Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Seriwang Asia, Bermigrasi saat Musim Dingin

Seriwang asia (commons.m.wikimedia.org/Tisha Mukherjee)

Salah satu spesies seriwang yang cantik adalah seriwang asia atau Indian paradise flycatcher. Berada dalam famili Monarchidae dengan nama ilmiah Terpsiphone paradisi. Ukuran tubuhnya sedang, sepanjang 19--22 sentimeter, lebar kepakan sayapnya 86--92 sentimeter dan beratnya 18,5--22 gram. Kepala seriwang asia hitam mengilap dilengkapi dengan jambul yang warnanya sama. Paruhnya bulat dan kuat, matanya juga hitam.

Bagian punggung betina berwarna cokelat kemerahan dan bagian bawahnya keabu-abuan. Sementara itu, warna jantan lebih dominan cokelat kemerahan atau putih. Tapi, beberapa burung mungkin memiliki warna campuran keduanya. Yuk, kenali gaya hidupnya di alam liar melalui fakta di bawah ini.

1. Termasuk spesies burung yang bermigrasi

Seriwang asia (commons.m.wikimedia.org/Kmoorthy1969)

Wilayah penyebaran utama seriwang asia adalah India, Asia Tengah dan Myanmar. Walaupun begitu, mereka termasuk burung yang bermigrasi dan menghabiskan musim dinginnya di wilayah tropis Asia. Terdapat populasi yang berkembangbiak dan burung migran saat musim dingin di dataran tinggi bagian selatan India dan bagian barat Sri Lanka.

Animalia menginformasikan bahwa seriwang asia menghuni habitat hutan beriklim sedang, hutan hujan tropis, hutan pegunungan, hutan bakau dan semak-semak. Mereka juga mengunjungi kawasan pertanian, pinggiran kota dan perkotaan.

2. Punya dua teknik untuk memburu mangsa

Seriwang asia (commons.m.wikimedia.org/Dasrath Shrestha Beejukchhen)

Menu makan utama dari seriwang asia adalah serangga. Mereka punya dua teknik berburu, apa saja itu? Teknik pertama dikenal sebagai sallying atau flycatching, mereka melompat di antara bang pepohonan, lalu menerkam mangsa di udara. Teknik kedua disebut gleaning, ketika burung ini mencari makan di tanah atau di antara serasah dedaunan.

Melansir Animal Diversity, paruhnya berserong untuk memudahkannya menangkap serangga. Seriwang asia biasanya memakan seranga terbang, tapi juga tidak masalah memburu serangga tanpa sayap.

3. Kakinya tidak diadaptasi untuk berjalan lama

Seriwang asia (commons.m.wikimedia.org/Mildeep)

Spesies seriwang satu ini hidup menyendiri, tapi kerap berinteraksi dengan pasangannya di luar musim kawin. Terkadang bergabung dalam kawanan dari spesies yang sama. Saat mencari makan, mereka bergerak lincah di antara cabang pepohonan.

Tapi, kaki yang sama itu tidak bisa digunakan terlalu lama untuk berjalan di tanah. Kakinya cukup lemah dan tidak bisa menanggung beban. Karenanya, seriwang asia cenderung arboreal (menghabiskan banyak waktu di pepohonan).

4. Berkomunikasi melalui banyak nyanyian

Seriwang asia (commons.m.wikimedia.org/Prasan Shrestha)

Salah satu bagian paling menarik dari burung adalah nyanyiannya yang indah. Sayangnya, tidak banyak informasi mengenai cara berkomunikasi seriwang asia. Tapi, mereka memiliki ragam nyanyian dan panggilan ketika berbagi informasi dan menyampaikan suasana hatinya. Selain itu, indra penglihatan, pendengaran, penciuman, peraasa dan perabanya sangat tajam sehingga memudahkan aktivitas sehari-harinya.

5. Sistem perkawinan seriwang asia

Seriwang asia (commons.m.wikimedia.org/Tisha Mukherjee)

Pasangan seriwang asia setia satu sama lain, bahkan bekerja sama dalam membangun sarang, mengerami telur-telurnya dan merawat anak-anaknya. Musim kawinnya dimulai dari bulan Mei hingga Juli. Terkadang, mereka membangun sarang di dekat burung drongo agar bisa mendapatkan manfaat perlindungan dari pemangsa. Sarangnya berbentuk cangkir dan terbuat dari ranting serta jaring laba-laba.

Betina bertelur hingga 4 butir yang dierami oleh keduanya secara bergantian selama 14--16 hari. Setelah menetas, anaknya tetap bersama di dalam sarang selama 9--12 hari karena lahir dalam kondisi buta dan tidak berdaya. Jadi, dibutuhkan beberapa waktu untuk bisa terbang.

Seriwang asia ternyata juga melakukan migrasi saat musim dingin agar bisa bertahan hidup. Sejauh ini tidak ada ancaman berarti yang bisa berdampak pada populasinya. Karenanya, mereka diklasifikasikan sebagai least concern oleh IUCN dan tren populasinya masih stabil.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agsa Tian
EditorAgsa Tian
Follow Us