7 Fakta Saint Petersburg, Warisan Megah Kota Kekaisaran Rusia

- Saint Petersburg didirikan oleh Peter Agung sebagai "jendela ke Eropa" pada tahun 1703, menjadi pusat perdagangan luar negeri dan saksi bisu Revolusi Rusia.
- Kota ini berganti nama dari Petrograd menjadi Leningrad selama era Uni Soviet, kemudian kembali menggunakan nama aslinya setelah reformasi politik pada tahun 1991.
- Saint Petersburg berdiri di lokasi strategis dengan arsitektur Neoklasik dan Barok yang unik, serta fenomena alam Malam Putih yang luar biasa.
Saint Petersburg (Sankt-Peterburg) adalah kota pelabuhan besar di ujung barat laut Rusia, terletak sekitar 640 kilometer sebelah barat laut Moskow, dan menjadi kota terbesar kedua di Rusia. Kota ini memiliki sejarah yang sangat penting dan menjadi saksi bisu pecahnya Revolusi Februari dan Oktober 1917. Saint Petersburg juga dikenang atas pertahanannya yang gigih selama pengepungan pada Perang Dunia II.
Secara arsitektur, kota ini dianggap sebagai salah satu yang paling indah di Eropa, dengan distrik bersejarahnya yang telah diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO sejak tahun 1990. Meskipun kaya akan sejarah, kota ini sangat modern, ditandai dengan berdirinya Lakhta Centre, gedung tertinggi di Rusia dan Eropa. Saint Petersburg, yang telah berganti nama beberapa kali sepanjang sejarahnya, memiliki populasi hampir 5 juta jiwa dan mencakup area seluas 1.400 kilometer persegi, menjadikannya pusat budaya, sejarah, dan ekonomi yang vital.
Ingin tahu lebih banyak tentang "Ibu Kota Utara Rusia" ini? Mari kita telusuri!
1. Didirikan oleh Peter Agung dengan ambisi membangun "jendela ke Eropa"

Dilansir Britannica, sejarah Saint Petersburg dimulai pada tahun 1703 ketika kota ini didirikan oleh Peter Agung setelah merebut wilayah di delta Sungai Neva dari Swedia. Tujuannya adalah membangun "jendela ke Eropa," sebuah kota pelabuhan modern yang menghubungkan Rusia dengan dunia Barat. Peter Agung memulai pembangunan dengan meletakkan fondasi Benteng Peter-Paul. Perkembangannya sangat pesat, hingga pada tahun 1712 kota ini resmi menggantikan Moskow sebagai ibu kota Rusia dan segera menjadi pusat utama perdagangan luar negeri.
Memasuki abad ke-19, Saint Petersburg menjadi kota industri yang maju dan menarik banyak orang dari pedesaan, sehingga populasinya melonjak drastis. Sayangnya, lingkungan pabrik yang padat ini juga menjadi tempat berkembangnya ide-ide revolusioner. Saint Petersburg memainkan peran penting dalam sejarah modern Rusia karena kota inilah yang menjadi pusat Revolusi Rusia tahun 1905 dan memicu peristiwa "Minggu Berdarah." Ketika Perang Dunia I pecah pada tahun 1914, nama kota sempat diubah menjadi Petrograd. Puncaknya terjadi pada tahun 1917, di mana Petrograd menjadi pusat dari dua revolusi besar yang menggulingkan Tsar dan akhirnya membawa kaum Bolshevik berkuasa setelah menyerbu Istana Musim Dingin.
2. Berubah nama lagi selama era Uni Soviet

Setelah kematian Vladimir Lenin pada tahun 1924, Saint Petersburg berganti nama menjadi Leningrad untuk menghormatinya, tetapi statusnya sebagai ibu kota dicabut dan dipindahkan kembali ke Moskow pada Maret 1918. Awal masa Uni Soviet sangat sulit karena perang saudara menghancurkan ekonomi, sehingga menyebabkan industri hampir mati dan populasi menurun drastis menjadi hanya sepertiga dari jumlah sebelumnya akibat kelaparan. Namun, Leningrad bangkit kembali setelah perang usai dan menjadi pusat industri utama Uni Soviet pada tahun 1939 dengan populasi mencapai lebih dari tiga juta jiwa.
Puncak penderitaan terjadi selama Perang Dunia II, ketika kota ini dikepung oleh pasukan Jerman selama hampir 900 hari (1941–1944). Pengepungan Leningrad adalah salah satu yang terlama dan paling mematikan dalam sejarah, menewaskan sekitar 660.000 penduduk akibat kelaparan dan penyakit. Namun, atas perlawanan heroiknya, kota ini pun dianugerahi gelar Kota Pahlawan. Setelah perang, Leningrad secara gigih membangun kembali industrinya dan memulihkan warisan arsitekturnya yang rusak. Akhirnya, seiring dengan reformasi politik pada akhir tahun 1980-an yang mendorong demokratisasi, warga kota mengadakan pemilihan suara umum pada tahun 1991 dan memutuskan untuk kembali menggunakan nama aslinya, yaitu Saint Petersburg.
3. Berdiri di lokasi yang strategis

