3 Alasan Hewan Melakukan Kanibalisme, Bukan Sekadar Kekejaman!

Salah satu hal menakjubkan sekaligus mengerikan yang sering diperlihatkan hewan liar adalah perilaku kanibalisme. Secara singkat, kanibalisme berarti perilaku satu individu untuk memakan individu lain yang berasal dari spesies yang sama. Bagi mata manusia, tindakan tersebut sudah pasti menyebabkan rasa tidak nyaman sekaligus aneh karena tidak sewajarnya sesama spesies hewan saling memangsa.
Namun, bagi si hewan, perilaku kanibalisme ini bukan sekadar serangan membabi-buta terhadap sesama. Beberapa hewan pelaku kanibalisme punya alasan kuat untuk melakukan praktik tersebut yang erat kaitannya dengan menjaga kelangsungan hidup. Maka dari itu, pada kesempatan kali ini, yuk, bahas beberapa alasan mengapa hewan melakukan praktik kanibalisme. Simak sampai selesai, ya!
1. Demi kelangsungan hidup masing-masing

Alasan utama kenapa banyak predator melakukan praktik kanibalisme berkaitan erat dengan kelangsungan hidup masing-masing. Maksudnya, dengan mengonsumsi sesama, peluang dirinya sendiri untuk bertahan hidup lebih lama jadi lebih terjamin, khususnya di tempat-tempat yang minim tersedia makanan. Selain minim makanan, alasan kanibalisme sesama juga turut meningkat kalau di satu kantung populasi ada terlalu banyak individu dalam satu spesies yang sama.
Dilansir Science, hewan—khususnya predator—diberi insting untuk menyelamatkan dirinya sendiri ketimbang individu lain. Maka dari itu, ketika seekor predator sedang kelaparan dan sulit menemukan mangsa potensial, ia dapat beralih untuk mencari individu lain dari spesies yang sama untuk diburu. Biasanya, individu yang berukuran besar punya lebih banyak peluang untuk mengonsumsi yang lebih kecil atau muda. Beberapa hewan yang terkenal melakukan praktik ini adalah komodo (Varanus komodoensis) dan salamander harimau (Ambystoma tigrinum).
Selain kanibalisme setelah lahir ke dunia, mempertahankan kelangsungan hidup lewat praktik ini ternyata juga bisa dilakukan sebelum hewan tersebut lahir. Pada beberapa spesies, semisal mayoritas spesies hiu, yang punya sistem reproduksi ovovivipar, anak-anak yang sedang dikandung terpaksa untuk saling serang dan memangsa supaya kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi. Alhasil, anak-anak hiu yang terlahir dapat dipastikan adalah individu terkuat karena berhasil menjalani battle royale di dalam tubuh sang induk.
2. Mengembalikan energi setelah aktivitas reproduksi

Bagi makhluk hidup, termasuk hewan,. reproduksi itu jadi salah satu hal yang paling menguras energi, baik saat tahap pembuahan sampai melahirkan. Maka dari itu, pasangan yang sedang melakukan aktivitas reproduksi perlu mengisi ulang energi lewat makanan yang dikonsumsi. Atas alasan tersebut, beberapa hewan mengambil jalan pintas untuk memperoleh energi secara cepat dan relatif mudah, yakni dengan memakan pasangan kawinnya sendiri.
Salah satu hewan yang paling terkenal melakukan praktik tersebut adalah belalang sentadu (famili Mantidae). Dilansir National Geographic, belalang sentadu betina yang bertubuh lebih besar hampir pasti memakan kepala si jantan yang jadi partnernya. Proses memangsa itu dapat berlangsung ketika proses pembuahan sedang berlangsung. Maka dari itu, para jantan dari spesies ini beradaptasi dengan menghadirkan kemampuan menggerakkan organ reproduksi, bahkan tanpa kepala yang mengontrolnya.
Alasan kenapa betina memakan kepala adalah keberadaan nutrisi yang sangat banyak pada bagian tersebut. Hal yang sama juga terjadi pada spesies lain yang melakukan praktik kanibalisme saat proses reproduksi. Misalnya, jangkrik semak sagebrush (Cyphoderris strepitans) betina yang dengan sengaja mengisap darah atau hemolymph jantan karena kaya dengan nutrisi penting untuk melanjutkan proses reproduksi setelah pembuahan selesai.
Selain ketika proses reproduksi berlangsung, kanibalisme juga terjadi setelah anak-anak terlahir ke dunia. Kali ini, pelaku kanibalisme justru adalah anak-anak tersebut yang memangsa induknya sendiri. Hal tersebut dilakukan supaya anak-anak yang baru lahir memperoleh nutrisi yang cukup untuk bertahan di alam yang keras. Sang induk pun tidak memberikan perlawanan dan justru merelakan dirinya dilahap buah hati. Salah satu spesies hewan yang melakukan kanibalisme tersebut adalah laba-laba kepiting (genus Thomisidae).
3. Ada kondisi yang memaksa atau khusus

Praktik kanibalisme pada hewan sebenarnya bukan sesuatu yang langka. Jay Rosenheim, seorang ahli entomologi dari University of California dalam wawancara dengan Scientific American, menyebut kalau pada dasarnya hampir semua predator di Bumi berpotensi melakukan kanibalisme ketika ada situasi yang memaksa. Misalnya saja, beruang kutub (Ursus maritimus) mulai melakukan praktik kanibalisme karena perubahan iklim yang membuat lapisan es semakin kecil dan makanan semakin sukar dicari.
Selain disebabkan kondisi terpaksa, beberapa hewan juga melakukan praktik kanibalisme atau setidaknya “membantai” sesama spesiesnya ketika terjadi suksesi kekuasaan. Maksudnya, beberapa spesies hewan yang hidup berkelompok pasti mengalami pergantian jantan dominan sebagai pemimpin kelompok. Nah, ketika ada satu atau beberapa jantan baru yang memimpin, mereka tak jarang membunuh anak-anak keturunan dari jantan dominan sebelumnya sampai tak tersisa dan tak jarang turut dikonsumsi.
Perilaku tersebut terjadi karena jantan dominan baru harus memastikan kalau anak-anak yang lahir dari kelompok tersebut adalah keturunannya sendiri dan tak ingin sampai ada gen dari jantan lain yang ada di kelompoknya. Hewan yang sering melakukan praktik kanibalisme seperti ini adalah singa (Panthera leo) dan simpanse (Pan troglodytes).
Terakhir, kanibalisme pada hewan juga mungkin terjadi pada kebanyakan mamalia yang melahirkan anak dalam kondisi tidak sempurna. Kondisi ini terjadi karena bagi insting seorang induk, merawat anak yang terlahir cacat atau punya kekurangan itu hanya membuang energi akibat peluang si anak mati jauh lebih tinggi ketimbang anak yang lahir normal. Maka dari itu, sesaat setelah melahirkan, induk hewan langsung memakan anak yang lahir secara tak sempurna itu. Perilaku ini banyak ditunjukkan mamalia pemakan daging atau segala, termasuk hamster yang dipelihara manusia.
Pepatah lama selalu berkata kalau di alam liar, hanya yang kuat lah yang mampu bertahan. Frasa tersebut jelas sangat tercermin dari alasan-alasan hewan melakukan kanibalisme pada sesama. Saking kejamnya alam liar, hewan-hewan dipaksa untuk berkompetisi, tak hanya dengan spesies lain, tapi juga spesiesnya sendiri.

















