Apakah Burung Bisa Tidur Sambil Terbang? Ini 5 Faktanya!

- Burung bisa tidur sambil terbang menggunakan mekanisme unihemispheric di mana hanya satu bagian otak yang beristirahat
- Burung dapat mengatur kedalaman tidurnya tergantung situasi, memungkinkan mereka tetap melayang di udara tanpa harus berhenti untuk istirahat
- Burung frigate dan burung layang-layang dapat terbang selama berhari-hari atau berminggu-minggu tanpa menyentuh tanah dengan memanfaatkan angin untuk melayang lebih lama
Pernah kepikiran gimana caranya burung bisa tetap terbang berjam-jam tanpa berhenti? Kalau manusia pasti butuh istirahat buat mengisi tenaga, tapi beberapa jenis burung bisa tetap melayang di udara bahkan saat tidur. Ada banyak hal menarik yang terjadi di udara yang gak pernah kita lihat langsung, dan salah satunya adalah kemampuan unik burung buat tetap terjaga meskipun sedang beristirahat.
Fenomena ini sering terjadi pada burung yang bermigrasi jauh dan harus bertahan di langit selama berhari-hari. Mereka punya trik khusus biar bisa tetap terbang sambil istirahat tanpa jatuh atau kehilangan arah. Tapi, gimana sebenarnya mekanisme di balik kemampuan luar biasa ini? Apakah semua burung bisa melakukannya atau cuma spesies tertentu saja? Nah, biar gak makin penasaran, yuk kita bahas lima fakta unik tentang burung yang bisa tidur sambil terbang!
1. Burung menggunakan tidur unihemispheric untuk tetap terbang

Burung yang bisa tidur sambil terbang menggunakan mekanisme unik yang disebut tidur unihemispheric. Ini berarti hanya satu bagian otak mereka yang benar-benar beristirahat, sementara bagian lainnya tetap aktif buat mengendalikan arah dan menjaga keseimbangan tubuh di udara. Ini mirip kayak manusia yang bisa setengah sadar ketika tidur di tempat asing, hanya saja levelnya jauh lebih ekstrem.
Menariknya, burung bisa mengatur seberapa dalam mereka tidur tergantung situasi. Saat mereka berada di tengah perjalanan panjang, mereka hanya tidur ringan supaya tetap bisa mengawasi lingkungan sekitar dan menghindari bahaya. Namun, saat berada di area yang lebih aman, mereka bisa tidur sedikit lebih nyenyak sambil tetap melayang di udara. Kemampuan ini memungkinkan mereka bertahan tanpa harus berhenti setiap beberapa jam untuk istirahat.
2. Beberapa spesies burung bisa terbang tanpa henti selama berhari-hari

Gak semua burung punya kemampuan ini, tapi beberapa spesies seperti burung frigate (Fregata ariel) dan burung layang-layang (Hirundo rustica) bisa terbang selama berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu tanpa menyentuh tanah. Burung frigate, misalnya, bisa tetap berada di udara selama lebih dari dua bulan tanpa mendarat. Mereka memanfaatkan angin untuk melayang lebih lama tanpa harus mengepakkan sayap terlalu sering.
Burung-burung ini juga punya cara unik buat menghemat energi selama penerbangan panjang. Mereka sering naik ke ketinggian tertentu, lalu meluncur turun perlahan sambil tidur sejenak. Teknik ini membantu mereka tetap bergerak maju tanpa perlu mengeluarkan tenaga ekstra. Dengan strategi ini, mereka bisa mencapai tujuan tanpa kelelahan berlebihan meskipun jarak yang ditempuh sangat jauh.
3. Posisi tidur burung di udara gak sembarangan

Tidur sambil terbang bukan cuma soal menutup mata dan berharap gak jatuh. Burung harus menemukan posisi yang tepat agar tetap stabil saat melayang. Biasanya, mereka menggunakan aliran udara tertentu buat menjaga keseimbangan tubuh dan mengurangi kebutuhan untuk mengepakkan sayap.
Beberapa burung juga bisa terbang dalam formasi khusus untuk membantu satu sama lain tetap stabil saat tidur. Contohnya, burung yang bermigrasi sering terbang dalam kelompok berbentuk huruf V, di mana burung di belakang bisa sedikit menghemat tenaga dengan mengikuti aliran udara dari burung di depannya. Ini membantu mereka menjaga ritme penerbangan tanpa harus selalu dalam kondisi terjaga penuh.
4. Tidak semua burung bisa tidur di udara

Meskipun terdengar keren, gak semua burung bisa melakukan trik ini. Burung yang sering terbang dalam jarak pendek atau tinggal di area dengan banyak tempat bertengger lebih memilih tidur dengan cara biasa. Contohnya, burung pipit (Estrildid finches) dan burung gereja (Passer montanus) lebih nyaman tidur dengan bertengger di cabang pohon atau di dalam sarang.
Sebaliknya, burung laut, burung pemangsa, dan burung migran lebih cenderung memanfaatkan tidur di udara karena habitat mereka sering kali gak menyediakan tempat istirahat yang aman. Jadi, kemampuan ini lebih berkembang pada burung yang harus tetap bergerak demi bertahan hidup. Ini menunjukkan bahwa adaptasi tidur unik ini bukan cuma soal kenyamanan, tapi juga soal kebutuhan untuk bertahan hidup di lingkungan yang menantang.
5. Ilmuwan masih terus meneliti fenomena ini

Meskipun penelitian tentang tidur burung di udara sudah berkembang pesat, masih banyak misteri yang belum sepenuhnya terungkap. Ilmuwan masih penasaran tentang bagaimana burung bisa tetap mengontrol arah dan menghindari rintangan saat mereka sedang dalam kondisi setengah tidur. Beberapa penelitian menggunakan teknologi seperti sensor otak dan GPS untuk melacak pola tidur burung saat terbang.
Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa burung memang bisa tidur dalam waktu yang sangat singkat namun tetap efektif. Hal ini menjadi inspirasi dalam dunia penelitian manusia, terutama dalam bidang penerbangan dan eksplorasi luar angkasa. Di mana manusia harus belajar bertahan dalam kondisi istirahat minimal namun tetap bisa berfungsi dengan baik.
Mengetahui bahwa burung bisa tidur sambil terbang membuktikan betapa luar biasanya kemampuan adaptasi mereka terhadap lingkungan. Gak heran kalau burung menjadi salah satu makhluk paling menarik di dunia, dengan trik bertahan hidup yang gak kalah canggih dari teknologi modern! Well, kira-kira fakta burung mana yang baru aja kamu ketahui?
Referensi:
"These birds nap while they fly—and other surprising ways that animals sleep" National Geographic. Diakses pada Februari 2025
"Scientists Have Just Seen Birds Sleep During Flight For The First Time Ever" Science Alert. Diakses pada Februari 2025
"First evidence birds nap in flight without dropping out of sky" New Scientist. Diakses pada Februari 2025