alam dingin. Dengan satu sentakan kecil, ia bisa berpindah sejauh beberapa kali panjang tubuhnya. Selain untuk kabur, lompatan ini juga membantunya menemukan sumber makanan yang tersembunyi di balik lapisan salju,
4. Salah satu serangga tertua di bumi

PubMed Central menginformasikan bahwa kelompok springtail (Collembola) sudah ada sejak periode Devon Awal, sekitar 400 juta tahun lalu, menjadikannya salah satu hewan darat tertua yang pernah hidup di Bumi. Dalam studi amber fosil, spesies springtail ditemukan melekat pada tumbuhan purba yang hidup di masa itu. Penemuan ini menunjukkan bahwa mereka sudah beradaptasi di daratan jauh sebelum kemunculan dinosaurus.
Berkat fosil-fosil tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa Lepidocyrtus paradoxus merupakan bagian dari garis keturunan kuno yang berhasil bertahan menghadapi perubahan ekstrem lingkungan. Selama jutaan tahun, adaptasi terhadap iklim dan habitat berbeda membentuk keberagaman bentuk dan kemampuan fisiologinya. Keberadaan mereka hingga kini menjadi bukti nyata bahwa evolusi bisa menciptakan ketahanan luar biasa bahkan pada makhluk sekecil ini.
5. Berperan penting dalam ekosistem dingin

Meski kecil dan nyaris tak terlihat, Lepidocyrtus paradoxus punya peran penting dalam ekosistem kutub. Enviromental Entomology menyebutkan bahwa Lepidocyrtus paradoxus membantu menguraikan bahan organik di lapisan tanah beku, mempercepat daur ulang unsur hara. Tanpa mereka, tanah salju akan miskin nutrisi.
Mereka juga menjadi sumber makanan bagi organisme lain seperti tungau dan laba-laba salju. Jadi, walau ukurannya mikroskopis, perannya sangat besar bagi kelangsungan rantai makanan. Dunia yang tampak beku dan sunyi ternyata tetap hidup berkat makhluk kecil seperti mereka.
Lepidocyrtus paradoxus membuktikan bahwa keajaiban alam tak selalu berwujud besar atau mencolok. Di balik butiran salju, ada makhluk mungil yang hidup, bergerak dan bertahan dalam suhu ekstrem yang bahkan bisa membunuh manusia. Serangga kecil ini mengingatkan kita bahwa kehidupan selalu menemukan cara—bahkan di tempat paling beku sekalipun.