5 Fakta Bandotan Gabon, Spesies Ular Viper dengan Taring Panjang

- Bandotan gabon merupakan ular berbisa terbesar dengan panjang hingga 2 meter dan bobot 8—10 kg.
- Mereka memiliki serangan tercepat di dunia dan taring terpanjang pada ular berbisa.
- Bisa bandotan gabon menyebabkan gejala awal serius, seperti pembengkakan, luka melepuh, syok, hingga kerusakan jantung.
Ular beludak, bandotan, atau viper (famili Viperidae) merupakan keluarga ular yang bisa ditemukan hampir di seluruh dunia, kecuali wilayah kutub, Australia, Selandia Baru, Madagaskar, dan pulau-pulau kecil di Pasifik. Seluruh anggota ular beludak merupakan ular berbisa dan banyak di antara mereka yang jadi ular paling berbisa di dunia. Salah satu ciri khas dari ular beludak terletak pada sisik kasar dan tubuh gempal.
Nah, salah satu spesies ular beludak yang akan dibahas kali ini adalah bandotan gabon (Bitis gabonica). Layaknya saudara mereka yang lain, bandotan gabon memiliki kepala berbentuk segitiga dengan sepasang "tanduk" yang tumbuh di ujung moncong mereka. Sisik ular ini biasanya berwarna cokelat tua dan muda, kuning, dan hitam yang membentuk pola persegi dan segitiga teratur yang menawan.
Ada beberapa fakta menarik dari ular yang satu ini, salah satunya bahkan membuat bandotan gabon terlihat makin menakutkan jika dibandingkan dengan ular berbisa lain di seluruh dunia. Apa saja itu? Yuk, simak pembahasan lengkapnya di bawah ini!
1. Peta persebaran, habitat, dan makanan favorit

Bandotan gabon bisa ditemui di Afrika, tepatnya wilayah Afrika sub-Sahara yang meliputi Afrika Tengah dan Afrika Selatan. Artinya, Ghana, Guinea, Nigeria, Republik Demokratik Kongo, Angola, Republik Afrika Tengah, Malawi, Tanzania, Zambia, Mozambik, Zimbabwe, hingga Afrika Selatan jadi rumah bagi ular yang satu ini. Mereka menyukai tempat dengan iklim tropis dan lembap. Pilihan habitat bagi bandotan gabon cukup beragam, mulai dari sabana, padang rumput, hutan tropis, hingga hutan bakau.
Bandotan gabon tentunya tergolong sebagai ular karnivor. Dilansir Smithsonian National Zoo, mereka mengonsumsi berbagai jenis mamalia kecil, pengerat, dan burung. Ular ini termasuk hewan nokturnal sehingga lebih banyak beraktivitas pada malam hari. Meski begitu, mereka tak akan susah payah untuk mencari dan mengejar mangsa. Justru, bandotan gabon lebih banyak diam di tempat sambil menunggu calon mangsa dan menyambar mangsa dengan cepat. Saking cepatnya, ular yang satu ini jadi salah satu ular dengan serangan tercepat di dunia, lho.
2. Spesies ular beludak dengan tubuh terbesar dan taring terpanjang

Kalau berbicara soal ukuran, bandotan gabon memegang beberapa rekor prestisius yang bahkan menjadikan mereka sebagai salah satu ular berbisa terbesar di dunia. Britannica melansir kalau ular beludak ini bisa tumbuh sepanjang 2 meter dengan bobot antara 8—10 kg dan lebar tubuh hingga 15 cm. Ukuran ini membuat bandotan gabon menjadi spesies ular beludak terbesar di dunia. Bahkan, dalam kategori bobot, mereka jadi salah satu ular berbisa terbesar di dunia.
Tak hanya itu, ular yang satu ini juga punya rekor dunia lain. Sepasang taring yang terletak di mulut bandotan gabon merupakan taring terpanjang yang bisa kita temukan pada ular berbisa. Diketahui kalau rata-rata panjang taring ular ini tumbuh sekitar 4 cm, tetapi beberapa individu juga bisa menumbuhkan taring tersebut hingga sepanjang 5 cm lebih.
3. Jenis racun dalam bisa beludak gabon

