6 Fakta Menarik yang Tak Banyak Orang Ketahui Tentang Bangsa Sumeria

Asal-usul peradaban Sumeria di Mesopotamia masih diperdebatkan hingga hari ini, tetapi bukti arkeologis menunjukkan bahwa mereka membentuk sekitar selusin negara kota pada milenium keempat SM. Mereka biasanya terdiri dari kota metropolis berdinding yang didominasi oleh ziggurat — kuil bertingkat yang menyerupai piramida yang terkait dengan agama Sumeria.

Rumah mereka dibangun dari alang-alang rawa atau batu bata lumpur, dan memiliki saluran irigasi yang kompleks digali untuk memanfaatkan perairan sungai Tigris dan Efrat yang sarat lumpur untuk pertanian.

Negara-kota utama Sumeria termasuk Eridu, Ur, Nippur, Lagash dan Kish, tetapi salah satu yang tertua dan paling luas adalah Uruk, pusat perdagangan yang berkembang dimana terdapat tembok pertahanan sepanjang enam mil dan populasi antara 40.000 dan 80.000 orang. Pada puncaknya sekitar tahun 2800 SM, Uruk kemungkinan besar merupakan kota terbesar di dunia.

Salah satu sumber informasi terbesar tentang Mesopotamia kuno adalah apa yang disebut "King List," sebuah prasasti yang mendokumentasikan nama-nama sebagian besar penguasa kuno Sumeria serta panjangnya masa pemerintahan mereka.

Daftar itu diduga merupakan campuran aneh dari fakta dan mitos sejarah — seorang raja purba dikatakan telah hidup selama 43.200 tahun — juga termasuk seorang raja perempuan Sumeria bernama Kubaba, seorang bartender yang kemudian bertakhta menjadi raja di negara-kota Kish sekitar 2500 SM.

Sangat sedikit yang diketahui tentang pemerintahan Kubaba atau bagaimana dia berkuasa, tetapi prasasti itu memuji dia karena mengokohkan fondasi Kish dan berhasil berkuasa selama 100 tahun.

Bersama dengan tulisan, roda, bajak, kode hukum, dan sastra, bangsa Sumeria juga dikenang sebagai pembuat bir. Para arkeolog telah menemukan bukti pembuatan bir Mesopotamia sejak milenium keempat SM.

Teknik pembuatan bir yang mereka gunakan masih merupakan misteri, tetapi bir pilihan mereka tampaknya adalah ramuan berbasis barley yang kental sehingga harus disedot melalui sejenis jerami penyaringan khusus.

Orang Sumeria menghargai bir mereka karena bahan-bahannya yang kaya nutrisi dan menyebutnya sebagai kunci untuk hati yang gembira dan hati yang puas.

Karena tanah air mereka sebagian besar tidak memiliki kayu, batu, dan mineral, bangsa Sumeria dipaksa untuk membuat salah satu jaringan perdagangan paling awal dalam sejarah baik di darat maupun laut.

Mitra komersial mereka yang paling penting adalah pulau Dilmun (sekarang Bahrain), yang memegang monopoli perdagangan tembaga, tetapi pedagang mereka juga melakukan perjalanan berbulan-bulan ke Anatolia dan Lebanon untuk mengumpulkan kayu cedar, juga ke Oman dan India untuk emas dan batu permata.

Orang Sumeria sangat menyukai lapis lazuli — batu berharga berwarna biru yang digunakan dalam seni dan perhiasan — dan terdapat bukti bahwa mereka telah menjelajahi jauh hingga Afghanistan untuk mendapatkannya. Para sejarawan juga menyebutkan bahwa referensi orang Sumeria ke dua negeri dagang kuno yang dikenal sebagai "Magan" dan "Meluhha" adalah Mesir dan Ethiopia.

Asal-usul dari menit yang berjumlah enam puluh detik dan enam puluh menit dapat ditelusuri kembali ke Mesopotamia kuno. Bangsa Sumeria menggunakan struktur sexigesimal yang didasarkan pada pengelompokan 60.

Sistem bilangan yang mudah dibagi ini kemudian diadopsi oleh orang Babilonia kuno, yang menggunakannya untuk membuat astronomi perhitungan pada panjang bulan dan tahun. Basis 60 akhirnya tidak digunakan lagi, tetapi warisannya masih hidup dalam pengukuran jam dan menit. Sisa-sisa lain dari sistem sexigesimal Sumeria juga masih bertahan dalam bentuk pengukuran spasial seperti 360 derajat dalam satu lingkaran dan 12 inci dalam satu kaki.

Setelah Mesopotamia diduduki oleh orang Amori dan Babilonia pada awal milenium kedua SM, bangsa Sumeria secara bertahap kehilangan identitas budaya mereka dan tidak lagi ada sebagai kekuatan politik. Semua pengetahuan tentang sejarah, bahasa, dan teknologi mereka — bahkan nama mereka — pada akhirnya terlupakan.

Rahasia mereka tetap terkubur di padang pasir Irak hingga abad ke-19, ketika para arkeolog Perancis dan Inggris akhirnya menemukan artefak Sumeria sambil mencari bukti dari bangsa Asyur kuno.

Para sarjana seperti Henry Rawlinson, Edward Hincks, Julius Oppert dan Paul Haupt kemudian memimpin dalam menguraikan bahasa Sumeria dan tulisan kuno, memberikan sejarawan pandangan sekilas tentang sejarah dan literatur Mesopotamia awal yang telah lama hilang. Sejak itu, para arkeolog telah menemukan banyak karya seni, tembikar dan patung Sumeria serta sekitar 500.000 prasasti, yang sebagian besar belum diterjemahkan.

Itulah enam fakta menarik salah satu peradaban paling kuno di muka bumi, bangsa Sumeria.