Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Unik Sanca Darah Sumatra, Mampu Menyerang dengan Sangat Cepat

sanca darah sumatra
sanca darah sumatra (commons.wikimedia.org/Rushenb)
Intinya sih...
  • Sanca darah sumatra memiliki badan gemuk dan pendek, dengan panjang maksimal 2.75 meter dan warna yang bervariasi untuk berkamuflase.
  • Reptil ini dapat ditemukan di Indonesia, Thailand, dan Malaysia, hidup di atas tanah dengan habitat yang mencakup hutan, area lembab, dataran tinggi, sampai area pertanian.
  • Sanca darah sumatra agresif dan sulit ditebak, sering diburu untuk dipelihara atau diambil kulitnya, serta nama spesiesnya diambil dari nama herpetolog Belanda Leo Daniel Brongersma.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ular sanca atau piton jadi salah satu ular paling terkenal di dunia. Ular tidak berbisa ini punya penyebaran yang luas, habitat yang beragam, ukuran yang besar, dan lilitan yang kuat. Beberapa spesies sanca juga punya warna memukau sehingga kerap dijadikan peliharaan. Namun, diantara banyaknya spesies ular sanca ternyata ada beberapa spesies yang unik, aneh, dan tidak biasa, lho.

Nah, salah satunya adalah Python brongersmai atau sanca darah sumatra yang punya tubuh pendek dan gemuk. Bentuk tubuh demikian sangat berbeda dari sanca lain yang cenderung memanjang dan langsing. Walau gemuk dan pendek, ia masih punya lilitan kuat dan refleks yang cepat. Gak cuma itu, sanca darah sumatra juga punya segudang fakta unik yang beberapa diantara akan segera kita bahas!

1. Punya badan yang gemuk dan pendek

sanca darah sumatra
sanca darah sumatra (commons.wikimedia.org/Rushen)

Dilansir Clinical Toxinology Resources, sanca darah sumatra punya panjang maksimal 2.75 meter. Memang cukup besar, namun tidak sebesar spesies lain seperti sanca kembang atau sanca bodo. Perawakannya juga berbeda dari spesies lain dengan badan yang pendek, kepala datar dan mengotak, badan yang gemuk, dan ekor yang pendek.

Terkadang ada individu yang warnanya kemerahan. Kemudian, ada juga yang punya warna jingga. Selain itu, ada juga individu berwarna hitam. Lebih lanjut, sanca darah sumatra menggunakan warna dan corak tutul serta garis di tubuhnya untuk satu hal, yaitu berkamuflase. Biasanya, ia kerap bisa berkamuflase di lantai hutan, semak-semak, dan dedaunan kering.

2. Bisa ditemukan di Indonesia, Thailand, dan Malaysia

sanca darah sumatra
sanca darah sumatra (inaturalist.org/Ian Dugdale)

Dilansir GBIF, sanca darah sumatra bisa ditemukan di tiga tempat, yaitu Sumatra, Thailand, dan Malaysia. Reptil ini termasuk hewan terestrial, artinya ia hidup di atas tanah. Habitatnya mencakup beberapa wilayah, seperti hutan, area lembab, dataran tinggi, sampai area pertanian. Ia tidak bisa memanjat pohon, punya kemampuan berenang yang buruk, dan sering bersembunyi di dalam lubang. Hal ini cukup berbeda dari spesies lain yang ahli memanjat dan bisa berenang dengan baik. Nah, ketidakmampuannya untuk berenang dan memanjat dipengaruhi oleh tubuhnya yang pendek dan berat.

3. Agresif dan sulit ditebak

sanca darah sumatra
sanca darah sumatra (inaturalist.org/Parinya Pawangkhanant)

Laman iNaturalist mengungkapkan kalau sanca darah sumatra memiliki sifat yang unik dan tak biasa. Pertama, ia punya sifat agresif dan tak segan-segan untuk menyerang manusia saat terancam. Kedua, individu yang berasal dari Malaysia biasanya lebih agresif dari individu yang berasal dari Indonesia. Terakhir, hewan ini punya sifat yang sangat sulit ditebak.

Walau terkenal agresif, sanca darah sumatra termasuk hewan pemalu. Tak hanya itu, ia juga punya gigi yang besar dan tajam sehingga gigitannya mampu merobek kulit dan daging manusia. Uniknya, walau gemuk dan gerakannya lambat ternyata serangan ular ini sangat cepat, lho. Saat menyerang, ular ini mampu menggigit manusia dan menerkam mangsa dalam waktu kurang dari satu detik.

4. Sering diburu untuk dipelihara dan diambil kulitnya

sanca darah sumatra
sanca darah sumatra (inaturalist.org/herpingvietnam)

Sanca darah sumatra memang tidak terancam. Hanya saja, hewan ini tak luput dari ancaman, entah itu predator, ancaman alam, atau ancaman dari manusia. Ancaman dari alam muncul dalam bentuk kerusakan habitat, perubahan iklim, dan munculnya hewan invasif. Sementara itu, ancaman dari manusia muncul dalam bentuk perburuan liar yang berlebihan.

Dilansir Animalia, sanca darah sumatra sering diburu untuk diambil kulitnya. Nah, kulit hewan ini cukup berharga dan sering dijadikan pakaian atau tas. Tak hanya itu, ular ini juga kerap diburu untuk dijadikan hewan peliharaan. Perburuan terhadap ular ini memang tidak dilarang, Namun, jika tidak ada kontrol yang ketat bukan tidak mungkin jika di masa depan sanca darah sumatra bisa mengalami kepunahan.

5. Nama spesiesnya diambil dari nama herpetolog Belanda

sanca darah sumatra
sanca darah sumatra (inaturalist.org/mintkhaosok)

Dilansir The Reptile Database, nama spesies ular ini, yaitu brongersmai diambil dari nama seorang herpetolog asal Belanda bernama Leo Daniel Brongersma. Pengambilan nama tersebut merupakan bentuk penghormatan karena Leo Daniel Brongersma merupakan salah satu herpetolog yang punya banyak jasa terhadap ilmu pengetahuan dan sains. Sayangnya, herpetolog kelahiran 1907 tersebut sudah wafat pada tahun 1994. Alhasil, kita hanya bisa mengenang jasanya dan terus menghormatinya lewat ular ini.

Setelah diulik, kita jadi tahu kalau sanca darah sumatra merupakan spesies sanca yang sangat berbeda dari sanca lain. Perbedaannya nampak dari berbagai aspek, mulai dari kebiasaan, penyebaran, hingga ciri fisiknya. Maka dari itu, bisa dibilang kalau sanca darah sumatra merupakan hewan yang ekostis. Alhasil, kita harus menjaga dan melestarikan populasi reptil tersebut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us

Latest in Science

See More

5 Fakta Unik Hiu Karang Sirip Putih, Apakah Berbahaya bagi Manusia?

03 Des 2025, 15:29 WIBScience