Bandotan gabon memiliki bisa yang terdiri atas dua kandungan racun berbeda, yakni cytotoxic dan cardiotoxic. Ular yang satu ini jadi salah satu spesies ular berbisa yang dapat menyuntikkan bisa dalam jumlah besar lewat satu gigitan di dunia, yakni sekitar 200—1.000 mg. Hal ini karena bandotan gabon tak akan langsung melepaskan gigitan mereka, melainkan menempel selama beberapa waktu. Dalam rentang waktu itulah, mereka akan menyuntikkan bisa sebanyak-banyaknya.
Jika manusia tergigit, gejala awal yang akan dialami berupa pembengkakan, luka melepuh, dan syok. Kemudian, racun pada bisa ular ini akan menyebabkan sulit mengatur sekresi, lidah membengkak, kejang, hingga kehilangan kesadaran. Pada kasus yang sudah fatal, korban gigitan bandotan gabon akan mengalami kerusakan jantung, pembekuan darah, pendarahan internal, hingga kerusakan jaringan, dilansir Animalia.
Jika "beruntung", bagian tubuh yang digigit ular ini akan diamputasi karena pendarahan dan luka yang sulit tertutup. Namun, jika penanganan tidak sesuai atau terlambat, bisa bandotan gabon bisa membunuh orang dewasa, terlebih jika tergigit dalam dosis bisa yang banyak. Meski berbahaya, sebenarnya kasus gigitan bandotan gabon terhadap manusia bisa dibilang sangat jarang terjadi.
Bandotan gabon merupakan jenis ular beludak yang tidak agresif dan habitat alami mereka cukup jauh dari pemukiman masyarakat. Apalagi, mereka terbilang jarang bergerak ditambah corak tubuh ular ini sangat mudah dilihat. Kalaupun ada orang yang terlalu dekat dengan ular ini, biasanya bandotan gabon akan mendesis keras terlebih dahulu. Kebanyakan kasus manusia yang tergigit ular ini terjadi ketika mereka tak sengaja terinjak oleh korban yang sedang menjelajahi habitat mereka.
4. Sistem reproduksi

Musim kawin bagi bandotan gabon berlangsung ketika musim hujan datang atau sekitar September—Desember. Para ular jantan akan bertarung demi memperoleh hak kawin dengan betina di sekitar mereka. Biasanya, pertarungan akan berakhir saat salah satu jantan menundukkan kepala ke tanah dan jantan lain mengangkat kepala tinggi-tinggi. Ular yang satu ini merupakan contoh hewan dengan sistem reproduksi ovovivipar. Artinya, bandotan gabon betina akan menghasilkan telur. Namun, telur yang sudah dibuahi itu akan disimpan di dalam tubuh mereka sampai menetas. Barulah anak-anak ular ini "dilahirkan".
Dilansir AZ Animals, bandotan gabon betina dapat melahirkan 20—50 ekor anak dalam 1 musim kawin. Rata-rata panjang anak bandotan gabon saat baru lahir sekitar 30 cm dan tubuh mereka sudah dibalut sisik dengan motif yang sama seperti ular dewasa. Si induk sama sekali tak merawat anak-anak mereka setelah melahirkan dan langsung pergi begitu saja. Ular ini diperkirakan bisa hidup selama 18—20 tahun di alam liar.
5. Status konservasi

Tak diketahui secara pasti populasi dari bandotan gabon. Hanya saja, saat ini, mereka sudah masuk dalam kategori hewan rentan punah (Vulnerable) dalam catatan IUCN Red List. Diperkirakan pula kalau populasi ular ini sebenarnya terus berkurang beberapa tahun ini, dilansir Animalia.
Sebenarnya, ketimbang konflik, kehadiran bandotan gabon sangat bermanfaat bagi manusia. Mereka dapat mengontrol populasi hama pengerat yang bisa saja masuk ke pemukiman manusia. Bahkan, warga lokal kadang memburu ular ini untuk dikonsumsi. Beberapa sumber yang dihimpun sayangnya tidak menjelaskan apa alasan populasi ular yang satu ini mulai menurun dalam beberapa tahun ke belakang.
Saat sudah dewasa, hampir tak ada hewan yang berani macam-macam dengan bandotan gabon. Kalaupun ada, biasanya hanya garangan yang berani menyerang mereka meski jarang berakibat fatal. Namun, saat masih kecil, sejumlah burung predator ternyata menargetkan ular ini sebagai mangsa potensial mereka, lho.