7 Senjata Kuno yang Terbuat dari Meteorit, Ada Keris?

Belati atau kapak yang dibuat dari material luar angkasa memang terdengar mengada-ngada, tapi misalkan ada, senjata tersebut pasti sangat luar biasa. Namun, kita lagi tidak membahas palu ajaibnya Thor, Mjölnir. Kita membahas senjata di dunia nyata.
Yap, meteorit yang memasuki atmosfer kita, mendarat di Bumi, ditemukan, biasanya akan dilebur menjadi senjata oleh pandai besi peradaban kuno. Faktanya, 90 hingga 95 persen benda luar angkasa yang mencapai atmosfer kita berukuran kecil dan terbakar saat masuk. Dikutip NASA, setiap 2.000 tahun atau lebih, meteorit seukuran bola sepak menghantam permukaan Bumi. Tak hanya itu, ada meteorit besar seperti meteorit Chicxulub yang memusnahkan dinosaurus sekitar 66 juta tahun yang lalu.
Kali ini, kita akan membahas senjata kuno yang terbuat dari meteorit. Mulai dari belati yang dikubur bersama Raja Tut (Tutankhamun), pisau milik Kaisar Mugal Jahangir, mata panah di Swiss, dan keris dari Indonesia.
1. Belati Raja Tut

Disebut "raja muda" dari Mesir Kuno, Firaun Tutankhamun memerintah selama sekitar satu dekade pada abad ke-14. Ia adalah anak yang lahir dari keturunan sedarah. Raja Tut, begitu julukannya, juga memiliki anak dari pernikahan sedarah dengan saudari tirinya. Namun, Raja Tut terlahir dengan kaki pengkor karena jaringan tulangnya mengalami nekrosis, yang membuatnya lemah dan sering sakit. Raja Tut pun meninggal dunia pada usia 19 tahun.
Namun, siapa sangka. Raja Tut punya makam yang sangat keren. Makamnya dipenuhi dengan barang-barang yang terbuat daru emas, seperti sandal, permainan papan mirip catur, beberapa pakaian dalam, dan hadiah dari para dewa yang diikatkan ke pahanya saat ia dimumikan. Nah, apa yang dimaksud dengan hadiah dari para dewa? Rupanya, ini merupakan belati yang dibuat dari meteorit. Belati ini dianggap masyarakat Mesir Kuno sebagai hadiah dari para dewa yang jatuh dari langit.
Awalnya digambarkan sebagai belati emas dengan kenop kristalnya, saat pertama kali ditemukan pada 1925. Belati kerajaan di makam Raja Tut ini memiliki bilah besi dan nikel dengan sarung emas yang diukir dengan sangat unik. Berkat teknologi yang disebut x-ray fluorescence spectrometry, para peneliti mengetahui bahwa bilah tersebut terbuat dari 11 persen nikel. Itu berarti, belati ini terbuat dari meteorit.
Dikutip Science Alert, para peneliti berhasil melacak meteorit yang menjadi asal bilah belati tersebut. Dari 20 meteorit yang diketahui dalam radius 2.000 kilometer dari Laut Merah, belati Raja Tut kemungkinan berasal dari meteorit yang dijuluki Kharga. Kharga ditemukan pada 2000 SM di sebelah barat kota Alexandria di Mesir, yang terletak di tepi barat delta Nil di muara Laut Mediterania.
2. Pisau Nur-ud-din Muhammad Jahangir

