500 Juta Orang Terancam Kesulitan Air Minum Tahun 2100

- Perubahan iklim dapat membuat air tanah tidak layak konsumsi, mengancam setengah miliar orang pada 2100.
- Pemanasan global meningkatkan risiko air tanah beracun dan tak memenuhi standar air minum.
- Perlu tindakan untuk melindungi air tanah dan menemukan solusi jangka panjang.
Perubahan iklim berpotensi membuat air tanah tidak lagi bisa dikonsumsi untuk setidaknya setengah miliar orang pada tahun 2100.
Tanpa akses mudah ke danau, sungai, dan bendungan air tawar, kira-kira satu dari setiap empat manusia bergantung pada penyimpanan air di bawah permukaan Bumi untuk bertahan hidup.
Air jadi beracun
Mengutip dari laman Science Alert, di akhir abad ini, puluhan hingga ratusan juta orang akan kehilangan pasokan air tanah karena kenaikan suhu, yang berisiko mengubahnya menjadi sumber air yang beracun.
Sebuah tim peneliti internasional mengembangkan model transportasi panas berskala global untuk menghitung perubahan suhu sumber air tanah di seluruh dunia dalam berbagai skenario pemanasan.
Dalam kasus terburuk, hampir 590 juta orang pada tahun 2100 akan bergantung pada sumber air yang tidak memenuhi standar ketat untuk air minum.
“Banyak yang fokus pada perubahan iklim berkaitan dengan peristiwa cuaca dan ketersediaan air. Tetapi kita juga perlu berpikir lebih luas mengenai dampak perubahan iklim terhadap air tanah,” jelas ahli hidrologi Dylan Irvine dari Charles Darwin University di Australia.
Setengah miliar orang terancam

Air yang terperangkap di dalam batuan berpori, tepat di bawah permukaan, bisa saja penuh dengan mineral terlarut, polutan dan patogen potensial.
Pemanasan bisa menjadi bencana besar, merampas oksigen dari lingkungan dan memfasilitasi pertumbuhan bakteri berbahaya atau melarutkan logam berat dengan konsentrasi berlebihan seperti arsenik atau mangan.
“Sudah ada sekitar 30 juta orang yang tinggal di wilayah di mana air tanah lebih hangat daripada yang ditetapkan dalam pedoman air minum yang paling ketat,” kata Susanne Benz, peneliti utama studi tersebut, seorang ahli geosains di Institut Teknologi Karlsruhe di Jerman.
Artinya, mungkin tidak akan aman meminum air tanpa pengolahan. Mungkin perlu direbus terlebih dahulu. Air minum juga menjadi hangat di pipa air karena panas di dalam tanah.
Sebanyak 77 hingga 188 juta orang diperkirakan akan tinggal di wilayah yang air tanahnya tidak memenuhi standar kelayakan minum yang paling ketat pada 2100.
Dalam kasus ekstrem peningkatan emisi karbon, 588 juta orang mungkin memerlukan air untuk diolah sebelum meminumnya.
Beda wilayah, beda risiko
Tidak semua lokasi mempunyai risiko yang sama. Daerah dengan muka air tanah yang dalam, seperti Andes dan Pegunungan Rocky, bisa tetap aman karena suhu air yang dingin lebih lama.
Sebaliknya, masyarakat di wilayah dengan sistem perairan dangkal atau tingkat pemanasan atmosfer yang sangat tinggi, hampir pasti harus mengatasi kenaikan suhu air tanah hingga mencapai tingkat yang memprihatinkan.
Dalam banyak kasus, kelompok masyarakat ini juga mempunyai sumber daya yang paling sedikit untuk membuat air mereka aman.
Tim telah mengembangkan aplikasi Google Earth Engine interaktif yang memungkinkan siapa saja menjelajahi proyeksi perubahan di wilayah mereka.
“Hasil kami menunjukkan betapa pentingnya mengambil tindakan untuk melindungi air tanah dan menemukan solusi jangka panjang untuk melawan dampak negatif perubahan iklim terhadap air tanah,” kata Benz.