5 Fakta Orangutan Tapanuli, Kera Besar Paling Langka di Dunia

- Orangutan Tapanuli diakui sebagai spesies baru pada 2017, menjadi kera besar termuda dalam keluarga primata.
- Memiliki ciri fisik dan suara panggilan unik, serta merupakan keturunan paling purba dari garis evolusi orangutan.
- Mereka memiliki populasi kurang dari 800 ekor dan sangat terancam oleh proyek bendungan yang mengancam habitat mereka.
Pernahkah kamu mendengar tentang orangutan Tapanuli? Mungkin namanya masih terasa asing di telinga, tak sepopuler sepupunya, Orangutan Sumatra atau Kalimantan. Namun, primata yang satu ini menyimpan kisah luar biasa yang membuatnya menjadi sorotan dunia. Jauh di dalam lebatnya hutan Batang Toru, Sumatra Utara, hidup spesies kera besar yang baru diakui keberadaannya oleh dunia sains pada tahun 2017.
Kehadiran mereka menjadi bukti bahwa planet kita masih menyimpan banyak misteri. Sayangnya, kabar gembira ini datang bersamaan dengan berita pilu. Dengan populasi yang tersisa kurang dari 800 ekor, orangutan Tapanuli langsung menyandang status sebagai kera besar paling terancam punah di muka bumi. Yuk, kenalan lebih dekat dengan "pribumi" asli Tapanuli yang memesona sekaligus memprihatinkan ini.
1. Baru diakui sebagai spesies ketiga pada 2017, menjadikannya kera besar termuda di mata sains

Meskipun laporan keberadaan populasi orangutan di selatan Danau Toba, Sumatra, sudah ada sejak tahun 1930-an, dunia sains baru benar-benar mengakuinya sebagai spesies yang unik pada tahun 2017. Dilansir dari Active Wild, populasi ini awalnya hanya dianggap sebagai kelompok terisolasi dari Orangutan Sumatra. Namun, penelitian mendalam terhadap DNA, bentuk tengkorak, dan perilaku mereka mengungkap sebuah fakta mengejutkan: mereka adalah spesies yang berbeda.
Penemuan Pongo tapanuliensis ini menjadi momen bersejarah. Ini adalah pertama kalinya setelah hampir satu abad, spesies kera besar baru berhasil diidentifikasi. Kera besar atau great ape sendiri adalah keluarga primata yang mencakup gorila, simpanse, bonobo, dan orangutan. Dengan penemuan ini, jumlah anggota keluarga kera besar yang diakui dunia kini bertambah, dan Indonesia menjadi rumah bagi tiga dari tiga spesies orangutan yang ada.
2. Punya rambut lebih keriting dan suara panggilan yang unik dibanding sepupunya

Kalau kamu membayangkan semua orangutan itu sama, kamu keliru! orangutan Tapanuli punya beberapa ciri fisik yang membedakannya. Menurut New England Primate Conservancy, bulu atau rambut mereka cenderung lebih tebal dan lebih keriting dibandingkan Orangutan Sumatra. Selain itu, pejantan dewasanya yang memiliki bantalan pipi juga punya kumis dan janggut yang khas, dengan bantalan pipi yang lebih datar dan dilapisi bulu pirang halus.
Perbedaan paling keren mungkin ada pada suaranya. Riset yang dirangkum oleh Critter Squad Wildlife Defenders menunjukkan bahwa panggilan panjang dari pejantan Tapanuli memiliki karakteristik unik. Suaranya bernada lebih tinggi dari Orangutan Sumatra, tetapi durasinya lebih panjang dari Orangutan Kalimantan. Panggilan ini berfungsi untuk menarik betina sekaligus memberi peringatan bagi pejantan lain, bergema hingga berkilo-kilometer menembus kanopi hutan.
3. Mereka adalah keturunan paling purba yang masih hidup dari garis evolusi orangutan

Fakta ini benar-benar mencengangkan. Analisis genetik mengungkap bahwa orangutan Tapanuli adalah keturunan langsung dari nenek moyang orangutan pertama yang tiba di wilayah Sundaland (daratan yang dulunya menghubungkan pulau-pulau di Indonesia) dari daratan utama Asia. Dilansir Active Wild, garis keturunan Tapanuli berpisah dari sepupu Sumatra-nya sekitar 3,4 juta tahun yang lalu.
Ini berarti, orangutan Tapanuli adalah "fosil hidup" yang membawa jejak sejarah evolusi primata jutaan tahun lalu. Mereka lebih dulu ada sebelum akhirnya sebagian populasi bergerak ke utara menjadi orangutan Sumatra, dan sebagian lain menyeberang ke Kalimantan (yang berpisah dari garis Tapanuli sekitar 674.000 tahun lalu). Ironisnya, spesies dengan garis keturunan paling kuno ini justru yang berada di ambang kepunahan paling parah saat ini.
4. Menunya lebih bervariasi, doyan makan ulat dan buah pinus

Soal makanan, orangutan memang dikenal sebagai pemakan buah-buahan ulung. Namun, orangutan Tapanuli punya selera yang sedikit berbeda dan lebih avonturir. Mereka diketahui menyantap beberapa jenis makanan yang tidak dimakan oleh spesies orangutan lainnya. Salah satu menu uniknya adalah ulat dan buah dari pohon pinus.
Kebiasaan makan yang unik ini menunjukkan kemampuan adaptasi mereka terhadap lingkungan spesifik di ekosistem Batang Toru. Dilansir New England Primate Conservancy, orangutan secara umum adalah "pemulung" ulung di hutan. Mereka punya teknik khusus untuk memproses dan memanen tumbuhan yang mungkin dihindari oleh satwa lain. Kemampuan ini menjadikan mereka sebagai salah satu agen penyebar biji paling penting di dalam hutan, sebuah peran ekologis yang tak tergantikan.
5. Populasinya kurang dari 800 ekor dan sangat terancam oleh proyek bendungan

Ini adalah fakta yang paling menyedihkan. Sejak pertama kali dinyatakan sebagai spesies baru, orangutan Tapanuli langsung digolongkan sebagai Critically Endangered atau Kritis oleh IUCN (International Union for Conservation of Nature). Dengan populasi yang diperkirakan tidak lebih dari 800 individu, mereka hidup di area hutan terfragmentasi seluas kurang dari 1.200 kilometer persegi.
Ancaman terbesar bagi kelangsungan hidup mereka adalah hilangnya habitat akibat alih fungsi lahan untuk pertanian, pertambangan, dan pembangunan infrastruktur. Menurut New England Primate Conservancy, ancaman paling mendesak saat ini adalah rencana pembangunan bendungan hidroelektrik di area dengan kepadatan populasi orangutan tertinggi. Proyek ini dikhawatirkan akan semakin memecah belah habitat mereka, menghambat aliran gen, dan mendorong spesies ini lebih cepat menuju kepunahan.
Mengenal orangutan Tapanuli adalah sebuah pengingat betapa kayanya keanekaragaman hayati Indonesia, sekaligus betapa rapuhnya kehidupan mereka. Masa depan kera besar paling langka di dunia ini sepenuhnya bergantung pada komitmen kita untuk melindungi rumah terakhir mereka di hutan Batang Toru. Semoga kisah mereka tidak hanya berakhir sebagai catatan sejarah dalam buku sains.



