Kekaisaran Mughal berlangsung dari sekitar 1526 hingga 1761. Kekaisaran ini kemudian terpecah menjadi negara-negara bagian yang bertahan hingga Inggris mengambil alih kendali pada pertengahan 1800-an. Adapun, Kekaisaran Mughal meliputi sebagian wilayah India, Pakistan, dan Afghanistan saat ini.
Sejarah Mughal terdiri dari suksesi penguasa dinasti yang kusut dan berantakan. Pasalnya, perebutan kekuasaan regional, dan campuran kelompok Muslim, Hindu, Sikh, dan banyak lagi, membuat kekaisaran ini sering berkonflik. Nur-ud-din Muhammad Jahangir atau dijuluki sebagai "Sang Penakluk Dunia", adalah kaisar Mughal keempat (1605—1627) yang suka berperang untuk melawan para pesaingnya. Di samping itu, ia juga memiliki pisau dari bahan luar angkasa yang sangat keren.
Pisau dari bahan luar angkasa tersebut terbuat dari besi, bertatahkan emas, dengan gagang yang berhias motif unik. Pisau ini diperkirakan berasal dari 1621. Seperti yang dikatakan oleh Smithsonian National Museum of Asian Art, terdapat sebuah prasasti yang sangat kecil pada punggung bilah pisau tersebut dan berbunyi, "Pada masa Jahangir Shah, jatuhlah sebuah benda berharga seperti kilat dari besi, Jahangir, putra Akbar yang diperintahkan untuk membuat benda itu dengan besi, dua pedang, pisau ini dan sebuah belati."
Hal ini dikonfirmasi dalam memoar Jahangir yang berjudul The Jahangirnama (1999), yang menulis tentang meteorit itu, "Saat fajar, suara yang sangat keras terdengar dari timur. Suara itu begitu menakutkan sehingga hampir membuat penduduk ketakutan. Kemudian, di tengah suara yang keras itu, sesuatu yang terang jatuh ke bumi dari atas." Jahangir juga mengatakan bahwa bilah pisau itu sangat tajam dan bisa memotong dengan sangat baik.
3. Pisau Suku Inuit dan Dorset dari Greenland

Tahukah kamu kalau meteorit pernah jatuh di dekat Cape York, Greenland? Suku Dorset tahu betul tentang hal ini. Pasalnya, suku kuno ini adalah salah satu penduduk pertama yang hidup di tempat terpencil seperti Arktik dan Greenland.
Adapun, Suku Dorset merupakan orang yang pertama kali menemukan tiga meteorit atau satu meteorit yang pecah menjadi tiga bagian. Meteorit ini jatuh di Greenland setelah memasuki atmosfer Bumi sekitar 10.000 tahun yang lalu. Meteorit terbesar dari ketiganya, yaitu Ahnighito atau The Tent, memiliki bobot hingga 31 ton, seperti yang dikutip American Museum of Natural History.
Dijuluki "Meteorit Cape York" oleh penjelajah Eropa pada abad ke-18 hingga ke-19, Suku Dorset dan Inuit menggunakan meteorit tersebut sebagai satu-satunya sumber logam mereka selama berabad-abad atau ribuan tahun lamanya. Pasalnya, penjelajah menemukan lebih dari 10.000 batu palu yang digunakan untuk memecah potongan-potongan meteorit Ahnighito. Benda luar angkasa ini dibuat untuk berbagai senjata, salah satunya pisau.
4. Kapak dari Dinasti Zhou

Dua kapak yang terbuat dari bahan luar angkasa pernah ditemukan di Provinsi Henan, Tiongkok pada 1931 dan menjadi subjek analisis pada 1971 oleh Institut Smithsonian. Kedua kapak tersebut menjadi satu-satunya senjata meteorit yang diketahui dan ditemukan di Tiongkok. Kapak lebar dan kapak belati ini adalah bagian dari 12 senjata yang ditemukan di sebuah makam yang berasal dari awal Dinasti Zhou (1050—221 SM). Namun, hanya dua kapak ini yang terbuat dari batu meteorit.
5. Keris dari Indonesia

Indonesia terkenal dengan kerisnya. Keris memiliki bilah yang bergelombang dan gagang yang mirip seperti pistol flintlock. Rupanya ada keris yang dibuat dari meteorit, lho.
Seperti yang mungkin kamu tahu, Indonesia terkenal dengan pandai besi keris yang sangat keren dan unik, sampai-sampai keris Indonesia menjadi Warisan Dunia Takbenda UNESCO. Seperti yang dirangkum UNESCO, keris dianggap punya kekuatan magis sebagai jimat, senjata, pusaka yang dikeramatkan, senjata prajurit istana, aksesori untuk pakaian upacara, status sosial, simbol kepahlawanan, dan banyak lagi.
Sayangnya, tidak semua keris mengandung bahan meteorit. Namun, para empu pembuat keris tahu banget cara menempa besi dan nikel untuk dijadikan bilah keris. Sayangnya, keterampilan ini sudah langka sekarang. Saat ini, banyak keris yang dibuat dari bahan meteorit asli yang dipajang di museum. Keris semacam ini berasal dari meteorit tertentu, seperti meteorit yang jatuh di lokasi Candi Prambanan pada abad ke-9 di pulau Jawa, atau pada 1750. Meteorit itu dibawa ke istana sultan di kota Yogyakarta.
6. Belati dari makam kerajaan di Alaca Huyuk, Turki