Dilansir Britannica, letak geografis Saint Petersburg sangat penting bagi pembangunannya. Pendiri kota, Peter Agung, berhasil mendirikan kota ini dengan mengamankan akses ke Laut Baltik melalui delta Sungai Neva. Lokasi ini sangat strategis karena berada tepat di ujung Teluk Finlandia, sehingga memungkinkan perdagangan yang mudah dengan negara-negara Barat dan sekaligus memberikan posisi pertahanan yang kuat. Untuk memperkuat pertahanan dan mengamankan jalur laut, Peter juga membangun benteng kuat di pulau-pulau dekat delta, seperti Kronshtadt.
Selain akses laut, kota ini juga diuntungkan oleh pembangunan kanal yang menghubungkannya langsung ke wilayah Rusia tengah dan Sungai Volga, yang semakin memperkuat posisinya sebagai pusat perdagangan. Namun, lokasi Saint Petersburg yang berada di dataran rendah dan rawa juga menghadirkan tantangan besar, yaitu seringnya terjadi banjir. Untuk mengatasi masalah ini, penduduk kota harus membangun banyak kanal untuk drainase dan kemudian membangun tanggul besar di Teluk Finlandia untuk melindungi kota dari air pasang yang tinggi.
4. Ibu kota Kekaisaran Rusia

Saint Petersburg berfungsi sebagai jantung Kekaisaran Rusia selama dua abad, yaitu dari tahun 1712–1918. Demi memastikan ibu kota barunya berkembang pesat, Peter Agung bahkan mengajak para bangsawan dan pedagang kaya untuk pindah dan membangun tempat tinggal mereka di sana. Alhasil, gedung-gedung pemerintahan, istana-istana megah, dan rumah-rumah pribadi dengan cepat bermunculan, mengubah rawa-rawa menjadi pusat kekuatan politik dan budaya Rusia.
5. Perpaduan arsitektur Neoklasik dan Barok

Saint Petersburg, yang didirikan oleh Tsar Peter Agung sebagai "jendela Rusia ke Eropa," benar-benar mencerminkan ambisi itu melalui arsitekturnya. Kota ini adalah perpaduan unik antara gaya Eropa Barat dan Rusia. Dua gaya arsitektur yang sangat menonjol adalah Neoklasik dan Barok abad ke-18 dan ke-19.
Gaya Neoklasik menjadi sangat populer berkat Ratu Catherine II, yang ingin menjadikan Saint Petersburg sebagai museum bangunan klasik yang setara dengan kota-kota besar di Prancis dan Inggris. Arsitek dari Eropa, seperti Charles Cameron dan Giacomo Quarenghi—yang dijuluki "Arsitek Agung seluruh Rusia"—sangat berperan dalam menciptakan banyak bangunan ikonik bergaya Neoklasik yang elegan di kota tersebut. Sementara itu, gaya Barok tiba lebih dulu dan kemudian berkembang menjadi bentuk yang khas Rusia. Meskipun awalnya dibawa oleh orang Eropa Barat, tetapi lingkungan Saint Petersburg memberikan sentuhan lokal yang memengaruhi bentuk, ukuran, warna, dan material bangunan, menghasilkan ekspresi Barok yang baru yang terasa sangat Rusia.
6. Memiliki fenomena alam Malam Putih

Dilansir Saint-Petersburg, Saint Petersburg dikenal memiliki fenomena alam yang luar biasa yang disebut Malam Putih (Beliye Nochi), yang terjadi setiap tahun dari akhir Mei hingga awal Juli, dengan periode paling terangnya sekitar 11 Juni hingga 2 Juli. Fenomena ini disebabkan oleh letak geografis kota yang sangat utara, yaitu pada garis 59º57' Lintang Utara yang segaris dengan wilayah seperti Oslo atau Alaska selatan.
Saint Petersburg memegang rekor sebagai kota paling utara di dunia yang memiliki populasi lebih dari satu juta jiwa. Karena posisinya yang ekstrem ini, pada musim panas, matahari tidak pernah terbenam cukup jauh di bawah cakrawala. Akibatnya, langit tidak pernah benar-benar gelap, malam hari pun menjadi sangat terang sehingga hampir sulit dibedakan dari siang hari, bahkan sampai-sampai pihak berwenang tidak perlu menyalakan lampu jalan kota.
7. Kota yang kaya akan situs bersejarah

Saint Petersburg kaya akan situs bersejarah megah yang menjadi cerminan perannya sebagai jantung Kekaisaran Rusia. Sebagian besar warisan sejarah ini terkumpul di Sisi Admiralty, distrik yang berpusat pada menara Admiralty yang elegan, yang merupakan inti dari kota asli Peter Agung. Salah satu situs paling ikonik adalah Istana Musim Dingin, mahakarya arsitektur Barok yang dulunya merupakan kediaman utama para Tsar. Istana ini kini menjadi bagian dari Museum Hermitage, salah satu museum seni terbesar dan terlengkap di dunia, yang didirikan oleh Catherine Agung pada tahun 1764.
Selain itu, ada Benteng Peter-Paul, bangunan pertama yang didirikan di kota ini pada tahun 1703, yang saat ini menjadi museum dengan menara katedral emasnya yang ramping menjadi landmark kota. Di luar pusat kota, terdapat dua kediaman Tsar yang tak kalah megah, yaitu Peterhof, yang terkenal dengan taman-taman uniknya dan Istana Agung di tepi teras kedua; serta kota Pushkin, yang memiliki Istana Catherine yang memukau karena ukuran, keindahan, dan dekorasinya yang kaya.
Sejak didirikan pada tahun 1703, Saint Petersburg telah melalui fase-fase paling dramatis dalam sejarah Rusia. Dari ambisi Peter Agung untuk menjadikan kota ini gerbang ke Barat hingga makna mendalam Malam Putihnya. Saint Petersburg akan selamanya menjadi pengingat yang monumental akan masa lalu kekaisaran, tempat lahirnya revolusi, dan lambang keabadian budaya Rusia.


















