Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Unik Tbilisi, Kota Paling Berwarna di Dunia Timur

Tbilisi Old town (Vakhtang Gorgasali Square)
tbilisi old town (vakhtang gorgasali square) (commons.wikimedia.org/Jelger Groeneveld)
Intinya sih...
  • Nama Tbilisi berasal dari kata "hangat" karena kota ini dibangun di sekitar sumber air panas alami yang ditemukan oleh Raja Vakhtang I Gorgasali pada abad ke-5.
  • Tbilisi terkenal dengan lanskap arsitekturnya yang mencolok, paduan gaya Eropa, Timur Tengah, Soviet, dan modern dalam satu ruang kota.
  • Tbilisi berada di persimpangan dua benua besar—Eropa dan Asia, menjadikannya jalur penting perdagangan sejak masa Jalur Sutra.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Tbilisi, ibu kota Georgia, mungkin belum sepopuler Paris atau Tokyo di peta wisata dunia, tapi kota ini menyimpan pesona yang sulit ditemukan di tempat lain. Terletak di antara Pegunungan Kaukaus, Tbilisi menjadi titik pertemuan alami antara Eropa dan Asia—dua benua yang membentuk identitasnya yang unik. Keberagaman inilah yang membuat kota ini disebut paling berwarna di dunia Timur, bukan hanya karena tampilannya yang cerah, tetapi juga karena lapisan sejarah dan budaya yang hidup di dalamnya.

Dalam kajian urban dan budaya, Tbilisi sering digambarkan sebagai contoh kota Hibrida—di mana arsitektur klasik berpadu dengan modernitas, dan tradisi lama berjalan berdampingan dengan gaya hidup kosmopolitan. Kota ini tidak hanya menarik bagi wisatawan, tetapi juga bagi peneliti sejarah, arsitektur, dan antropologi yang tertarik memahami bagaimana percampuran budaya membentuk ruang hidup perkotaan. Yuk kita simak 5 fakta unik kota Tbilisi ini!

1. Nama Tbilisi berasal dari kata "hangat"

Sulfur baths in Abanotubani. Royal baths. Tbilisi, Georgia
sulfur baths in abanotubani. royal baths. tbilisi, georgia (commons.wikimedia.org/Marcin Konsek)

Nama Tbilisi berasal dari kata dalam bahasa Georgia, tbili, yang berarti hangat. Dilansir Atlas Obscura, julukan ini bukan kebetulan—kota ini memang dibangun di sekitar sumber air panas alami yang ditemukan oleh Raja Vakhtang I Gorgasali pada abad ke-5. Menurut legenda, sang raja menemukan lokasi kota saat burung buruannya jatuh ke dalam mata air panas dan mati seketika, membuatnya terkesan dan memutuskan mendirikan kota di sana.

Sampai kini, kawasan Abanotubani masih menjadi pusat permandian air panas yang terkenal di Tbilisi. Selain berfungsi sebagai tempat relaksasi, permandian ini juga menjadi ruang sosial bagi warga lokal dan wisatawan—sebuah tradisi yang sudah berlangsung sejak masa kuno. Tidak heran jika kehangatan menjadi bagian identitas kota ini, baik secara harfiah maupun kultural.

2. Arsitektur yang berwarna dan menyatu dalam keanekaragaman

Old Tbilisi town in Tbilisi, Georgia
old tbilisi town in tbilisi, georgia (commons.wikimedia.org/GeoO)

Tbilisi terkenal dengan lanskap arsitekturnya yang mencolok—paduan gaya Eropa, Timur Tengah, Soviet, dan modern dalam satu ruang kota. Faraway Worlds menyebutkan bahwa di kawasan Old Town, rumah-rumah kayu dengan balkon berukir, jendela berwarna pastel, serta jalanan berbatu kecil menciptakan nuansa yang seolah mengajak pengunjung berjalan ke masa lalu. Setiap sudut kota menghadirkan perpaduan sejarah dan estetika yang memancarkan identitas Tbilisi sebagai kota yang kaya akan warna dan karakter.

