Bukan tanpa alasan hiu disebut sebagai predator utama lautan. Terutama hiu putih besar (Carcharodon carcharias), hiu macan (Galeocerdo cuvier), dan hiu banteng (Carcharhinus leucas). Sementara, beberapa hiu cenderung tidak berbahaya. Seperti hiu paus (Rhincodon typus) yang memakan krill (krustasea yang mirip udang) dan ubur-ubur.
Inilah beberapa alasan mengapa hiu pantas disebut sebagai predator laut terhebat. Scroll down, please!
Mengapa hiu bisa berada di puncak rantai makanan akuatik? Salah satunya berkat pori-pori yang dikenal sebagai ampullae of Lorenzini yang memiliki elektroreseptor khusus.
Mengutip Ocean Info, sifatnya yang sangat sensitif memungkinkan hiu mendeteksi impuls listrik dan detak jantung mangsanya. Selain itu, diperkirakan bisa mendeteksi perubahan suhu dan medan magnet. Canggih, ya?
Rahasia kecepatan hiu adalah tubuh ramping, lentur, dan memiliki otot-otot yang kuat. Padahal, di sisi lain hiu memiliki berat ratusan kilogram. Bahkan, ada yang mencapai satu ton! Suatu kontradiksi yang unik, ya?
Sebagai informasi, kecepatan berenang hiu macan adalah 32 km/jam dan hiu banteng 40,2 km/jam. Hiu putih besar lebih dahsyat lagi, yaitu 56 km/jam! Sementara, kecepatan berenang manusia rata-rata hanya 3,2 km/jam.
Dilansir Ocean Info, garis lateral pada tubuh hiu memungkinkannya merasakan getaran di dalam air dan mendeteksi perubahan tekanan. Artinya, walau hiu tidak bisa melihat mangsanya, mereka bisa merasakannya dari jarak tertentu!
Menurut buku berjudul Flow Sensing in Air and Water yang diterbitkan pada tahun 2014, golongan elasmobranch seperti hiu dan pari memiliki sistem garis lateral yang fungsinya untuk navigasi, menghindari rintangan, pelacakan dan lokalisasi mangsa, serta ketepatan penangkapan.
Ternyata, hiu lebih cerdas dari yang kita perkirakan. Mereka memiliki teknik berburu yang disebut stun manoeuvre. Teknik ini digunakan untuk berburu mangsa yang berukuran besar, misalnya anjing laut.
Pertama, hiu akan menyelinap atau mengendap-endap. Ketika jaraknya sudah cukup dekat, mereka akan menerjang dengan kecepatan tinggi. Mangsanya (yang terlambat menyadari) tidak bisa kabur dan berakhir menjadi santapan empuk hiu.
Deretan gigi hiu memang terlihat menyeramkan. Jumlahnya sekitar 50-300 gigi per individu, mengutip Discovery UK. Ketika giginya tanggal, gigi yang baru akan tumbuh dalam waktu dua minggu.
Bukan hanya jumlah gigi, kekuatan gigitan (biting force) hiu juga perlu diwaspadai. Sebagai contoh, hiu putih besar memiliki kekuatan gigitan sekitar 4.000 pounds per square inch (PSI). Bandingkan dengan hyena, singa, dan harimau yang "hanya" 1.000 PSI atau buaya yang "cuma" 3.700 PSI.
Berdasarkan studi yang dikutip oleh Ocean Info, retina hiu memiliki sel batang dan kerucut yang mirip dengan manusia. Retina merupakan dinding di belakang bola mata yang menerima cahaya dan menerjemahkan informasi.
Bahkan, dilansir BARD Optical, penglihatan hiu diperkirakan 10 kali lebih baik daripada manusia jika di dalam air. Struktur mata hiu terdiri dari lensa, kornea, iris, retina, dan pupil.
Selain itu, mata hiu memiliki lapisan kristal cermin yang berada di belakang retina yang disebut tapetum lucidum. Ini memungkinkan hiu melihat lebih banyak, bahkan dalam cahaya yang sangat redup.
Seperti yang kita ketahui, bagian atas hiu berwarna abu-abu dengan perut berwarna putih. Ini membantunya berkamuflase dengan baik dan menyatu dengan sekelilingnya.
Bagian bawahnya yang berwarna putih digunakan untuk berkamuflase saat berenang di dekat permukaan. Sementara, bagian atasnya yang gelap membantunya saat berenang di dasar laut. Penyamaran yang sempurna!
Nah, itulah beberapa alasan mengapa hiu pantas disebut sebagai predator laut terhebat. Kamu setuju, tidak?