Heritage Daily melansir kabar bahwa belati yang terbuat dari meteorit ini adalah senjata meteorit kuno tertua dalam daftar ini, atau sekitar 1.000 tahun lebih tua dari belati Raja Tut. Belati ini berasal dari pemukiman Bangsa Het Kuno di Alaca Höyük di Turki Utara Tengah modern. Belati ini memiliki bilah meteorit besi dengan gagang emas.
Belati ini terkubur di antara makam kerajaan dan tidak pernah digunakan dalam pertempuran. Menariknya, meskipun belati tersebut berasal dari antara 2400 atau 2300 SM, Bangsa Het menduduki wilayah tersebut dari sekitar 1700—1200 SM. Jadi, peneliti tidak tahu apakah belati tersebut dibuat oleh Bangsa Het, sebelum mereka mendominasi daerah tersebut, atau apakah itu diwarisi dari suatu tempat atau bangsa lain.
Belati setua ini membuat para peneliti kebingungan. Pasalnya, sejarah yang diterima secara umum menjelaskan bahwa Zaman Besi itu dari 1200 SM—600 SM, dan Zaman Perunggu terjadi dari 3300 SM—1200 SM. Peralihan dari Zaman Perunggu ke Zaman Besi membawa teknologi peleburan dan penempaan yang lebih baik. Meskipun demikian, sejarawan meyakini bahwa manusia sudah menggunakan perunggu sejak 6500 SM di Anatolia, alias Asia Kecil, wilayah yang sama dengan Turki modern dan tempat di mana belati Bangsa Het ditemukan. Jadi bisa dibilang, belati di Alaca Hüyük sangat luar biasa jika dilihat dari ketahanannya, serta pengetahuan dan keterampilan pembuatnya.
7. Mata panah dari Zaman Perunggu Swiss

Para peneliti dari Natural History Museum of Bern, Swiss menemukan mata panah yang terbuat dari bahan meteorit di wilayah Mörigen, Swiss modern, di sepanjang pantai timur Danau Bier. Mata panah jenis ini berasal dari sekitar 900—800 SM. Pandai besi saat itu memang sering menggunakan bahan meteorit sebagai sumber besi.
Seperti yang dijelaskan Science Alert, para peneliti melakukan rontgen pada mata panah ini untuk melihat komposisinya dan menemukan bahwa besi mata panah ini berasal dari meteorit IAB (kelompok meteorit besi terbaik) yang mengandung banyak silikat. Jenis meteorit yang hanya jatuh di tiga wilayah di seluruh Eropa: Retuerta del Bullaque di Spanyol Bohumilitz di Ceko, dan Kaalijarv di Estonia.
Berdasarkan semua catatan, sepertinya mata panah Swiss ini berasal dari meteorit Estonia, yang mendarat sekitar 1.500 SM dan hancur berkeping-keping. Meteorit Estonia berjarak sekitar 1.600 kilometer dari Swiss, yang merupakan perjalanan yang sangat jauh. Biasanya dibawa oleh pedagang di sepanjang rute perdagangan yang dikenal pada masa itu. Bahan meteorit ini kemungkinan di bawa melalui rute perdagangan bernama Jalan Amber, atau dari Rusia Barat melalui Eropa Barat.
Kesimpulannya, masyarakat peradaban kuno tidak sekuno yang kita bayangkan. Mereka adalah orang-orang yang memiliki keterampilan yang tidak dibayangkan oleh manusia modern, seperti memanfaatkan bahan meteorit untuk membuat bilah, baik itu belati, pisau, kapak, maupun anak panah. Jadi jangan pernah meremehkan kepintaran, keterampilan, dan keuletan masyarakat dari peradaban kuno, ya.