Yang menarik, kota ini tidak menolak modernitas, tetapi menempatkannya berdampingan dengan sejarah. Bangunan kontemporer seperti Jembatan Perdamaian berdiri anggun di atas Sungai Kura, menyatu dengan latar kota tua yang klasik. Kontras ini menciptakan harmoni visual yang membuat Tbilisi disebut sebagai salah satu kota paling fotogenik di kawasan Kaukasus.

3. Titik pertemuan eropa dan asia

Panoramic view of Tbilisi, Georgia
panoramic view of Tbilisi, Georgia (commons.wikimedia.org/User:Ggia)

Secara geografis, Tbilisi berada di persimpangan dua benua besar—Eropa dan Asia. Dilansir britannica.com, posisi strategis ini membuatnya menjadi jalur penting perdagangan sejak masa Jalur Sutra. Dalam sejarahnya, Tbilisi pernah dikuasai oleh berbagai kekuatan seperti Persia, Bizantium, Mongol, hingga Rusia, meninggalkan jejak budaya yang saling bertumpuk.

Keberagaman itu masih terasa hingga kini: di satu jalan, anda bisa menemukan gereja Ortodoks, masjid, dan sinagoga berdiri berdekatan. Fenomena ini menunjukkan tingkat toleransi dan pluralitas yang tinggi di masyarakatnya. Tbilisi bukan hanya kota di perbatasan geografi, melainkan juga di perbatasan identitas dan peradaban.

4. Surga seni, kuliner, dan anggur kuno

 Racha Tavern. Authentic Georgian food. Tbilisi.
racha tavern. authentic georgian food. Tbilisi. (commons.wikimedia.org/Vyacheslav Argenberg)

Tbilisi adalah jantung seni dan budaya Georgia. Kota ini dipenuhi galeri seni independen, teater, dan festival kreatif yang terus tumbuh. Di sisi lain, kuliner khas Georgia menjadi daya tarik tersendiri—dari khinkali (pangsit daging) hingga khachapuri (roti keju khas Georgia) yang kini terkenal di seluruh dunia.

Selain itu, Georgia dikenal sebagai salah satu tempat tertua penghasil anggur di dunia, dengan tradisi fermentasi dalam bejana tanah liat (qvevri) yang sudah ada lebih dari 8.000 tahun. Di Tbilisi, tradisi kuno ini berpadu dengan bar dan kafe modern yang ramai oleh anak muda kreatif, menciptakan suasana kota yang hidup sepanjang waktu.

5. Kehangatan warga dan kehidupan yang bersahaja

People of Tbilisi - Georgia Travel And tourism
people of Tbilisi - Georgia travel and tourism (commons.wikimedia.org/Mostafameraji)

Selain keindahan arsitektur dan budaya, hal yang paling diingat pengunjung dari Tbilisi adalah keramahannya. Banyak wisatawan menggambarkan kota ini sebagai tempat yang membuat mereka merasa di rumah, bahkan di tengah bahasa dan budaya yang asing. Warga Tbilisi dikenal hangat, terbuka, dan senang berbagi cerita dengan orang asing.

Menariknya, meski merupakan ibu kota, Tbilisi tetap mempertahankan nuansa komunitas kecil di berbagai distrik. Pasar lokal, toko keluarga, dan taman kota menjadi tempat interaksi sosial yang alami. Kehangatan manusiawi inilah yang menjadi warna paling penting dalam kehidupan Tbilisi—sesuatu yang tak bisa digantikan oleh keindahan fisik kota.

Tbilisi bukan sekadar kota di peta Kaukasus, melainkan cerminan bagaimana sejarah, geografi, dan manusia dapat berpadu membentuk ruang hidup yang hangat dan berwarna. Setiap jalanan dan bangunannya seolah menjadi saksi perjalanan panjang peradaban yang bertemu di satu titik. Dalam keberagamannya, Tbilisi mengajarkan bahwa keindahan sejati lahir dari percampuran dan keterbukaan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us

Latest in Science

See More

6 Hal Mengerikan Ini Tersembunyi di Dalam DNA-mu

07 Nov 2025, 20:01 WIBScience